SEJARAH STAHN GDE PUDJA MATARAM
OM SWASTYASTU
Tahun anggaran
1974/1975 PGAHN Mataram mendapat kucuran dana untuk memulai proyek pembangunan.
Langkah awal yang diambil adalah membeli tanah dan dilanjutkan dengan membangun
ruang kelas. Atas usaha dan kerja keras Dirjen Bimas Hindu-Budha yaitu bapak
Gde Pudja, maka pemilik tanah yang ada disekitar Pura Pancaka rela melepas
tanahnya untuk ganti rugi sesuai harga waktu itu dengan janji bahwa pembelian
tanah tersebut digunakan untuk kepentingan umat Hindu. Dan diatas tanah tersebut
dibangun gedung secara bertahap terdiri dari ruang kelas, aula dan asrama.
PGAHN Mataram masa itu
sedang dalam kejayaannya, sebagai sekolah yang berbasis Agama Hindu tentu saja
kebutuhan tempat suci untuk persembahyangan merupakan satu kebutuhan penting
yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Kemudian muncullah ide untuk mendirikan
sebuah Padmasana yang berasal dari para siswa, yaitu kelas 1 terdiri dari 5
kelas, kelas 2 terdiri dari 3 kelas, dan kelas 3 terdiri dari 4 kelas. Dengan
berdirinya Padmasana tersebut maka siswa dan guru dapat melakukan
persembahyangan secara bersama-sama. Tentu saja hal ini sangat mengharukan
sekaligus membahagiakan bagi Bapak Gede Bajra Yasa B.A selaku kepala sekolah
saat itu. Pada tahun 1992 jumlah siswa mulai menyusut dan jumlah terakhirnya
menjadi 2 orang, namun oleh para guru di usahakan agar lulus. Berdasarkan
kebijakan pemerintah pada tahun 1992 seluruh PGAH Negeri dilikuidasi atau
dibubarkan, hanya PGAH Negeri Denpasar yang diijinkan untuk ditingkatkan menjadi APGAH (Akademi Pendidikan Guru Agama
Hindu) Negeri Denpasar. Para guru dipindahkan ke beberapa sekolah SMA di
Mataram dan sebagian lagi pindah ke Bali. Sejak tahun 1968 sampai dengan 1992
ketua PGAH Negeri Mataram yaitu I Gusti Bagus Lingga SH, I Ketut Sadya BA, dan
Bapak Gde Bajra Yasa B.A.
Untuk memenuhi
kebutuhan akan guru Agama Hindu di NTB atas permohonan masyarakat maka Direktur
Jendral Bimas Hindu dan Budha Departemen Agama mengijinkan untuk mempergunakan
seluruh aset eks PGAHN Mataram diambil alih oleh sebuah lembaga baru bernama
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan), yang mana sebagai kepala sekolah
adalah Bapak Drs. Anak Agung Raka sekaligus pengganti Bapak Gede Bajra Yasa B.A
tahun 1994. LPTK pun tidak lama berada di masa kejayaannya dan kemudian bubar.
Karena LPTK Mataram
dibubarkan, maka untuk memenuhi kebutuhan akan guru Agama Hindu di NTB, atas
tuntutan masyarakat maka Direktur Jendral Bimas Hindu dan Budha memberikan
petunjuk kepada Kepala Bidang Bimas Hindu, untuk mendirikan lembaga guru Agama
Hindu. Melalui arahan Direktur Jendral Bimas Hindu dan Budha maka Kepala Bidang
Bimas Hindu mengadakan rapat dengan beberapa tokoh diantaranya I Gde Mandia,
Komang Sutama, I Ketut Lagas (Alrm), I Ketut Cameng Mustika, I Ketut Nuasa, dan
Tokoh-tokoh lainnya, dalam rapat tersebut membicarakan tentang aset eks PGAH
Negeri Mataram supaya tidak diambil alih oleh pemerintah, karena Kanwil sudah
merencanakan untuk dijadikan Asrama Haji dan Kantor Departemen Kota Agama
Mataram, sudah mulai tahap pembangunan. Untuk mempertahankan itu arus membuat
suatu lembaga, maka dalam rapat tersebut munculah nama STAH Mataram, dinaungi
oleh Yayasan Dharma Laksana NTB yang diketuai oleh Bapak I Gde Mandia SH, dan
disetujui oleh peserta rapat. Maka pada tahun 1995 Dirjen Bimas Hindu dan Budha
menugaskan Yayasan Dharma Laksana NTB untuk menggunakan seluruh aset eks PGAH
Mataram sebagai Kampus STAH Mataram yang selaku ketua Bapak I Ketut Lagas
(Almarhum). Pada saat itu mahasiswa tidak dipungut biaya dan dosen pun gratis
semua iklas mengabdi kepada umat. Maka dibukalah penerimaan mahasiswa, dan
hasilnya sangat memuaskan bagi para tokoh-tokoh yang mendirikan STAH Mataram
karena sekitar 130 mahasiswa yang mendaftar. Pada tahun 1995 saat aset dikelola
oleh Yayasan Dharma Laksana Mataram, Bapak Drs. Saleh Harun selaku Kanwil
(Kantor Wilayah) Departemen Agama Provinsi NTB memerintahkan untuk mengosongkan
asrama yang pada saat itu digunakan sebagai perumahan para pegawai, untuk diserahkan
kepada Yayasan Wisma Sejahtera yang dimiliki oleh Departemen Agama Provinsi NTB, dengan janji dapat dimanfaatkan
bersama.
Tahun 1999 bapak I Gde
Mandia S.H selaku Ketua Yayasan Dharma Laksana diangkat menjadi Ketua Parisada
NTB dan yang menjadi Ketua Yayasan Dharma Laksana yaitu bapak Drs I Komang Sutama M.Ag. Seiring berjalannya waktu tahun 2000 STAH
Mataram sudah meluluskan mahasiswa sebanyak D2 tiga kali wisuda, D3 dua kali
wisuda, dan S1 satu kali wisuda. Pada saat itu para dosen berkeinginan keras
untuk meningkatkan status negeri yang bertujuan untuk meningkatkan SDM para
dosen dan pegawai dan semua kebutuhan bisa ditangani pemerintah. Maka diusulkan
kepada Drs. Wayan Suarjaya M.Si selaku Direktur Jendral Bimas Hindu oleh bapak
I Gde Mandia, maka ditugaskanlah untuk mempersiapkan segala
persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dan mengurus rekomendasi. Maka para
tokoh seperti bapak I Ketut Cameng Mustika, Komang Sutama, Ida Bagus Heri
Juniawan, I Ketut Nuasa dan yang lainya kembali bekerja keras untuk
mengumpulkan persyaratan-persyaratan tersebut dan mengurus rekomendasi ke
Gubernur dan DPR NTB, maka disusunlah suatu proposal, setelah proposal itu
tersusun maka dibawa langsung ke Jakarta oleh Bapak Komang Sutama selaku ketua
yayasan dan ditemani oleh bapak Ida Bagus Heri Juniawan, dan diserahkan kepada Bapak Drs Wayan Suarjaya
M.Si, selaku Direktur Jendral Bimas Hindu, yang akan menyelesaikan semua
permasalahan di Departemen Agama Jakarta. Maka dalam waktu dua bulan turunlah
tim Sekretaris Negara dari Jakarta untuk melihat langsung lokasi STAH Mataram.
Setelah melaksanakan tugas pengecekan, maka di ajaklah tim dari Jakarta
tersebut untuk berkujung ke beberapa pura yang berada di Lombok untuk menjalin
keakraban, seperti misalnya Pura Narmada, Pura Lingsar, dan Pura Suranadi
disinilah terjadi keajaiban, karena disetiap pura yang dikunjungi semua ada
kolam yang disakralkan dan pada waktu itu ikan besar yang berada di kolam
tersebut nampak kepermukaan padahal sangat jarang ikan tersebut nampak kepermukaan,
baik di Pura Lingsar, Narmada Maupun Suranadi. Hal ini membuat bahagia dan
mengharukan bagi Bapak I Gede Mandia, karena nampaknya ikan tersebut
kepermukaan menurut masyarakat Hindu akan membawa keberuntungan. Maka dalam
waktu tiga bulan turunlah SK Presiden RI No 27 Th 2001 Tanggal 21 Pebruari 2001
ditandatangani oleh Presiden RI Dr.K.H Abdurrahman Wahit (Gus Dur), yang
meningkatkan status STAH Mataram dan STAH Tampung Penyan Palangka Raya menjadi
negeri. Kemudian diresmikan tanggal 11 Juli 2001 oleh mentri Agama Republik
Indonesia, Bapak Muhamad Tolchah Hasan, dengan ketua Bapak I Gusti Bagus
Lingga,SH. Mahasiswa yang setatusnya swasta langsung diterima menjadi mahasiswa
STAHN Gde Pudja Mataram sesuai dengan semesternya. Nama Gde Pudja selaku Direktur
Jendral Bimas Hindu-Budha pertama yang dijadikan nama STAHN Gde Pudja Mataram
karena untuk mengenang jasa-jasanya yang
secara tulus ikhlas mengabdi kepada umat Hindu dan perjuangannya mendirikan
PGAH Negeri Mataram hingga sekarang menjadi
STAHN Gde Pudja Mataram. Ketua
STAH Mataram dari tahun 1995 sampai 2001 yaitu I Ketut Lagas (Alrm), Drs Putu
Siama dan terakhir Drs. I Ketut Cameng Mustika.
Setelah dinegerikan,
wilayah dibagian selatan eks PGAHN Mataram yang sekarang dijadikan Asrama
Mahasiswa masih dikelola oleh yayasan Wisma Sejahtra, ternyata pihak Kanwil
Depag NTB Yayasan Wisma Sejahtera belum bersedia melepaskan asrama eks PGAHN
Mataram, walaupun pihak mahasiswa telah mendesak untuk memfungsikan kembali
asrama tersebut, maka diperjuangkanlan oleh I Gusti Bagus Lingga SH, supaya
aset eks PGAHN Mataram kembali menjadi milik STAHN Gde Pudja Mataram, sehingga permasalahnya
diambil alih oleh pusat. Berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 204 tanggal 19
April 2002 semua aset eks PGAHN Mataram berupa tanah beserta bangunannya yang
terdiri dari kampus, Aula, Rumah Dinas dan Asrama ditetapkan menjadi aset STAH
Negeri Gde Pudja Mataram. Saat itu asrama telah difungsikan sebagai Asrama para
mahasiswa dan untuk menampung tenaga dosen yang baru diangkat dan belum
mempunyai tempat tinggal.
Dari awal dinegerikan
sampai saat ini ketua STAHN Gde Pudja Mataranm iyalah: Pertama, I Gusti Bagus
Lingga, SH., (2001-2009). Kedua, Prof.
Dr. I Ketut Widnya, M.Phil., Ph.D (2009-2013)., Ketiga, Dr. Ni
Putu Listiawati, SE.,Ak.,MM. (2013-2017), Keempat, Dr. I Nyoman
Wijana,S.Sos.,M.Si.,M.Pd. (2017-saat ini)
Alit.S
Sejarah STAHN Gde Pudja Mataram ini merupakan hasil dari penelitian beberapa sumber diantaranya: I Gde Mandia, I Gusti Bagus Lingga, I Komang Sutama, I Ketaut Cameng Mustika dan berbagai data. Mungkin kalau ada kelebihan dan kekurangan dalam menulis sejarah ini penulis mohon maaf setulus-tulusnya.
Sejarah STAHN Gde Pudja Mataram ini merupakan hasil dari penelitian beberapa sumber diantaranya: I Gde Mandia, I Gusti Bagus Lingga, I Komang Sutama, I Ketaut Cameng Mustika dan berbagai data. Mungkin kalau ada kelebihan dan kekurangan dalam menulis sejarah ini penulis mohon maaf setulus-tulusnya.
I Gusti Bagus
Lingga, S.H, Ketua STAHN Gde Pudja Mataram (2001-2009) saat menghadiri acara Wisuda
Prof.
Dr. I Ketut Widnya, M.Phil., Ph.D, ketua STAHN Gde Pudja Mataram, masa bhakti (2009- 2013), saat memberikan sambutan dalam suatu acara.
Dr. I Nyoman
Wijana,S.Sos.,M.Si.,M.Pd., ketua STAHN Gde Pudja Mataram masa bhakti (2017-saat ini), saat memberikan sambutan dalam suatu acara.
Pura Saraswati STAHN Gde Pudja Mataram
Rektorat STAHN Gde Pudja Mataram
Kampus STAHN Gde Pudja Mataram
Perpustakaan STAHN Gde Pudja Mataram
Arama Mahasiswa STAHN Gde Pudja Mataram
KEGIATAN-KEGIATAN YANG DI LAKSANAKAN DI STAHN GDE PUDJA MATARAN
Belum ada Komentar untuk "SEJARAH STAHN GDE PUDJA MATARAM"
Posting Komentar