PURA PANCAKA MATARAM LOMBOK
PURA PANCAKA MATARAM LOMBOK
Oleh:
I Nyoman Alit Suarjaya
2012
Kata
Pengantar
Om Swatyastu
Pertama-tama
marilah kita panjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asung kertha
waranugraha Beliaulah kita semua bisa berada di tenmpat ini dalam keadan sehat
jasmani maupun rohani.
Dan berkat Beliau penulis dapat menyelesaikan makalah Sejarah Agama Hindu
tentang “Pura Pancaka”.
Sudah tentu penyusun makalah ini
jauh dari sempurna, maka dari itu perlu kami mohon kehadapan para pembaca untuk
memberikan masukan yang sifatnya perbaikan-perbaikan serta masukan yang
nantinya makalah ini lebih sempurna lagi.
Pada
kesempatan ini penyusunmengucapkan terimakasi kepada Bapak Drs. I Kayan
Kariadi, S.Ag,M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Agama Hindu,
kepada Bapak Komang Suarta SH selaku
Bendesa Krama Pura Mataram Selatan, kepada teman-teman disrama dan pihak lain
yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, serta keluarga
saya yang merupakan inspirator dan motipator dalam diri saya. Dengan
bantuan mereka makalah saya yang berjudul “Pura Pancaka” dapat
terselesaikan,
Penyusun menyadari bahwa makalah
ini, masih banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan, apabila ada kesalahan
kata-kata dan mungkin menyinggung perasaan para pembaca, oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya.
Om Santih Santih Santih Om
Daftar
Isi
Kata Pengantar.............................................................................. i
Daftar isi ...................................................................................... ii
Kata Pengantar.............................................................................. i
Daftar isi ...................................................................................... ii
Bab
I Pendahuluan
1.I Latar Belakang Masalah............................................................. 1
1.2 Rumusan Maasalah ................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan .................................................................... 2
Bab
II Pembahasan
2.1 Sejarah Pura Pancaka ............................................................... 3
2.2 Ruang Lingkup Pura Pancaka ................................................... 4
2.3 Bangunan Suci yang ada di Pura
Pancaka ................................ 5
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 12
3.2 Saran ......................................................................................... 12
Daftar Pustaka
BAB I Pendahuluan
I.I
Latar Belakang Masalah
Sebagaimana
kita ketahui bahwa pura merupakan sebuah
tempat
suci yang berfungsi untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi, prabawa beliau
(manifestasi kemahakuasaan-NYA) atau Atma Sidha Dewata (roh suci leluhur). Tempat
suci di pulau bali dan lombok lazimnya disebut pura yang sebelumnya lebih
dikenal dengan sebutan kahyangan atau parhyangan.
Dalam
pembangunan tempat suci bagi umat hindu (di bali dan lombok) pada umumnya
didasarkan atas petunjuk Siwa Tatwa yang dikaji dalam berbagai lontar yang
bercorak siwaistik. Adapun pedoman yang dipakai dalam memilih dan menentukan
untuk pembangunan sebuah pura yaitu :
1. Hulu,
mengambil tempat di posisi utara (kaja) arah gunung (udaya) atau timur (kangin)
tempat matahari terbit.
2. Di
gunung atau lereng gunung adalah tempat ketinggian yang dipandang bebas dari polusi
dan memiliki fibrasi/ pancaran kesucian.
3. Dekat
sumber air seperti danau, sungai (campuhan), mata air (klebutan), tepi pantai
4.Tempat
atau tanah yang sakral yang dinilai mempunyai nilai kesucian dan kekuatan gaib.
5.Tempat
yang tanahnya berbau harum yaitu tempat yang dinilai mempunyai kekuatan magis
dan pancaran alam kedewataan.
Selain
pemilihan tempat, dalam membangun pura juga harus didasarkan juga atas falsafah
Satyam-Siwam-sundaram yaitu
kebenaran, kesucian dan keindahan atau keasrian. Untuk tetap tegaknya falsafah
tersebut maka ditugaskanlah seseorang atau beberapa orang sulinggih atau
pinandita yang bertugas untuk merawat dan menata aci atau upacara yadnya di
pura seperti halnya
di Pura Pancaka.Yang menjadi pokok pembahasan saya
yaitu ingin mengkhususkan kepada pura pancaka yang terletak di mataram lombok.
I.2 Rumusan Masalah
Dari pemaparan diatas
dapat diambil beberapa permasalahan, yaitu :
1. Sejarah
Berdirinya Pura Pancaka ?
2. Ruang
Lingkup Pura Pancaka ?
3. Jenis
– jenis bangunan suci yang ada dan fungsinya masing-masing ?
I.3 Manfaat Penulisan
1. Mengetahui
ruang lingkup pura pancaka baik dari segi pengertian dan fungsi dari Pura Pancaka.
2. Mengetahui
sejarah Pura Pancaka.
3. Mengetahui
bangunan apa saja yang terdapat di dalamnya serta yang berstana / melinggih
disana.
Bab II Pembahasan
2.1 Sejarah Berdirinya
Pura Pancaka
Pura
Pancaka
merupakan sebuah pura yang terletak di jln. Pancaka No.7B Mataram, yang
tepatnya di belakang Sekolah Tinggi Gede Pudja Mataram. Pura ini didirikan oleh
Gede Girna sekitar abad ke 19 yang menggunakan dana sendiri pada waktu itu yang
sebenarnya ditujukan untuk warga sekitar sebagai pura umum. Luas pura ini pada
abad ke 19 tidaklah seperti sekarang dan bangunan palinggih yang terdapat
disana yaitu palinggih Lingsar, Gunung Rinjani, Gunung Agung, Pelukatan, Petirtan
dan Bagus Botoh (bagi yang suka berjudi).
Dari
pengertian kata Pancaka
ini sendiri merupakan tempat pemandian suci, karena memang di pura ini terdapat
sumber mata air yang mengalir dan aliran air ini digunakan oleh raja mataram
dan setelah masuknya Bangsa Belanda pada tahun 1984 di Pulau Lombok,warga
sekitar juga mengfungsikan pura ini sebagai tempat pemandian suci pada waktu
itu.
Seiring
berjalannya waktu atau tepatnya setelah G/30 S PKI, sekitar tahun 1967-1968
pura pancaka ini mulai sedikit direnovasi oleh masyarakat dan pada tahun 1968
diadakanlah upacara pujawali secara rutin saat “purnama kalima” yang berjalan sampai tahun 1981 akhir. Awal tahun
1982 Gde Pudja selaku Bimas Hindu yang pada waktu itu melakukan perombakan
/ renovasi besar-besaran dan menambahkan
beberapa palinggih utama seperti palinggih, Rambut sedana dan lain-lainnya.
Sementara itu palinggih Bagus Botoh dipralina supaya tidak menimbulkan
prasangka yang buruk dikemudian hari. Selesai renovasi yang dilakukan maka
Menjadilah Pura Pancaka seperti yang anda lihat sampai sekarang dan waktu
piodalan juga dirubah menjadi Purnama Kapat.
Perenovasian
pura ini dilakukan oleh Bapak Gde Pudja Bertujuan untuk memberikan ruang/
tempat yang lebih luas bagi para warga yang ingin tangkil atau melakukan
persembahyangan di pura pancaka karena bertambahnya jumlah penduduk yang
beragama hindu di pulau lombok khususnya wilayah kota Mataram pada waktu itu.
2.2 Ruang Lingkup Pura
Pancaka
Pura
Pancaka berasal dari dua kata yaitu “pura” yang berarti benteng dan “Pancaka”
merupakan Tempat pemandian suci. Jadi disini Pura pancaka dapat diartikan
Sebagai benteng atau perlindungan diri dengan melakukan pemandian suci/melukat,
baik dari segi niskala maupun sekala agar kita memperoleh fibrasi kesucian,
kebersihan, terhindar dari mala
(kekotoran) dan kiranya bisa melebur dosa-dosa yang telah kita lakukan di dunia
ini.Tujuan didirikannya pura ini ialah agar masyarakat/ warga Desa Karangmedain
Pada Khususnya dan umat hindu pada umumnya bisa memohon kesucian dengan melukat di pura ini, memohon keselamatan,
memohon kesehatan dan kemudahan rejeki, diberikan kemudahan agar terhindar dari
hal-hal yang kurang baik serta untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha
Esa,
Pura
Pancaka memiliki konsep tri mandala yang terdiri dari nista mandala, madya
mandala dan utaman mandala. Di nista mandala berdiri sebuah bangunan yang
difungsikan sebagai tempat nabuh/megambel, peristirahatan pemangku/sulinggih
dan untuk menyimpan alat-alat gambelan tersebut. Untuk madya mandala yang dibatasi candi bentar
terdapat balai kulkul yang difungsikan sebagai alat komunikasi bagi krama yang
berada di lingkungan pura pancaka ketika akan diadakannya upacara piodalan/
pujawali maupun upacara sejenisnya dan terdapat juga sebuah palinggih suci Ratu Pacung yang berada tepat di pojok
utara barat yang difungsikan sebagai penjaga areal madya utama. Di madya
mandala ini juga terdapat banyak pepohonan yang semakin memberikan nuansa
keheningan, kesejukan serta keasrian di pura tersebut. Dan untuk utama mandala
yang dibatasi pula oleh candi bentar terdapat sekitar 14 palinggih dan 3 bangunan
suci yang diantaranya : Pelinggih Pakerisan, Pelinggih Lingsar, Pelinggih Gunung Pangsung, Pelinggih Gunung Rinjani, Pelinggih Gunung Agung, Padmasana, Pelinggih Tri Sakti, Pelinggih Anantaboga, Pelinggih Rambut Sedana, Pelinggih Ngelurah, Pelinggih Ratu Manik Jelawung, Pelinggih Palukatan, Pangaruman,
Pelinggih
Patirtaan, dan Gedong, Bale Pasanekan, serta Piasan.
Jika
dilihat dari karakteristiknya Pura Pancaka merupakan pura /khayangan jagat
karena umat yang mengadakan persembahyangan ke pura ini bukan hanya yang berada
di ruang lingkup karang medain, namun juga yang berada di luar daerah tersebut.
Pura ini merupakan tempat untuk memuja tuhan berserta manifestasi-NYA.
Pura
pancaka memiliki beberapa bangunan suci yang diantaranya berupa bale dan
palinggih, bangunan tersebut yaitu :
1.
Pelinggih Pakerisan
Difungsikan
sebagai linggih manifestasi tuhan yang berada/berstana di pura pancaka.
2.
Pelinggih Lingsar
Palinggih
lingsar merupakan palinggih yang difungsikan sebagai persimpangan para dewa
yang berstana di pura lingsar. Dibuatnya palinggih ini yakni agar masyarakat
sekitar Pura Pancaka yang ingin menghaturkan bakti ke pura lingsar, cukup
melaksanakannya di pura pancaka.
3.
Pelinggih Gunung Pengsong
Berfungsi
sebagai persimpangan sesuunan yang berstana di gunung pengsong.
4.
Pelinggih Gunung Agung
Difungsikan
untuk memuja dewa yang berstana di Gunung agung (persimpangan).
5. Pelinggih
Gunung Rinjani
Merupakan palinggih yang diperuntukan sebagai
persimpangan dari dewa ataupun manisfestasi tuhan yang lain yang berstana di
gunung rinjani.
6.
Padmasana
Merupakan
palinggih yang difungsikan memuja tuhan yang tidak berkepribadian yang
berlokasi ditimur laut
(kaja kangin).
7. Pelinggih Tri Sakti
Tri
sakti difungsikan untuk memuja sakti dari hyang tri murti (brahma, wisnu,
siwa), yaitu : Dewi Laksmi, Dewi Saraswati, Dewi Sri.
8.
Pelinggih Anantaboga
Merupakan
naga anantaboga yang berstana di palinggih tersebut yang sangat membantu dalam
pemutaran gunung mandara giri.
9. Pelinggih Rambut Sedana
Merupakan palinggih
memberikan kemurahan rejeki bagi para pamedek yang ingin memohon rejeki.
10. Pelinggih Ngelurah
Merupakan
penjaga yang melindungi areal Pura pancaka baik dari segi niskala maupun
niskala.
11. Gedong
Gedong merupakan tempat untuk menyimpan pretima-pretima atau arca yang berada di Pura Pancaka
Gedong merupakan tempat untuk menyimpan pretima-pretima atau arca yang berada di Pura Pancaka
12.
Pelinggih Ratu Manik Jelawung
Pelinggih
Ratu Manik Jelawung merupakan Ratu gede/
barong yang berstana di palinggih tersebut.
13. Pelinggih Palukatan
Palinggih
yang difungsikan sebagai tempat memohon tirta palukatan, yang tirta palukatan
ini dipercaya dapat melebur mala, kekotoran serta memberikan vibrasi kesucian
dalam diri.
14. Pangaruman
Tempat
ngelinggihang Ida Betara sane wenten ring pura pancaka disaat dilangsungkannya
upacara piodalan/pujawali.
15. Pelinggih Patirtan
Palinggih patirtan
merupakan palinggih yang difungsikan sebagai tempat memohon tirta/ air suci di
pura pancaka ini.
16.
Bale Pesanekan
Bale
yang terdapat di Pura Pancaka ini biasanya dipergunakan sebagai tempat
pesanekan/istirahat bagi umat yang ingin duduk sebentar menghilangkan lelah,
serta sebagai tempat untuk sekea kidung melantunkan kidung.
17.
Piasan
Piasan ini difungsikan sebagai tempat untuk ngastawa mangku, ngaturan,
menaruh banten yang akan dihaturkan.
Bab III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1. Pengertian dari Pura Pancaka yaitu Sebagai benteng atau perlindungan diri dengan melakukan pemandian suci/melukat, baik dari segi niskala maupun sekala agar kita memperoleh kesucian, kebersihan, terhindar dari mala (kekotoran) dan kiranya bisa melebur dosa-dosa yang telah kita lakukan di dunia ini.
1. Pengertian dari Pura Pancaka yaitu Sebagai benteng atau perlindungan diri dengan melakukan pemandian suci/melukat, baik dari segi niskala maupun sekala agar kita memperoleh kesucian, kebersihan, terhindar dari mala (kekotoran) dan kiranya bisa melebur dosa-dosa yang telah kita lakukan di dunia ini.
2. Pura
pancaka pertama kali didirikan oleh Gede Girna sekitar abad 19 dan mulai
direnovasi oleh Gde Pudja secara besar-besaran yang saat itu selaku BIMAS hindu
yang bertujuan untuk memberikan lebih banyak ruang bagi pamedek yang ingin
tangkil.
3. Pura
pancaka memiliki berberapa bangunan suci baik yang berupa palinggih maupun
bangunan bangunan lainnya. Bangunan tersebut yaitu : Pelinggih Pakerisan, lingsar,Pelinggih Gunung Pangsung, Pelinggih Gunung Rinjani, Pelinggih Gunung Agung, Padmasana, Pelinggih Tri Sakti, Pelinggih Anantaboga, Pelinggih Rambut Sedana, Pelinggih Ngelurah, Ratu Manik Jelawung, Pelinggih Palukatan, Pangaruman,
Pelinggih
Patirtaan, Gedong, Bale Pasanekan, serta Piasan.
4. Jika
dilihat dari karakteristiknya Pura Pancaka merupakan pura /khayangan jagat
karena umat yang mengadakan persembahyangan ke pura ini bukan hanya yang berada
di ruang lingkup karang medain, namun juga yang berada di luar daerah tersebut.
3.2 Saran
Dengan
didirikannya pura pancaka ini hendaknya umat hindu khususnya di pulau lombok
ini bisa lebih meningkatkan sradha dan bhakti kehadapan Ida Shang Hyang Widhi
beserta manifestasi-NYA. Dan hendaknya umat hindu lebih menyadari fungsi
,peranan dan keberadaan Pura Pancaka.
DAFTAR
PUSTAKA
Direktorat
Jendral BIMAS Hindu. Pedoman Pembangunan
Tempat Ibadah, 2009.
Sumari, Made. Bahan Ajar Acara
Agama Hindu II, 2011
Narasumber: Bendesa Desa
Adat karangmedain (Bapak Komang Suarta SH)
21/12/2019
''Semoga Berguna Bagi Kita Semua''
Alit S.21/12/2019
Belum ada Komentar untuk "PURA PANCAKA MATARAM LOMBOK"
Posting Komentar