Entri yang Diunggulkan

Makna Suri Asuri Sampad

Makna Suri Asuri Sampad Alit S, 21/12/2019 Pada dasarnya dalam diri manusia ada dua kecendrungan, yaitu berbuat baik atau sifat-sifat...

AWATARA DEWA WISNU


AWATARA DEWA WISNU

 Alit S, 25/12/2019

Dalam Kitab Suci Weda disebutkan Tuhan turun ke dunia dan menjelma sebagai berbagai tingkat kehidupan demi melakukan tugas menegakkan Dharma. Tuhan turun ke dunia dalam wujud nyata dikenal sebagai Awatara.
Awatara mengandung kisah Dewa Wisnu, yaitu satu dari Dewa-Dewa Tri Murti yang juga melibatkan Dewa Brahma (Dewa Pencipta) dan Dewa Siwa (Dewa Pelebur). Dewa Wisnu adalah salah satu dari Dewa Tri Murti yang merupakan perwujudan semua kekuatan untuk mempertahankan dan memelihara alam semesta. Demi mempertahankan peran-Nya kepada alam semesta, Dewa Wisnu secara bertahap mengikuti evolusi perkembangan dan menjelma ke dunia dengan mengambil wujud tertentu yang dikenal Awatara.
Turunnya Tuhan ke dunia, diuraikan dalam kitab-kitab Weda dan Sastra Hindu lainnya. Seperti dalam Bhagawadgita dijelaskan tujuan Tuhan turun ke dunia menjelma sebagai Awatara dijelaskan dalam Sloka IV. 7-8 sebagai berikut:
yadā-yadā hi dharmasya,
glanir bhavati bharata
abhyutthānam adharmasya
tada ‘tmanam srijamy aham
Artinya:
Manakala Dharma (kebenaran) akan sirna, dan Adharma (kejahatan) hendak merajalela saat itu, wahai keturunan Bharata, Aku (Tuhan ) sendiri turun menjelma.

paritrāṇāya sādhunām
vināsāya ca duṣkṛtām
dharmasāmsthāpanārthāya
sambhavāmi yuge-yuge
Artinya:
Untuk memberi perlindungan kepada yang baik dan membasmi yang jahat dan untuk membangkitkan perasaan keadilan dan kebaikan Aku menjelma pada tiap-tiap zaman.
Kedua Sloka Bhagawadgita tersebut adalah fakta yang membuktikan bahwa Awatara memang benar adanya.
Agama Hindu mengenal adanya Dasa Awatara Dewa Wisnu yang sangat terkenal di antara Awatara-Awatara lainnya. Dasa Awatara adalah sepuluh Awatara yang diyakini sebagai penjelmaan material Dewa Wisnu dalam misi menyelamatkan dunia. Dari sepuluh Awatara, sembilan diantaranya diyakini sudah pernah menyelamatkan dunia, sedangkan satu di antaranya, Awatara terakhir (Kalki Awatara), masih menunggu waktu yang tepat (konon pada akhir Kali Yuga) untuk turun ke dunia. Kisah-kisah Awatara tersebut terangkum dalam sebuah kitab yang disebut Purana. Berikut 10 Awatara dari zaman ke zaman :

     1. Matsya Awatara, Sang Ikan, muncul saat zaman Satya Yuga


Matsya (Dewanagari :मत्स्; matsya) adalah awatara Wisnu yang berwujud ikan raksasa. Dalam bahasa Sanskerta, kata matsya sendiri berarti ikan. Menurut mitologi Hindu, Matsya muncul pada masa Satyayuga, pada masa pemerintahan Raja Satyabrata (lebih dikenal sebagai Maharaja Waiwaswata Manu), putra Wiwaswan, Dewa Matahari. Matsya turun ke dunia untuk memberitahu Maharaja Manu mengenai bencana air bah yang akan melanda bumi. Ia memerintahkan Maharaja Manu untuk segera membuat bahtera besar.
  
      2. Kurma Awatara, Sang Kura-Kura, muncul saat zaman Satya Yuga


Kurma adalah Awatara (penjelmaan) kedua Dewa Wisnu yang berwujud Kura-Kura raksasa. Awatara ini muncul pada masa Satyayuga. Menurut kitab Adiparwa, Kura-Kura tersebut bernama Akupa.Menurut berbagai kitab Purana, Dewa Wisnu mengambil wujud seekor Kura-Kura (kurma) dan mengapung di lautan susu (Kserasagara atau Kserarnawa). Di dasar laut tersebut konon terdapat harta karun dan tirta amerta yang dapat membuat peminumnya hidup abadi. Para Dewa dan Asura berlomba-lomba mendapatkannya. Untuk mangaduk laut tersebut, mereka membutuhkan alat dan sebuah gunung yang bernama Mandara digunakan untuk mengaduknya. Para Dewa dan para Asura mengikat gunung tersebut dengan naga Wasuki dan memutar gunung tersebut. Kurma menopang dasar gunung tersebut dengan tempurungnya. Dewa Indra memegang puncak gunung tersebut agar tidak terangkat ke atas. Setelah sekian lama tirta amerta berhasil didapat dan Dewa Wisnu mengambil alih.Kurma juga nama dari seorang resi, putra Gretsamada.

      3. Waraha Awatara, Sang Babi Hutan, muncul saat zaman Satya Yuga


Waraha adalah Awatara (penjelmaan) ketiga dari Dewa Wisnu yang berwujud Babi Hutan. Awatara ini muncul pada masa Satyayuga (zaman kebenaran). Kisah mengenai Waraha Awatara selengkapnya terdapat di dalam kitab Warahapurana dan Purana-Purana lainnya.
Menurut mitologi Hindu, pada zaman Satyayuga (zaman kebenaran), ada seorang raksasa bernama Hiranyaksa, adik raksasa Hiranyakasipu. Keduanya merupakan kaum Detya (raksasa). Hiranyaksa hendak menenggelamkan Pertiwi (planet bumi) ke dalam "lautan kosmik," suatu tempat antah berantah di ruang angkasa.
Melihat dunia akan mengalami kiamat, Wisnu menjelma menjadi babi hutan yang memiliki dua taring panjang mencuat dengan tujuan menopang bumi yang dijatuhkan oleh Hiranyaksa. Usaha penyelamatan yang dilakukan Waraha tidak berlangsung lancar karena dihadang oleh Hiranyaksa. Maka terjadilah pertempuran sengit antara raksasa Hiranyaksa melawan Dewa Wisnu. Konon pertarungan ini terjadi ribuan tahun yang lalu dan memakan waktu ribuan tahun pula. Pada akhirnya, Dewa Wisnu yang menang.
Setelah Beliau memenangkan pertarungan, Beliau mengangkat bumi yang bulat seperti bola dengan dua taringnya yang panjang mencuat, dari lautan kosmik, dan meletakkan kembali bumi pada orbitnya. Setelah itu, Dewa Wisnu menikahi Dewi Pertiwi dalam wujud awatara tersebut.

4. Narasimha Awatara, Manusia Berkepala Singa, muncul saat Satya Yuga



Narasinga atau Narasimha  adalah Awatara (inkarnasi/penjelmaan) Dewa Wisnu yang turun ke dunia, berwujud manusia dengan kepala singa, berkuku tajam seperti pedang, dan memiliki banyak tangan yang memegang senjata. Narasinga merupakan simbol Dewa pelindung yang melindungi setiap pemuja Dewa Wisnu jika terancam bahaya.Menurut kitab Purana, pada menjelang akhir zaman Satyayuga (zaman kebenaran), seorang raja asura (raksasa) yang bernama Hiranyakasipu membenci segala sesuatu yang berhubungan dengan Dewa Wisnu, dan dia tidak senang apabila di kerajaannya ada orang yang memuja Dewa Wisnu. Sebab bertahun-tahun yang lalu, adiknya yang bernama Hiranyaksa dibunuh oleh Waraha, Awatara Dewa Wisnu. Agar menjadi sakti, ia melakukan tapa yang sangat berat, dan hanya memusatkan pikirannya pada Dewa Brahma. Setelah Brahma berkenan untuk muncul dan menanyakan permohonannya, Hiranyakasipu meminta agar ia diberi kehidupan abadi, tak akan bisa mati dan tak akan bisa dibunuh. Namun Dewa Brahma menolak, dan menyuruhnya untuk meminta permohonan lain. Akhirnya Hiranyakashipu meminta, bahwa ia tidak akan bisa dibunuh oleh manusia, hewan ataupun dewa, tidak bisa dibunuh pada saat pagi, siang ataupun malam, tidak bisa dibunuh di darat, air, api, ataupun udara, tidak bisa dibunuh di dalam ataupun di luar rumah, dan tidak bisa dibunuh oleh segala macam senjata. Mendengar permohonan tersebut, Dewa Brahma mengabulkannya.

5. Wamana Awatara, Sang Orang Cebol, muncul saat Treta Yuga



Wamana adalah Awatara Dewa Wisnu yang kelima, turun pada masa Tretayuga, sebagai putra Aditi dan Kasyapa, seorang Brahmana. Ia (Dewa Wisnu) turun ke dunia guna menegakkan kebenaran dan memberi pelajaran kepada raja Bali (Mahabali, seorang Asura, cucu dari Prahlada. Raja Bali telah merebut surga dari kekuasaan Dewa Indra, karena itu Wisnu turun tangan dan menjelma ke dunia, memberi hukuman pada Raja Bali. Wamana awatara dilukiskan sebagai Brahmana dengan raga anak kecil yang membawa payung. Wamana Awatara merupakan penjelmaan pertama Dewa Wisnu yang mengambil bentuk manusia lengkap, meskipun berwujud Brahmana mungil. Wamana kadang-kadang dikenal juga dengan sebutan "Upendra."

6. Parasurama Awatara, Sang Rama bersenjata kapak, muncul saat Treta Yuga


Parasurama adalah nama seorang tokoh Ciranjiwin (abadi) dalam ajaran Agama Hindu. Secara harfiah, nama Parashurama bermakna "Rama yang bersenjata kapak". Nama lainnya adalah Bhargawa yang bermakna "keturunan Maharesi Bregu". Ia sendiri dikenal sebagai Awatara Dewa Wisnu yang keenam dan hidup pada zaman Tretayuga. Pada zaman ini banyak kaum kesatria yang berperang satu sama lain sehingga menyebabkan kekacauan di dunia. Maka, Dewa Wisnu sebagai dewa pemelihara alam semesta lahir ke dunia sebagai seorang brahmana berwujud angker, yaitu Rama putra Jamadagni, untuk menumpas para kesatria tersebut.

7. Rama Awatara, Sang Ksatria, muncul saat Treta Yuga


Rama adalah atau Ramacandra adalah seorang raja legendaris yang terkenal dari India yang konon hidup pada zaman Tretayuga, keturunan Dinasti Surya atau Suryawangsa. Ia berasal dari Kerajaan Kosala yang beribukota Ayodhya. Menurut pandangan Hindu, Ia merupakan Awatara Dewa Wisnu yang ketujuh yang turun ke bumi pada zaman Tretayuga. Sosok dan kisah kepahlawanannya yang terkenal dituturkan dalam sebuah Sastra Hindu Kuno yang disebut Ramayana, tersebar dari Asia Selatan sampai Asia Tenggara. Terlahir sebagai putera sulung dari pasangan Raja Dasarata dengan Kosalya, ia dipandang sebagai Maryada Purushottama, yang artinya "Manusia Sempurna". Setelah dewasa, Rama memenangkan sayembara dan beristerikan Dewi Sita, inkarnasi dari Dewi Laksmi. Rama memiliki anak kembar, yaitu Kusa dan Lawa.

8. Kresna Awatara, Putra Wasudewa, muncul saat Dwapara Yuga


Kresna adalah salah satu dewa yang dipuja oleh umat Hindu, berwujud pria berkulit gelap atau biru tua, memakai dhoti kuning dan mahkota yang dihiasi bulu merak. Dalam seni lukis dan arca, umumnya Ia digambarkan sedang bermain seruling sambil berdiri dengan kaki yang ditekuk ke samping. Legenda Hindu dalam kitab Purana dan Mahabharata menyatakan bahwa ia adalah putra kedelapan Basudewa dan Dewaki, bangsawan dari kerajaan Surasena, kerajaan mitologis di India Utara. Secara umum, ia dipuja sebagai awatara (inkarnasi) Dewa Wisnu kedelapan di antara sepuluh Awatara Wisnu. Dalam beberapa tradisi perguruan Hindu, misalnya Gaudiy Waisnawa, ia dianggap sebagai manifestasi dari kebenaran mutlak, atau perwujudan Tuhan itu sendiri, dan dalam tafsiran kitab-kitab yang mengatasnamakan Wisnu atau Kresna, misalnya Bhagawatapurana, ia dimuliakan sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Bhagawatapurana, ia digambarkan sebagai sosok penggembala muda yang mahir bermain seruling, sedangkan dalam wiracarita Mahabharata Ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Selain itu ia dikenal pula sebagai tokoh yang memberikan ajaran filosofis, dan umat Hindu meyakini Bhagawadgita sebagai kitab yang memuat kotbah Kresna kepada Arjuna tentang ilmu rohani.

9. Buddha Awatara, Pangeran Siddharta Gautama, muncul saat Kali Yuga


Gautama Buddha muncul dalam kitab Purana (Susastra Hindu) sebagai Awatara (inkarnasi) kesembilan di antara sepuluh Awatara (Dasawatara) Dewa Wisnu. Dalam Bhagawatapurana, Beliau disebut sebagai Awatara kedua puluh empat di antara dua puluh lima awatara Dewa Wisnu. Kata buddha berarti "Dia yang mendapat pencerahan" dan dapat mengacu kepada Buddha lainnya selain Gautama Buddha, pendiri Buddhisme yang dikenal pada masa sekarang. Berbeda dengan ajaran Hindu, ajaran Gautama Buddha tidak menekankan keberadaan "Tuhan sang Pencipta" sehingga agama Buddha termasuk bagian dari salah satu aliran nāstika (heterodoks; secara harfiah berarti "Itu tidak ada") menurut aliran-aliran agama Dharma lainnya, seperti Dwaita. Namun beberapa aliran lainnya, seperti Adwaita,sangat mirip dengan ajaran Buddhisme, baik bentuk maupun filsafatnya

10. Kalki Awatara, Sang Pemusnah, muncul saat Kali Yuga


Kalki adalah Awatara Dewa Wisnu kesepuluh sekaligus yang terakhir, yang akan datang pada akhir zaman Kaliyuga (zaman kegelapan dan kehancuran) saat ini. Nama Awatara Kalki seringkali dipakai sebagai metafora untuk kekekalan dan waktu. Berbagai tradisi memiliki berbagai kepercayaan dan pemikiran mengenai kapan, bagaimana, di mana, dan mengapa Awatara Kalki muncul. Penggambaran yang umum mengenai Awatara Kalki yaitu Beliau adalah Awatara yang mengendarai kuda putih (beberapa sumber mengatakan nama kudanya Devadatta (anugerah Dewa) dan dilukiskan sebagai kuda bersayap). Awatara Kalki memiliki pedang berkilat yang digunakan untuk memusnahkan kejahatan dan menghancurkan iblis Kali kemudian menegakkan kembali dharma dan memulai zaman yang baru.

''Semoga Berguna Bagi Kita Semua''

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "AWATARA DEWA WISNU"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel