Entri yang Diunggulkan

Makna Suri Asuri Sampad

Makna Suri Asuri Sampad Alit S, 21/12/2019 Pada dasarnya dalam diri manusia ada dua kecendrungan, yaitu berbuat baik atau sifat-sifat...

BAGAWADGITA SLOKA I

# Bagawadgita  Sloka I #

(bagaikan lilin menerangi kegelapan)



Bhagawadgita Sloka I

Arjuna dalam keragu-raguan
dan kehilangan harapan

dhrtaṛāṣṭra uvāca
Sloka I.1
dharmakṣtre kurukṣetre
samavetā yuyutsavahͅ
māmākāḥ pāṇdavāś cai ʾva
kim akurvata samjaya
Artinya:
Dhritarashta berkata:
Di tanah lapang kebenaran kebenaran, di tanah lapang kerajaan Kuru, sewaktu putra-putra ku berkumpul bersama-sama dengan putra-putra Pandu dengan keinginan berperang , apa yang telah diperbuatnya, O Sanjaya?
samjaya uvāca
Sloka I.2
dṛṣṭvā tu pāṇḍavāṇīkam
vyūdhaṁ duryodhanas tadā
ācaryam upasaṁgamya
rājā vacanam abravīt
Artinya:       
Sanjaya berkata:
Jadi setelah Duryodana menyaksikan tentara dari pandawa yang telah teratur dan siap untuk berperang beliau lalu segera mendekati gurunya yaitu Drona, dan berkata sebagai berikut:
Drona adalah guru dari Korawa dan Pandawa. Tetapi sewaktu peperangan antara Korawa dan Pandawa beliau memihak Korawa. Drona adalah putra dari Agastya dan teman sekelas Drupada ayah dari Drupadi, pahlawan dari Mahabharata. Drupada adalah seorang raja yang bertahta di Pancala.
Sloka I.3
paśyai tam pāṇḍuputrānām
ācāryamahatīm camūm
vyūḍhāṁ drupadaputreṇa
tava śisyenadhīmatā
Artinya:
Saksikanlah O guru, kekuatan dari putra-putra Pandu yang telah siap sedia diatur oleh Drishtadyumna, sisya paduka yang bijaksana, yaitu dari Drupada.
Penjelasan:
Drupada adalah adalah ayah dari Drupadi dan raja dari kerajaan Pancala. Putranya yaitu Dhristadyumna. Drona adalah juga guru dari putranya Drupada dan Pandu. Sewaktu mereka masih hidup bersama-sama dengan Korawa, Dronalah yang menjadi gurunya dalam ilmu keprajuritan. Disini Duryodhana menyelidiki hati gurunya, karena Drona mengajar lawannya ilmu keprajuritan.
Sloka I.4
atra śūrā maheṣvāśā
bhīmārjunasamā yuhdi
yuyudhāno virāṭas ca
drupadśca mahārathaḥ
Artinya:
Turut serta pula para pahlawan yang keahliannya, kebesarannya dalam hal panah memanah sama dengan Bhima dan Arjuna di dalam peperangan sebagai Satyaki, Wirata dan Drupada pahlawan kreta yang besar.
Sloka I.5
dhrṣṭaketus cekitānaḥ
kāśirājaś ca vīryavān
purujit kuntibhojaś ca
śaibyaś ca narapuṁgavaḥ
Artinya:
Dhrishtaketu, Cekitanah dan raja dari Kasi yang Wiryawan tabah perkasa, juga prajurit, Kuntiboya dan Saibya adalah orang-orang yang terkemuka.
Sloka I.6
yudhamanyuś ca vikrānta
uttamaujāś ca vīryavān
saubhadro draupadeyāś ca
sarva eva maharatāh
Artinya:
Yudhamanyu, yang kuat dan Uttamauja yang wirawan dan juga putra dari Subhadra dan putra-putra dari Drupadi semuanya adalah pahlawan-pahlawan kereta yang besar.
Sloka I.7
asmākaṁ tu viśistā ye
tān nibodha dvijottama
nāyakā mama sainyasya
samjnārtham tān bravīmi te
Artinya:
Ketahui juga, O Dwijati utama, pemimpin-pemimpin dari tentaraku yang paling terkemuka diantara kita. Aku ingin menyebutkan namanya sekarang untuk diketahui.
Penjelasan:
Dwija artinya lahir dua kali. Usaha kearah penghidupan batin adalah tujuan dari pendidikan. Lahir yang pertama ialah lahir di atas dunia ini.
Lahir yang kedua ialah di dalam dunia kejiwaan . Di dalam agama Hindu berarti sesudah upacara lahir kedua ini diijinkan membaca kitab suci Weda.
Sloka I.8
bhavān bhīṣmaś ʾca karṇaś ca
kṛpaś ca samitimjayaḥ
aśvatthāmā vikarṇaś ca
saumadattis tathai ʾva ca
Artinya:
Paduka sendiri, Bhisma, Karna dan Kripa, yang selalu unggul di dalam peperangan: Aswatthaman, Wikarma dan juga putra dari Somadatta.
Penjelasan:
Bhisma adalah seorang pahlawan yang tua dan berbudi dan memelihara Dhristarashta dan Pandu. Karna adalah kakak dari Arjuna. Kripa adalah ipar dari Drona. Aswatthama putra dari Drona. Wikarma putra yang ketiga dari putra keseratus dari Dhristarashtra. Sommadatti putra dari Sommadatta, raja dari Bahikas.
Sloka I.9
anye ca bahapaḥ śūrā
madarthe tiaktajīvitāḥ
nānāśastrapraharaṇāḥ
sarve yuddhaviśāradāḥ
Artinya:
Dan banyak pahlawan lainnya yang menyerahkan jiwanya untuk kepentinganku. Mereka dipersenjatai dengan bermacam-macam senjata dan semuanya mahir dalam peperangan.
Sloka I.10
aparyāptam tad asmākam
balaṃ bhīṣmābhirakṣitam
paryāptam tv idam etesāṁ
balam bhīmābhirakṣitam
Artinya:
Inilah tentara kita yang dibela oleh Bhisma dan tak terbilang jumlahnya sedangkan tentara mereka yang dibela oleh Bhima adalah terbatas jumlahnya.
Sloka I.11
ayanesu ca sarveṣu
yathābhāgam avasthitāḥ
bhīṣmam evā ʾbhirakṣantu
bhavantaḥ sarva eva hi
Artinya:
Oleh karena itu semua hendaknya membantu Bhisma, berdiri teguh pada semua bagian depan dalam kedudukannya masing-masing.
Penjelasan:
Rupa-rupanya Duryodhana tidak mempunyai daya upaya lagi, dan hanya dapat menyampaikan kepada tentaranya supaya mereka melindungi Bhisma saja.

Peniupan Sankhakala
Sloka I.12
tasya saṁjanayan harṣaṁ
kuruvṛddhaḥ pitāmahaḥ
siṁhanādaṁ vinadyo ʾccaiḥ
śañkhaṁ dadhmau pratāpavān
Artinya:
Untuk mengembirakan Duryodana, maka Bhisma yang kuat dan yang tertua diantara para Kuru lalu berteriak dengan keras sebagai singa dan meniup Sankhakala.
Sloka I.13
tataḥ śañkhāś ca bheryaś ca
paṇavānakagomukhāḥ
sahasai ʾvāʾ bhyahanyanta
sa śabdas tumolo ʾbhvat
Artinya:
Dan dengan mengikuti Bhisma lalu segera terompet dan tambur dan serompet dari tanduk lembu, berbunyi dengan putus-putusnya gemuruhlah suaranya.
Sloka I.14
tataḥ śvetair hayair yukte
mahati syandane sthitau
mādhavaḥ paṇḍavaś cai ʾva
divyau śankhau pradadhmatuḥ
Artinya:
Dan sesudah berada di dalam kereta yang besar, yang ditarik oleh kuda putih, Madhawa dan Pandawa (Krishna dan Arjuna) lalu meniup terompetnya yang terkeramat.
Sloka I.15
pāñcajanyaṁ hṛṣikeśo
devadattaṁ dhanaṁjayaḥ
pauṇdraṁ dadhmau mahāsaṅkhaṁ
bhīmakarmā vṛkodaraḥ
Artinya:
Krishna meniup Pañcajanya. Arjuna (Dhannanjaya) Dewadatta dan Bhima (Wrikodara) yang dengan hati yang keras Sankhakala yang luar biasa itu dengan nama paundra.
Penjelasan:
Semua kejadian ini mengatakan bahwa mereka sudah siap untuk bertempur.
Sloka I.16
anantavijayaṁ rājā
kuntīputro yudhiṣṭhiraḥ
nakulaḥ sahadevaś ca
subhoṣamaṇipuṣpakau
Artinya:
Raja Yudhistira, putra dari Kunti, meniup trompetnya yang bernama Anantawijaya dan Nakula dan Sahadewa juga meniup trompetnya dengan nama Sughosa dan Manipushpaka.
Sloka I.17
kāśyās ca paramesvāsaḥ
śikaṇḍi ca mahārathaḥ
dhrṣṭadyumno virātaś ca
sātyakīs ca ʾparājitaḥ
Artinya:
Dan raja dari kasi yang ahli dalam manah memanah, Sikhandi prawira yang besar, Dhristandyumna dan Wirata dan Sattyaki yang tak dapat ditaklukkan.
Sloka I.18
drupado draupadeyāṣ ca
sarvaśaḥ pṛthīvipate
saubhadraś camahābāhuḥ
śankhān dadhmuḥ prthak-pṛhak
Artinya:
O Raja-diraja, Drupada dan putra-putra dari Drupadi dan putra dari Subhadra yang bersenjatakan kuat dari segala pihak masing-masing meniup sankhakala.
Sloka   I.19
sa ghoṣo dhārtarāṣṭrāṇām
hṛdayāni vyadārayat
nabhaś ca prthivīm cai ʾva
tumulo vyanunādayan
Artinya:
Suara yang guruh gemuruh itu, yang melalui angkasa ini merobek robek hati putra Dhristarashtra.
Arjuna menuju ke medan
Sloka I.20
atha vyvasthitān dṛṣṭvā
dhārtarāṣṭrān kapidhvajaḥ
pravṛtte śastrasamapāte
dhanur udyamya pāṇḍavaḥ
Artinya:
O Maharaja, dengan melihat putra-putra Dhristarashtra yang telah teratur pada tempatnya siap sedia untuk berperang dan penembakan akan dimulai, maka Arjuna dengan Dwaja memakai simbol Hanoman (monyet) mengambil panahnya dan lalu berkata kepada Krisnha sebagai berikut.


Sloka I.21
hṛsīkeṣaṁ tadā vākyam
idam āha mahīpate
seṇayor udbayor madhye
rathaṁ sthāpaya me ʾeyuta
Sloka I.22
yāvad etān nirīkse ʾhaṁ
yoddukāmān avasthitān
kair mayā saha yoddhavyam
asmin raṇasamudyame
Artinya: Sloka I.21 dan 22
O Achyuta, tempatkanlah keretaku diantara kedua tentara itu supaya aku dapat melihat mereka yang berdiri disini dan mempunyai keinginan untuk berperang di medan perang ini, dengan siapa aku harus mengadu jiwa.
Sloka I.23
yotsyamānām avekṣe haṁ
ya ete ʾtra samāgatāh
dhārtarāṣṭrasya durbuddher
yuddhe priyacikīrṣavaḥ
Artinya:
K arena aku ingin melihat mereka yang berkumpul di sini, siap untuk berperang dan berjahat benar untuk mencapai kemenangan di dalam peperangan ini demi cinta mereka pada putra Dhristarashtra yang berpikiran jahat itu.
Sloka I 24
evan ukto hṛṣīkeśo
guḍākeśena bhārata
senayor ubhayor madhye
sthāvayitvā rthottamam
Artinya:
Jadi dengan ucapan Arjuna ini, Krisnha lalu menarik kereta yang terbaik ke antara du pasukan tentara.
Sloka I.25
bhīsmadroṇapramukhataḥ
sarveṣām ca mahikṣitām
uvāca pārtha paśyai ʾtān
samavetān kurun iti
Artinya:
Dihadapan Bhisma, Drona dan semua raja-raja lalu berkata: ''O Arjuna lihatlah para kuru berkumpul disini''.
Sloka I.26
tatrā ʾpaśyat sthitān pārthah
pītṛn artha pītāmahān
ācāryān mātulā bhrātrn
putrān putrān sakhīms tathā
Artinya:
Disana Arjuna melihat berdiri pada kedua belah pihak, nenek-nenek, mertua-mertua dan paman-paman, kakak-kakak dan saudara sepupu, kepunyaanyaa sendiri anak-anak dan cucu-cucu, teman-teman guru-guru, dan juga teman-teman yang lainnya.
Sloka I.27
śvaśurān suhrdaścai ʾva
senayor ubhayor api
tan samīksya sa kaunteyaḥ
sarvān badhūn avasthitān
Artinya:
Jadi, setelah melihat kaum keluarga berdiri teratur, Arjuna lalu berbicara dengan berduka cita, diliputi dengan rasa belah kasihan.
                    Sloka I.28                   
kṛpayā parayā ʾvisṭo
visīdann idaṁ abravit
dṛṣtve ʾmaṁ svajanam kṛṣṇa
yuyutsum samupasthitam
Sloka I.29
sidantī mama gātrāni
mukhaṁ ca pariśuṣyati
vepathuś ca śarīre me
romaharṣaś ca jāyate
Artinya: Sloka 1. 28 dan 29
Ia diliputi oleh rasa maha kasih dan menyatakan ini dalam kesedihan:
Duka cita Arjuna:
''O Krisnha, setelah aku melihat kaum keluargaku hadir disini, ingin berperang anggota badanku tidak bergaya lagi dan mulut menjadi kering dan rambut tidak bergerak lagi.
Sloka I.30
gāṇḍīvaṁ sraṁsate hastāt
tvak cai ʾva paridahyate
na ca śaknomy avasthātuṁ
bhramatī ʾvacame manaḥ
Artinya:
Panah Gandiwa tergelincir dari tanganku dan kulit terbakar. Juga aku tak dapat berdiri tegak dan fikiranku goncang.
Sloka I.31
nimittāni ca pasyāmi
viparitāni keśava
na ca śreyo ʾnupaśyāmi
hatvā svajanam āhave
Artinya:
Aku melihat ciri-ciri yang tidak baik. O Krishna, pun juga aku tak melihat adanya suatu kebaikan dengan membunuh orang-orangku didalam peperangan.
Sloka I.32
na kānkṣe vijayam krṣṇa
na ca rājyam sukhāni ca
kīm no rājyena givinda
kīm bhogair jīvetena vā
Artinya:
Aku tak menginginkan kemenangan, kerajaan dan kesukaan. Apakah gunanya kerajaan itu bagi kita, O Krishna dan apakah pula gunanya kesenangan dan hidup ini?
Sloka I.33
yeṣām artha kānkṣitam no
rājyaṁ bhogāḥ sukhani ca
ta ime ʾvasthitā yuddhe
prānāṁs tyaktvā dhanāni ca
Artinya:
Untuk kepentingan mereka kita mengingini kerajaan, kenikmatan dan kepuasan, kini mereka itu pada berdiri disini didalam medan perang mempertaruhkan jiwa dan kekayaannya.
Sloka I.34
ācāryāḥ pitaraḥ putrās
tathai ʾva ca pitāmahāh
mātulāh śvaśurāḥ pautrāḥ
śyālaśḥ saṁbandhinas tathā
Artinya:
Guru-guru, bapak-bapak, putra-putra dan juga nenek-nenek paman-paman dan mertua-mertua, cucu-ccucu dan ipar-ipar dan keluarga yang lainnya.
Sloka I.35
etān na hantum icchāmi
ghnato pi madhusūdana
api trailokyarājyasya
hetoḥ kim nu mahīkṛte
Artinya:
O Krishna, aku tak ingin membunuh mereka, meskipun aku terbunuh olehnya. Meskipun untuk kekuasaan di tri-loka apalagi hanya untuk kekuasaan di bumi ini saja.
Sloka I.36
nihatya dhārtarāsṭran naḥ
kā prītiḥ syāj ja nārdana
pāpam evā ʾśrayed asmān
hatvai ʾtān ātatāyinaḥ
Artinya:
Kenikmatan apakah yang dilimpahkan atas diri kita setelah membunuh putra-putra dan Dhritarashtra? Hanya dosalah balasannya atas diri kita jika membunuh penjahat-penjahat ini.
Sloka I.37
tasmān nā ʾrhā vayam hantuṁ
dhārtrāṣṭrān svabāndhavan
svajanaṁ hi kathaṁ hatvā
sukhinaḥ syāma madhava
Artinya:
Jadi tidaklah patut jika kita membunuh putra-putra Dhritarashtra, yaitu keluarga kita. Sesungguhnya O Krishna, bagaumanakah kita dapat bergembira dengan jalan membunuh orang-orang kita.
Sloka I.38
yady apy ete na paśyanti
lobhopahatacetasah
kulakṣayakṛtam doṣaṁ
mitradrohe ca pātakam
Artinya:
Mereka dengan pikiran diliputi dengan perasaan loba dan tamak, tidak melihat kesalahan dalam menghancurkan keluarga dan juga tidak tahu berdosalah jika berdurhaka terhadap teman.
Sloka I.39
kathaṁ na jñeyam asmābhiḥ
pāpād asmān nirvartitum
kulakṣyaksṛtaṁ doṣaṁ
parapaśyadbhir janārdanan
Artinya:
Tapi kita, O Krishna, yang mengetahui bahwa menghancurkan keluarga itu dosa, apakah sebabnya kita tidak memiliki kebijaksanaan untuk dapat melepaskan diri dari perbuatan durhaka itu.
Sloka I.40
kulakṣayenpraṇaśyanti
kuladharmāh sanātanāḥ
dharme naṣṭe kulam kṛtsnam
adharmo ʾbhibhavaty uta
Artinya:
Keluarga yang di dalam keadaan keruntuhan, Dharma-nya menemui ajalnya. Jika Dharma menemui ajalnya seluruh keluarga diliputi oleh perasaan A-Dharma.
Sloka I.41
adharmābhībhavāt kṛsṇa
praduṣyanti kulaṣṭriyah
striṣuduṣṭasu varsṇeya
jāyate varṇasaṁkaraḥ
Artinya:
Dan jika A-Dharma meliputi suasana, O Krishna maka para wanita dan kaum keluarga menjadi jatuh moralnya dan bila para wanita moralnya jatuh, O Krishna, maka jadilah kekacauan alam manusia.
Sloka I.42
saṁkaro narakāyai ʾva
kulaghnānām kulasya ca
patanti pitaro hy eṣāṁ
luptapiṇḍodakakriyāḥ
Artinya:
Kekacauan alamnya ini, sebenarnya alam neraka bagi keluarga dan bagi mereka yang menghancurkannya. Karena jiwa dari leluhur mereka tidak ada yang menghaturkan sajen.
Penjelasan:
Ini menunjukan suatu upacara yang dinamakan Sraddha di dalam agama Hindu. Yang terpenting di dalam upacara ini ialah memberikan sumbangan berupa buah pikiran yang berguna kepada keluarga dari yang meninggal dan kepada semua mereka yang telah menduduki Pitri-loka, tempat yang buat sementara waktu, segera sesudah meninggal. Upacara ini disertai dengan sajen yang nyata. Orang-orang yang miskin juga diberi makanan agar mereka dapat memperoleh kebahagiaannya.
Sloka I.43
doṣair etaiḥ kulaghnānāṁ
varṇasaṁkarakārakaiḥ
udsādyante jātidharmāh
kuladḥarmāś ca śāśvataḥ
Artinya:
Dari perbuatan yang salah dari mereka yang merusak keluarga dan mengacaukan keadaan alam manusia, maka lenyaplah jati-dharma dan kula dharma yang dari jaman dahulu.
Penjelasan:
Jati-dharma-dharma yang dianut menurut kelahirannya. Kula-dharma yang dianut menurut keluarga.
Sloka I.44
utsanakuladharmāṇāṁ
manuśyāṇām janārdana
narake niyatam vāso
bhavatī ʾty anuśuśruma
Artinya:
O Krishna, kita dapat mendengar, bahwa tinggal di dalam neraka adalah tak dapat disingkirkan bagi mereka yang kula-dharmanya telah menemui kehancurannya.
Sloka I.45
aho bata mahat pāpaṁ
kartuṁ vyavasitaṁ vayam
yad rāyasukhalobhena
hantuṁ svājanam udyatāḥ
Artinya:
Aduh, sungguh besar dosa yang kita akan buat dengan mengambil keputusan untuk membunuh keluarga sendiri yang didorong oleh perasaan  loba untuk kepuasan kerajaan.
Sloka I.46
yadi mām apratīkāram
aśastraṁ śastrapāṇayaḥ
dhārtarāṣṭrā raṇe hayus
tan me kṣemataraṁ bhavet
Arinya:
Adalah sebetulnya jauh lebih baik jika putra-putra dari Dhritarashtra dengan memegang senjata, membunuh aku di medan peperangan, selama aku tinggal diam yang tanpa senjata dan tanpa perlawanan.
Sloka I.47
evam uktvā rjunaḥ samkhye
rathopastha upāviśat
visṛjya saśaram cāpam
śokasamvignamānasaḥ
Artinya:
Sanjaya berkata:
Jadi setelah berbicara di medan perang, Arjuna sambil membuang panah dan busurnya lalu terhenyak di atas tempat duduk kreta dengan pikiran yang susah dan sedih.  
Pustaka: Mantra. I.B. 2018. Bhagawadgita Naskah Sanskerta, Alih Bahasa & Penjelasan. Denpasar: ESBE Buku.

Semoga Bermanfaat Bagi Kita Semua


Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "BAGAWADGITA SLOKA I"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel