Entri yang Diunggulkan

Makna Suri Asuri Sampad

Makna Suri Asuri Sampad Alit S, 21/12/2019 Pada dasarnya dalam diri manusia ada dua kecendrungan, yaitu berbuat baik atau sifat-sifat...

BHAGAWADGITA III KARMA YOGA, KENAPA KERJA?


BHAGAWADGITA III

KARMA YOGA, KENAPA KERJA?


'''Alit S. Sabtu 14/3/2020'''


arjuna uvāca
Śloka 1
jyāyaśi cet karmaṇas te
matā buddhir janārdana
tat kim karmaṇi ghore māṁ
niyojayasi keśave
Artinya:
Arjuna berkata:
Jika engkau menganggap bahwa jalan pengertian lebih mulia dari jalan perbuatan, mengapa engkau mendesak aku untuk melakukan perbuatan yang biadab ini, O Krshna.

Śloka 2
vyāmiśreṇe ‘va vākyena
buddhim mohayasi’va me
tad ekam vada niścitya
yena śreyo ‘ham āppnuyām
Artinya:
Rupa-rupanya dengan ucapan yang kabur Engkau kiranya mengacaukan pengertianku. Ajarkanlah dengan tegas kepadaku satu hal saja dengan mana aku dapat mencapai kebaikan yang termulia.
Penjelasan: Hidup adalah kerja tanpa mengikatkan diri pada hasilnya.

śribhagavān uvāca
Śloka 3
loke ‘smindvividhā niṣṭhā
purā proktā mayā ‘nagha
jñānayogena sāmkhyānāṁ
karmayogena yoginām
Artinya:
Sri Bhagawan bersabda:
O, Arjuna, manusia tanpa noda; di dunia ini ada dua jalan hidup yang telah aku ajarkan dari jaman dahulu kala. Jalan ilmu pengetahuan bagi mereka yang mempergunakan pikiran dan yang lain dengan jalan pekerjaan bagi mereka yang aktif.

Śloka 4
na karmaṇām anārambhān
naiṣkarmyaṁ puroṣo ‘śnute
na ca samnyasanād eva
siddhiṁ samadhigacchati
Artinya:
Bukan dengan jalan tiada bekerja orang mencapai kebebasan dari perbuatan. Pun juga tidak hanya dengan melepaskan diri dari pekerjaan orang akan mencapai kesempurnaannya.

Śloka 5
nahi kaścit kṣaṇam api
jātu tiṣṭhaty akarmakṛt
kāryate hy avaśaḥ karma
sarvaḥ prakṛtijair guṇaih
Artinya:
Sebab siapapun tidak akan dapat tinggal diam, meskipun sekejap mata, tanpa melakukan pekerjaan. Tiap-tiap orang digerakkan oleh dorongan alamnya dengan tidak berdaya apa-apa lagi.

Śloka 6
karmendriyāṇi samyamya
ya āste manasā smaran
indriyārthān vimūḍhātmā
mithyācāraḥ sa ucyate
Artinya:
Dia yang menahan geraknya indria, tetapi sebenarnya dia terus memikirkan tentang obyek-obyek yang diingini, sifat mana disembunyikan, ia dianggap orang yang bersifat palsu.

Śloka 7
yas tv indriyāṇi manasā
niyamya ’rabhate 'rjuna
karmendriyaiḥ karmayogam
assaktaḥ sa viśiṣyate
Artinya:
O Arjuna, akan tetapi ia menguasai indrianya dengan kekuatan pikirannya dan tanpa mengikatkan indrianya dalam karma-yoga, ia pulalah yang lebih agung sifatnya.
Penjelasan:
Karma-yoga (cara bekerja)

Pentingnya Yadnya
Śloka 8
niyatam kuru karma tvaṁ
karma jyāyo hy akarmaṇaḥ
śarīrayātrā ’pi ca te
na prasidhyed akarmaṇaḥ
Artinya:
Lakukan pekerjaan yang diberikan padamu, karena melakukan perbuatan itu lebih baik sifatnya dari pada tidak melakukan apa-apa, sebagai juga untuk memelihara badanmu tidak akan mungkin jika engkau tidak bekerja.

Śloka 9
yajñārthāt karmaṇo 'nyatra
loko 'yam karmabandhanaḥ
tadartham karma kaunteya
muktasagaḥ samācara

Artinya:
Kecuali pekerjaan yang dilakukan sebagai dan untuk yadnya dunia ini juga terikat oleh hukum karma. Oleh karenanya, O Arjuna, lakukan pekerjaanmu sebagai yadnya, bebaskan diri dari semua ikatan.
Penjelasan:
Yadnya-melakukan pekerjaan tanpa mengingatkan diri, dengan ikhlas dan untuk Tuhan.

Śloka 10
sahayajñāh prajāḥ sṛṣṭvā
puro ’vāca prajāpatiḥ
anena prasaviṣyadhvam
eṣa vo ’stv iṣṭa-kāmadhuk
Artinya:
Pada jaman dahulu kala Prajapati menciptakan manusia dengan yadnya dan bersabda: dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi kamadhuk dari keinginanmu.
Penjelasan:
Kamadhuk-sapi dari Indra yang dapat memenuhi semua keinginan.

Śloka 11
devān bhāvayatā ’nena
te devā bhāvayantu vaḥ
parasparam bhāvayantaḥ
śreyaḥ param avāpsyatha
Artinya:
Dengan ini kamu memelihara para dewa dan dengan ini pula para dewa memelihara dirimu, jadi dengan saling memelihara satu sama lain, kamu akan mencapai kebaikan yang maha tinggi.

Śloka 12
iṣṭān bhogān hi vo devā
dāsyante yajñabhāvitāh
tair dattān apradāyai ’bhyo
yo bhuṅkte stena eva saḥ
Artinya:
Dipelihara oleh yadnya, para Dewa akan memberi kamu kesenangan yang kau ingini. Ia yang menikmati pemberian-pemberian ini, tanpa memberikan balasan kepada-Nya adalah pencuri.

Śloka 13
yajñaśiṣṭāśinaḥ santo
mucyante sarvakilbiṣaiḥ
bhuñjate te tv aghaṁ pāpā
ye pacanty ātmakāraṇāt
Artinya:
Orang-orang yang baik yang makan apa yang terisi dari yadnya, mereka itu terlepas dari segala dosa. Akan tetapi mereka yang jahat yang menyediakan makanan untuk kepentingannya sendiri mereka itu adalah makan dosanya sendiri.

Śloka 14
annād bhavānti bhūtāni
parjanyād annasaṁbhavaḥ
yajñād bhavati parjanyo
yajñaḥ karmasamudbhavaḥ
Artinya:
Dari makanan, makhluk menjelma, dari hujan lahirnya makanan dan dari yadnya muncullah hujan dan yadnya lahir dari pekerjaan.
Penjelasan:
Kita mengenal Panca Yadnya-Dewa Yadnya, Resi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, Butha Yadnya.

Śloka 15
karma brahmodbhavam viddhi
brahmā ’kṣarasamudbhavam
tasmāt sarvagatam brahma
nityam yajñe pratiṣṭhitam
Artinya:
Ketahuilah asal mulanya ''karma'' di dalam Weda dan Brahma muncul dari yang abadi. Dari itu Brahman yang meliputi semuanya selalu berpusat di sekeliling yadnya.

Śloka 16
evaṁ pravartitaṁ cakraḿ
nā’nuvartayatī’ha yaḥ
aghāyur indriyārāmo
moghaṁ pārtha sa jīvati
Artinya:
Ia yang di dunia ini tidak ikut memutar roda (cakra) yadnya yang timbal balik ini adalah jahat dalam alamnya, puas dengan indranya dan ia, O Arjuna hidup sia-sia.
Penjelasan:
Cakra mulai digerakkan oleh Prajapati atas dasar Weda dan Yadnya.

Puas pada Atmanya
Śloka 17
yas tv ātmaratir eva syād
ātmātṛptaś ca mānavaḥ
ātmany eva ca saṁtuṣṭas
tasya kāryaṁ na vidyāte
Artinya:
Akan tetapi ia yang memusatkan pikirannya hanya kepada Atmanya, dan puas pada Atmanya, dan juga hanya bahagia pada Atmanya, bagi ia tidak ada suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.

Śloka 18
nai’va tasya kṛtenā’rtho
nā ’kṛtene ’ha kaścana
na cā’sya sarvabhūteṣu
kaścid arthavyapāśrayaḥ
Artinya:
Begitu pula di dunia ini ia tidak mempunyai perhatian sama sekali kepada hasil dari perbuatannya yang ia lakukan dan juga kepada apa yang belum diperbuatnya, pun juga ia tidak tergantung kepada segala makhluk untuk kepentingannya sendiri.

Śloka 19
tasmādasaktaḥ satataṁ
kāryaṁ karma samācara
asakto hy ācaran karma
param āpnoti puruṣaḥ
Artinya:
Dari itu bekerjalah kamu selalu yang harus dilakukan dengan tiada terikat olehnya, karena orang mendapat tujuannya yang tertinggi dengan melakukan pekerjaan yang tak terikat olehnya.

Śloka 20
karmaṇai ’va hi saṁsiddhim
āsthitā janakādayaḥ
lokasaṁgraham evā ’pi
saṁpaśyan kartum arhasi
Artinya:
Hanya dengan perbuatan, Prabu Jenaka dan lain-lainnya mendapat kesempurnaan. Jadi kamu harus juga melakukan pekerjaan dengan pandangan untuk pemeliharaan dunia.
Penjelasan:
Prabu Jenaka- raja dari Mithila, ayah dari Sita. Lokasamgraha berarti pemeliharaan dunia, kesatuan dunia dan juga kesatuan masyarakat yang terikat satu dengan yang lainnya. Etika agama adalah pengemudi dari laksana sosial dan juga merupakan sebagai dasar. Etika agama akan dapat menghindari dunia dari kehancuran baik spiritual maupu material dan sebaliknya meningkatkan kedudukannya sebagai manusia. Tujuan agama adalah untuk memberi kehidupan spiritual pada masyarakat dengan tujuan untuk mendirikan rasa persaudaraan di atas dunia ini.

Śloka 21
yad-yad ācarati śreṣṭhas
tad-tad eve ’taro janaḥ
sa yat pramāṇam kurute
lokas tad anuvartate
Artinya:
Apa saja yang dilakukan oleh orang besar, itu adalah diikuti oleh lain-lainnya. Apa saja yang ia lakukan, dunia mengikutinya.
Penjelasan:
Rakyat pada umumnya mengikuti suatu contoh bentuk kehidupan orang-orang yang terkemuka. Gita mengatakan bahwa orang-orang bijaksana ini adalah penunjuk jalan pada masyarakat. Sinar cahaya adalah datangnya melalui perseorangan yang lebih maju di dalam masyarakat lalu meluas.

Śloka 22
na me pārthā ’sti kartavyaṁ
trisu lokeṣu kiṁcana
na ’navāptam avāptavyaṁ
varta eva ca karmaṇi
Artinya:
O Arjuna, tidak ada sesuatu pekerjaan di ketiga dunia ini untuk Aku, yang harus Kulakukan, juga tidak ada sesuatu yang harus Aku dapati yang belum pernah Aku tidak dapati; walaupun demikian Aku bekerja juga.

Śloka 23
yadi hy aham na varteyam
jātu karmaṇy atandritaḥ
mama vartmā ’nuvartante
manuṣyāḥ pārtha sarvaśaḥ
Artinya:
Sebab jika Aku tidak selalu bekerja dengan tidak mengenal payah orang-orang akan menuruti jalan Ku dari segala pihak.

Śloka 24
utsīdeyur ime lokā
na kuryāṁ karma ced aham
saṁkarasya ca kartā syām
upahanyām imāḥ prajāḥ
Artinya:
Jika Aku berhenti bekerja maka ketiga dunia ini akan hancur dan Aku akan menjadi pencipta dari penghidupan yang tak teratur dan Aku merusak rakyat ini.
Penjelasan:
Tuhan tidak henti-hentinya menjaga dan memelihara dunia ini, menjaga dari keruntuhannya dan kemusnahannya.

Śloka 25
saktāḥ karmaṇy avidvāṁso
yathā kurvanti bhārata
kuryād ’vidvāṁs tathā ’saktaś
cikirṣur lokasaṁgraham
Artnya:
Sebagai orang yang tidak terpelajar, bodoh, melaksanakan pekerjaan dengan ikatan demikian juga seharusnya orang terpelajar melaksanakannya O Arjuna, akan tetapi tanpa ikatan dengan keinginan untuk menuntun dunia.
Penjelasan:
Bekerja sebagai yadnya pada Sang Hyang Widhi, Tuhan, adalah menjadi pusat pembicaraan dari Awatara yang turun kedunia. Turunnya kedunia tiada lain untuk mengabdikan diriNya pada pembebasan manusia dari kesengsaraannya. Lebih bahagia bagi diriNya untuk tinggal di sorga dalam bahagia yang abadi. Tetapi turun ke dunia menjadi pilihannya meskipun dunia ini serba terbatas dan terikat yang membawa kesenangan dan kesedihan dan sebagainya. Turunnya ke dunia adalah untuk ditiru oleh manusia, untuk membuat orang bahagia meskipun dia sendiri yang melaksanakan kelihatan dengan jalan penderitaan dan kemiskinan. Penyatuan diri dengan Awatara tiada lain hanya dengan kerja menjauhkan diri kemalasan dan bekerja dengan keikhlasan untuk kepentingan dunia. Laksana hendaknya dibangkitkan dijiwai oleh sinar dan ananda (bahagia) dari Yang Maha Esa. Laksana perbuatan orang yang terpelajar, bijaksana, digerakkan oleh sinar dan kebahagiaan dari Tuhan.

Śloka 26
na buddhibhedam janayed
ajñānām karmasanginām
joṣayet sarvakarmāṇi
vidvān yuktaḥ samācaran
Artinya:
Orang yang pandai seharusnya jangan menggoncangkan pengertian orang yang bodoh yang terikat pada pekerjaannya. Orang yang bijaksana melakukan semua pekerjaan dalam jiwa Yoga, harus menyebabkan orang lain juga bekerja.
Penjelasan:
Orang yang pandai bijaksana hendaknya jangan melemahkan rasa kebaktian keagamaan dalam bentuk apapun juga. Unsur-unsur kewajiban, pengorbanan dan kecintaan yang menjadi penggerak kearah kesempurnaan hidup selalu ada pada tiap-tiap kepercayaan. Dengan menghormati iniHinduisme dalam penyebarannya menunggalkan diri dengan yang telah ada dan memberi dorongan kearah tingkat kesempurnaan.

Śloka 27
prakṝteḥ kriyamāṇāni
guṇaiḥ karmāni sarvaśah
aham kāravimdhātmā
kartā ’ham iti manyate
Artinya:
Segala macam pekerjaan adalah dilakukan oleh guna dari prakriti. Ia yang jiwanya dibingungkan oleh  perasaan ahamkara, keakuan, berfikir aku pelakunya.
Penjelasan:
Prakriti tersusun dari tiga gunas yaitu sattve, rajas dan tamas. Ketiga ini akhirnya menjadi suatu keadaan alam. Ia yang tidak menyadari keadaan dirinya (atma) yang sebenarnya menunggalkan diri dengan prakriti. Dan bia ahamkara, ego keseluruhannya dikuasai alam maka ia tidak mempunyai lagi alam kebebasan.

Śloka 28
tattvavit tu mahābāho
guṇakarmavibhāgayoḥ
guṇā guṇeṣu vartanta
iti matvā na sajjate
Artinya:
Ia yang mengetahui dengan sebenarnya tentang guna dan karma dan mengetahui bahwa guna sebagai indria hanya tergantung kepadaa guna sebagai obyek, tidak terikat.
Penjelasan:
Kesdaran akan perbedaan daripada jiwa (atma) dengan sifat dari alam dan karyanya maka ia dapat membebaskan diri. Jiwa empiris tiada lain ialah merupakan hasil dari karya kita.

Śloka 29
prakṛter guṇasammūḍhāḥ
sajjante  guṇakarmasu
tān akṛtsnavido mandān
kṛtsnavin na vicālayet
Artinya:
Mereka yang dikaburi oeh guna dari prakriti akan terikat pada pekerjaan dari guna. Akan tetapi ia yang sempurna pengetahuannya dan mengetahui semuanya hendaknya jangan membingungkan pengertian dari orang yang bodoh.
Penjelasan:
Jiwa (atma) pada dasarnya adalah suci, bebas abadi dan mempunyai kesadaran sendiri. Menunggalnya dengan prakriti menimbulkan kelupaan pada keadaan diri yang sebenarnya yang akhirnya menimbulkan ego, ahamkara, sebagai prakriti. Keadaan inilah lalu manusia pada umumnya berbuat, berlaksana atas dorongan  dari alam. Jiwa dalam kelupaan pada keadaan dirinya yang sebenarnya inilah yang harus mendapat tuntunan perlahan-lahan kearah kesadaran diri dan pembebasan diri dari ikatan. Ajaran untuk pembebasan diri dari ikatan prakriti dengan meniadakan gerak sama sekali, Gita tidak mengikuti ini sebaliknyamengajarkan berlaksana, bekerja, menyerahkan diri pada keuntungannya. Pelaksanaan demikian inilah yang dapat menuntun kearah kemerdekaan atau pembebasan diri dari ikatan.
Śloka 30
mayi sarvaṇi karmāṇi
saṁyasyā’ dhyātmacetasā
nirāśīr nirmamo bhūtva
yudhyasva vigatajvaraḥ
Artinya:
Serahkanlah segala pekerjaan kepada-Ku dengan memusatkan pikiran kepada Atman, melepaskan diri dari pengharapan dan perasaan keakuan dan berperanglah kamu, bebas dari pikiranmu yang susah.

Śloka 31
ye me matam idaṁ nityam
anutīṣṭhantī mānavāh
śraddhāvanto ’nasūyanto
mucyante te ’pi karmabhiḥ
Artinya:
Mereka itu yang tidak dengan putus-putusnya menuruti ajaran-ajaran-Ku ini dengan penuh kepercayaan dan terlepas dari perasaan-perasaan iri hati, merekapun juga terlepas dari karma (ikatan dari kerja).

Śloka 32
ye tv etad abhyasuyanto
nā ’nutiṣṭhanti me matam
sarvajñānavimūḍhāms tān
viddhi naṣṭañ acetasaḥ
Artinya:
Mereka yang menyampingkan ajaran-ajaran-Ku ini dan tidak melakukannya, ketahuilah mereka akan menjadi buta, kehilangan, dan tak mempunyai rasa pada ilmu pengetahuan.

Alam dan Kewajiban
Śloka 33
sadṛśaḿ ceṣṭate svasyāḥ
prakṛter jñānavān api
prakṛtim yānti bhūtāni
nigrahaḥ kiṁ kariśyati
Artinya:
Sebagai orang bijaksana bergerak menurut alamnya sendiri, maka demikian pula makhluk mengikuti alam. Apakah gunanya penahanan hawa nafsu itu?

Śloka 34
idriyasye’ ndriyasyā ’rthe
rāgadveṣau vyavasthitau
tayor na vaśam āgacchet
tau hy asya paripanthinau
Artinya:
Ikatan dan keengganan dari indria kepada obyek-obyek yang bersangkutan adalah sudah kodratnya (biasa). Barang siapa juapun, janganlah membiarkan jiwa ditarik oleh kedua pertentangan ini, sebab ini adalah kedua musuhnya.
Penjelasan:
Tiap-tiap perbuatan kita hendaknya berdasarkan budi atau pengertian dan jangan sampai dikuasai oleh getaran nafsu yang akhirnya tidak jauh dengan binatang.

Śloka 35
śreyān svadharmo viguṇaḥ
paradharmāt svanuṣṭhitāt
svadharme nidhanaṁ śreyaḥ
paradharmo bhayāvaḥ
Artinya:
Adalah lebih baik Dharma sendiri meskipun kurang caranya melaksanakan, daripada Dharma orang lain walaupun baik caranya melaksanakan. Kalapun sampai mati dalam melakukan Dharma sendiri adalah lebih baik sebab menuruti bukan Dharma sendiri adalah berbahaya.
Penjelasan:
Keinginan kita adalah untuk mencapai kesempurnaan hidup. Kita tidak boleh setengah-setengah dalam kewajiban kita, haruslah benar-benar di dalam pekerjaan sendiri kewajiban adalah ''swa-dharma''. Pada penemuan swa-dharma sendiri akan terletak kebahagiaa hidup. Pengabdian yang terbesar yang dapat kita lakukan pada masyarakat, atas penemuan dari swadharma , kelahiran bakat sendiri. Tiap-tiap orang harus mengerti bakat kelahirannya. Tidak semua orang mempunyai keistimewaan bakat yang sama. Yang penting ialah tiap-tiap orang harus sungguh-sungguh dapat mengerjakan tugas yang dipercayakan padanya dengan memuaskan. Tiap-tiap orang harus menjadi patriot di dalam bidangnya masing-masing baik kecil maupun besar. Kebaikan menunjukan kesempurnaan dari kwalitet. Untuk perkembangan jiwa, kerja adalah penting. Dan kerja sendiri ada selalu di dalam kekuatan kita sendiri. Kerja adalah ''puja'' yang dapat dipersembahkan oleh manusia pada kekuatan Besar yang mengambil bentuk sebagai alam ini.

Arjuna uvāca
Śloka 36
atha kena prayukto ’yaṁ
pāpam carati puruṣaḥ
anicchann api vārṣṇeya
balād iva niyojitaḥ
Artinya:
Arjuna berkata:
Akan tetapi atas desakan apakah orang berbuat dosa  seolah-olah ada kekuatan yang memaksa, meskipun bertentangan dengan kehendaknya. O, Krishna?

Nafsu adalah Musuh
śrī bhagavān uvāca
Śloka 37
kāma eṣa krodha eṣa
rajoguṇasamudbhavaḥ
mahāśano mahāpāpmā
viddhy enam iha vairiṇam
Artinya:
Sri Bhagawan bersabda:
Kekuatan ini adalah keinginan, adalah kemarahan, yang lahir dari nafsu rajaguna, iniah yang loba sekali dan berdosa sekali. Ketahuilah bahwa ini adalah musuh dunia ini.


Śloka 38
dhūmena ’vriyate vahnir
yathā ’darśo malena ca
yatho ’lbenā vṛto garbhas
tathā tene ’dam āvṛtam
Artinya:
Sebagai api diliputi oleh asap, sebagai kaca oleh abu, sebagai benih diselimuti oleh rahim. Begitu juga kekuatan diliputi oleh nafsu.

Śloka 39
āvṛtaṁ jñānam etena
jñānino nityavairiṇā
kāmarūpeṇa kaunteya
duṣpūreṇā nalena ca
Artinya:
Kebijaksanaan kita diselubungi oleh keinginan sebagai api yang tak kunjung padam; ini adalah musuh dari orang yang bijaksana. O, Arjuna.

Śloka 40
indriyāṇi mano buddhir
asyā ’dhiṣṭhānam ucyate
etair vimohayaty eṣa
jnānam āvṛtya dehinam
Artinya:
Indria, manas (pikiran) dan budi (intelek) dikatakan adalah tempat musuh ini. Dengan diselubunginya kebijaksanaan oleh hal-hal ini, atma bisa tersulap.

Śloka 41
tasmāt tvam indriyāṇy ādau
niyamya bharatarṣabha
pāpmānam prajaḥi hy enaṁ
jñānavijñānanāśanam
Artiny:
Dari itu O, Arjuna kekanglah dirimu dari permulaan dan bunuhlah penghancur kebijaksanaan dan pengalaman, penghancur yang penuh dosa.

Śloka 42
indriyāṇi parāṇy āhur
indriyebhyaḥ param manaḥ
manasas tu parā buddhir
yo buddheḥ paratas tu saḥ
Artinya:
indria katanya adalah besar, tetapi lebih besar lagi adalah manas (pikiran), lebih besar dari manas adalah budi (intelek) lebih besar dari budi adalah Dai (Atman).
Penjelasan:
Sloka ini menunjukkan kesadaran yang dicapai tingkat demi tingkat, dan makin meninggi tingkatan yang dicapai maka kebebasan juga meningkat sampai yang tertinggi yaitu dimana budi menentukan laksana kita disinari oleh Atma yang suci.


Śloka 43
evaṁ buddheḥ paraṁ buddhvā
saṁstabhyā’ tmānam ātmanā
jahi śatruṁ mahābāho
kāmarūpaṁ durāsadam
Artinya:
Dengan setelah mengetahui Atma itu adalah mengatasi budi dan dengan mengekang atma dengan Atma maka hancurlah musuh yang tak dapat dikuasai itu yaitu keinginan, O, Arjuna.
Penjelasan
Mengekang Atma dengan Atma-dengan atma disini ialah ego sendiri, dan Atma ialah jiwa suci yang abadi. Bila kesadaran ini sudah dicapai maka semua laksana akan dituntun hanya oleh sinar jiwa suci, untuk kebahagiaan dunia.

Dikutif dari, Prof. Dr. I.B. Mantra. Bhagawadgita, Naskah Sanskerta, Alih Bahasa & Penjelasan, (2018:61-83). ESBE Buku:Denpasar Timur.

''Semoga Kutipan ini Bermanfaat Bagi Kita Semua''.
'''''''''''''''''''''''''''


Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "BHAGAWADGITA III KARMA YOGA, KENAPA KERJA?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel