Entri yang Diunggulkan

Makna Suri Asuri Sampad

Makna Suri Asuri Sampad Alit S, 21/12/2019 Pada dasarnya dalam diri manusia ada dua kecendrungan, yaitu berbuat baik atau sifat-sifat...

PURA PANCAKA MATARAM LOMBOK

PURA PANCAKA MATARAM LOMBOK
Oleh:
       I Nyoman Alit Suarjaya        
2012

            Kata Pengantar
        Om Swatyastu

                  Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asung kertha waranugraha Beliaulah kita semua bisa berada di tenmpat ini dalam keadan sehat jasmani maupun rohani. Dan berkat Beliau penulis dapat menyelesaikan makalah Sejarah Agama Hindu tentang “Pura Pancaka”.

                      Sudah tentu penyusun makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu perlu kami mohon kehadapan para pembaca untuk memberikan masukan yang sifatnya perbaikan-perbaikan serta masukan yang nantinya makalah ini lebih sempurna lagi.

                       Pada kesempatan ini penyusunmengucapkan terimakasi kepada Bapak Drs. I Kayan Kariadi, S.Ag,M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Agama Hindu, kepada Bapak  Komang Suarta SH selaku Bendesa Krama Pura Mataram Selatan, kepada teman-teman disrama dan pihak lain yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, serta keluarga saya yang merupakan inspirator dan motipator dalam diri saya. Dengan bantuan mereka makalah saya yang berjudul “Pura Pancaka” dapat terselesaikan,
                       Penyusun menyadari bahwa makalah ini, masih banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan, apabila ada kesalahan kata-kata dan mungkin menyinggung perasaan para pembaca, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya.
        Om Santih Santih Santih Om

Daftar Isi 
Kata Pengantar.............................................................................. i
Daftar isi ...................................................................................... ii
       Bab I  Pendahuluan
1.I Latar Belakang Masalah............................................................. 1
1.2 Rumusan Maasalah ................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan .................................................................... 2
      Bab II Pembahasan
2.1 Sejarah Pura Pancaka ............................................................... 3
2.2 Ruang Lingkup Pura Pancaka ................................................... 4
2.3 Bangunan Suci yang ada di Pura Pancaka ................................ 5
     Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 12
3.2 Saran ......................................................................................... 12
       Daftar Pustaka

      BAB I Pendahuluan
I.I Latar Belakang Masalah
                         Sebagaimana kita ketahui bahwa pura merupakan sebuah tempat suci yang berfungsi untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi, prabawa beliau (manifestasi kemahakuasaan-NYA) atau Atma Sidha Dewata (roh suci leluhur). Tempat suci di pulau bali dan lombok lazimnya disebut pura yang sebelumnya lebih dikenal dengan sebutan kahyangan atau parhyangan.
          Dalam pembangunan tempat suci bagi umat hindu (di bali dan lombok) pada umumnya didasarkan atas petunjuk Siwa Tatwa yang dikaji dalam berbagai lontar yang bercorak siwaistik. Adapun pedoman yang dipakai dalam memilih dan menentukan untuk pembangunan sebuah pura yaitu :
1. Hulu, mengambil tempat di posisi utara (kaja) arah gunung (udaya) atau timur (kangin)         tempat matahari terbit.
   2. Di gunung atau lereng gunung adalah tempat ketinggian yang dipandang bebas dari    polusi dan memiliki fibrasi/ pancaran kesucian.
            3. Dekat sumber air seperti danau, sungai (campuhan), mata air (klebutan), tepi pantai
   4.Tempat atau tanah yang sakral yang dinilai mempunyai nilai kesucian dan kekuatan   gaib.
  5.Tempat yang tanahnya berbau harum yaitu tempat yang dinilai mempunyai kekuatan magis dan pancaran alam kedewataan.
                        Selain pemilihan tempat, dalam membangun pura juga harus didasarkan juga atas falsafah Satyam-Siwam-sundaram yaitu kebenaran, kesucian dan keindahan atau keasrian. Untuk tetap tegaknya falsafah tersebut maka ditugaskanlah seseorang atau beberapa orang sulinggih atau pinandita yang bertugas untuk merawat dan menata aci atau upacara yadnya di pura seperti halnya di Pura Pancaka.Yang menjadi pokok pembahasan saya yaitu ingin mengkhususkan kepada pura pancaka yang terletak di mataram lombok.
       I.2 Rumusan Masalah
         Dari pemaparan diatas dapat diambil beberapa permasalahan, yaitu :
                 1. Sejarah Berdirinya Pura Pancaka ?
        2.  Ruang Lingkup Pura Pancaka ?
        3.  Jenis – jenis bangunan suci yang ada dan fungsinya masing-masing ?
       I.3 Manfaat Penulisan
  1. Mengetahui ruang lingkup pura pancaka baik dari segi pengertian dan fungsi dari Pura Pancaka.
2.      Mengetahui sejarah Pura Pancaka.
3.      Mengetahui bangunan apa saja yang terdapat di dalamnya serta yang berstana / melinggih disana.
      Bab II Pembahasan
       2.1 Sejarah Berdirinya Pura Pancaka
                      Pura Pancaka merupakan sebuah pura yang terletak di jln. Pancaka No.7B Mataram, yang tepatnya di belakang Sekolah Tinggi Gede Pudja Mataram. Pura ini didirikan oleh Gede Girna sekitar abad ke 19 yang menggunakan dana sendiri pada waktu itu yang sebenarnya ditujukan untuk warga sekitar sebagai pura umum. Luas pura ini pada abad ke 19 tidaklah seperti sekarang dan bangunan palinggih yang terdapat disana yaitu palinggih Lingsar, Gunung Rinjani, Gunung Agung, Pelukatan, Petirtan dan Bagus Botoh (bagi yang suka berjudi). Dari pengertian kata Pancaka ini sendiri merupakan tempat pemandian suci, karena memang di pura ini terdapat sumber mata air yang mengalir dan aliran air ini digunakan oleh raja mataram dan setelah masuknya Bangsa Belanda pada tahun 1984 di Pulau Lombok,warga sekitar juga mengfungsikan pura ini sebagai tempat pemandian suci pada waktu itu.
                        Seiring berjalannya waktu atau tepatnya setelah G/30 S PKI, sekitar tahun 1967-1968 pura pancaka ini mulai sedikit direnovasi oleh masyarakat dan pada tahun 1968 diadakanlah upacara pujawali secara rutin saat “purnama kalima” yang  berjalan sampai tahun 1981 akhir. Awal tahun 1982 Gde Pudja selaku Bimas Hindu yang pada waktu itu melakukan perombakan /  renovasi besar-besaran dan menambahkan beberapa palinggih utama seperti palinggih, Rambut sedana dan lain-lainnya. Sementara itu palinggih Bagus Botoh dipralina supaya tidak menimbulkan prasangka yang buruk dikemudian hari. Selesai renovasi yang dilakukan maka Menjadilah Pura Pancaka seperti yang anda lihat sampai sekarang dan waktu piodalan juga dirubah menjadi Purnama Kapat.
                       Perenovasian pura ini dilakukan oleh Bapak Gde Pudja Bertujuan untuk memberikan ruang/ tempat yang lebih luas bagi para warga yang ingin tangkil atau melakukan persembahyangan di pura pancaka karena bertambahnya jumlah penduduk yang beragama hindu di pulau lombok khususnya wilayah kota Mataram pada waktu itu.         
       2.2 Ruang Lingkup Pura Pancaka
                      Pura Pancaka berasal dari dua kata yaitu “pura” yang berarti benteng dan “Pancaka” merupakan Tempat pemandian suci. Jadi disini Pura pancaka dapat diartikan Sebagai benteng atau perlindungan diri dengan melakukan pemandian suci/melukat, baik dari segi niskala maupun sekala agar kita memperoleh fibrasi kesucian, kebersihan,  terhindar dari mala (kekotoran) dan kiranya bisa melebur dosa-dosa yang telah kita lakukan di dunia ini.Tujuan didirikannya pura ini ialah agar masyarakat/ warga Desa Karangmedain Pada Khususnya dan umat hindu pada umumnya bisa memohon kesucian dengan  melukat di pura ini, memohon keselamatan, memohon kesehatan dan kemudahan rejeki, diberikan kemudahan agar terhindar dari hal-hal yang kurang baik serta untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa,
                     Pura Pancaka memiliki konsep tri mandala yang terdiri dari nista mandala, madya mandala dan utaman mandala. Di nista mandala berdiri sebuah bangunan yang difungsikan sebagai tempat nabuh/megambel, peristirahatan pemangku/sulinggih dan untuk menyimpan alat-alat gambelan tersebut. Untuk  madya mandala yang dibatasi candi bentar terdapat balai kulkul yang difungsikan sebagai alat komunikasi bagi krama yang berada di lingkungan pura pancaka ketika akan diadakannya upacara piodalan/ pujawali maupun upacara sejenisnya dan terdapat juga sebuah palinggih suci Ratu Pacung yang berada tepat di pojok utara barat yang difungsikan sebagai penjaga areal madya utama. Di madya mandala ini juga terdapat banyak pepohonan yang semakin memberikan nuansa keheningan, kesejukan serta keasrian di pura tersebut. Dan untuk utama mandala yang dibatasi pula oleh candi bentar terdapat sekitar 14 palinggih dan 3 bangunan suci yang diantaranya :  Pelinggih Pakerisan, Pelinggih Lingsar, Pelinggih Gunung Pangsung, Pelinggih Gunung Rinjani, Pelinggih Gunung Agung, Padmasana, Pelinggih Tri Sakti, Pelinggih Anantaboga, Pelinggih Rambut Sedana, Pelinggih Ngelurah, Pelinggih Ratu Manik Jelawung, Pelinggih Palukatan, Pangaruman, Pelinggih Patirtaan, dan Gedong, Bale Pasanekan, serta Piasan.
                       Jika dilihat dari karakteristiknya Pura Pancaka merupakan pura /khayangan jagat karena umat yang mengadakan persembahyangan ke pura ini bukan hanya yang berada di ruang lingkup karang medain, namun juga yang berada di luar daerah tersebut. Pura ini merupakan tempat untuk memuja tuhan berserta manifestasi-NYA.
        2.3 Bangunan Suci Pura Pancaka
 
                    Pura pancaka memiliki beberapa bangunan suci yang diantaranya berupa bale dan palinggih, bangunan tersebut yaitu :
         1.   Pelinggih Pakerisan
            Difungsikan sebagai linggih manifestasi tuhan yang berada/berstana di pura pancaka.
          2.    Pelinggih Lingsar
          Palinggih lingsar merupakan palinggih yang difungsikan sebagai persimpangan para dewa yang berstana di pura lingsar. Dibuatnya palinggih ini yakni agar masyarakat sekitar Pura Pancaka yang ingin menghaturkan bakti ke pura lingsar, cukup melaksanakannya di pura pancaka.
         3.    Pelinggih Gunung Pengsong
         Berfungsi sebagai persimpangan sesuunan yang berstana di gunung pengsong.
                  4.    Pelinggih Gunung Agung
         Difungsikan untuk memuja dewa yang berstana di Gunung agung (persimpangan).
                  5.  Pelinggih Gunung Rinjani
      Merupakan  palinggih yang diperuntukan sebagai persimpangan dari dewa ataupun manisfestasi tuhan yang lain yang berstana di gunung rinjani.
        6.  Padmasana
         Merupakan palinggih yang difungsikan memuja tuhan yang tidak berkepribadian yang berlokasi ditimur laut  (kaja kangin).  
        7. Pelinggih Tri Sakti
         Tri sakti difungsikan untuk memuja sakti dari hyang tri murti (brahma, wisnu, siwa), yaitu : Dewi Laksmi, Dewi Saraswati, Dewi Sri.
        8.  Pelinggih  Anantaboga
         Merupakan naga anantaboga yang berstana di palinggih tersebut yang sangat membantu dalam pemutaran gunung mandara giri.
         9. Pelinggih Rambut Sedana
      Merupakan palinggih memberikan kemurahan rejeki bagi para pamedek yang ingin memohon rejeki.
         10. Pelinggih Ngelurah
        Merupakan penjaga yang melindungi areal Pura pancaka baik dari segi niskala maupun niskala.
         11. Gedong
        Gedong merupakan tempat untuk menyimpan pretima-pretima atau arca yang berada di Pura Pancaka
         12.    Pelinggih Ratu Manik Jelawung
         Pelinggih Ratu Manik Jelawung merupakan Ratu gede/ barong yang berstana di palinggih tersebut.
         13. Pelinggih Palukatan
          Palinggih yang difungsikan sebagai tempat memohon tirta palukatan, yang tirta palukatan ini dipercaya dapat melebur mala, kekotoran serta memberikan vibrasi kesucian dalam diri.
         14. Pangaruman
         Tempat ngelinggihang Ida Betara sane wenten ring pura pancaka disaat dilangsungkannya upacara piodalan/pujawali.
                   15. Pelinggih Patirtan
          Palinggih patirtan merupakan palinggih yang difungsikan sebagai tempat memohon tirta/ air suci di pura pancaka ini.
        16.  Bale Pesanekan
     Bale yang terdapat di Pura Pancaka ini biasanya dipergunakan sebagai tempat pesanekan/istirahat bagi umat yang ingin duduk sebentar menghilangkan lelah, serta sebagai tempat untuk sekea kidung melantunkan kidung.
        17.   Piasan
         Piasan ini difungsikan sebagai tempat untuk ngastawa mangku, ngaturan, menaruh banten yang akan dihaturkan.
     Bab III
     PENUTUP
       3.1 Kesimpulan
         Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan, yaitu:
   1. Pengertian dari Pura Pancaka yaitu Sebagai benteng atau perlindungan diri dengan melakukan pemandian suci/melukat, baik dari segi niskala maupun sekala agar kita memperoleh kesucian, kebersihan,  terhindar dari mala (kekotoran) dan kiranya bisa melebur dosa-dosa yang telah kita lakukan di dunia ini.
   2.  Pura pancaka pertama kali didirikan oleh Gede Girna sekitar abad 19 dan mulai direnovasi oleh Gde Pudja secara besar-besaran yang saat itu selaku BIMAS hindu yang bertujuan untuk memberikan lebih banyak ruang bagi pamedek yang ingin tangkil.
   3. Pura pancaka memiliki berberapa bangunan suci baik yang berupa palinggih maupun bangunan bangunan lainnya. Bangunan tersebut yaitu : Pelinggih Pakerisan, lingsar,Pelinggih Gunung Pangsung, Pelinggih Gunung Rinjani, Pelinggih Gunung Agung, Padmasana, Pelinggih Tri Sakti, Pelinggih Anantaboga, Pelinggih Rambut Sedana, Pelinggih Ngelurah, Ratu Manik Jelawung, Pelinggih Palukatan, Pangaruman, Pelinggih Patirtaan, Gedong, Bale Pasanekan, serta Piasan.
   4.   Jika dilihat dari karakteristiknya Pura Pancaka merupakan pura /khayangan jagat karena umat yang mengadakan persembahyangan ke pura ini bukan hanya yang berada di ruang lingkup karang medain, namun juga yang berada di luar daerah tersebut.
      3.2 Saran
         Dengan didirikannya pura pancaka ini hendaknya umat hindu khususnya di pulau lombok ini bisa lebih meningkatkan sradha dan bhakti kehadapan Ida Shang Hyang Widhi beserta manifestasi-NYA. Dan hendaknya umat hindu lebih menyadari fungsi ,peranan dan keberadaan Pura Pancaka.
              DAFTAR PUSTAKA
      Direktorat Jendral BIMAS Hindu. Pedoman Pembangunan Tempat Ibadah, 2009.
                   Sumari, Made. Bahan Ajar Acara Agama Hindu II, 2011
                   Narasumber:  Bendesa Desa Adat karangmedain (Bapak  Komang Suarta SH)



   ''Semoga Berguna Bagi Kita Semua''
                 Alit S.
                 21/12/2019










 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "PURA PANCAKA MATARAM LOMBOK"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel