Entri yang Diunggulkan

Makna Suri Asuri Sampad

Makna Suri Asuri Sampad Alit S, 21/12/2019 Pada dasarnya dalam diri manusia ada dua kecendrungan, yaitu berbuat baik atau sifat-sifat...

BHAGAWADGITA ADHYAYA IV - CAHAYA KEHIDUPAN


BHAGAWADGITA ADHYAYA IV
''Cahaya Kehidupan''
Jalannya  Pengetahuan Tradisi Dari Jnana Yoga


 Alit S, Minggu, 22 Maret 2020

śribhagavan uvāca

Adhyaya IV. Śloka 1
imaṁ vivasvatĕ yogaṁ
proktavān aham avyayam
vivasvān manave prāha
manur ikṣvākave ’bravīt
Artinya:
Sri Bhagawan bersabda:
Aku sampaikan ajaran yoga yang kekal ini kepada Vivasvān dan Vivasvān mengajarkannya kepada Manu dan Manu mengajarkannya kepada Iksvāku.

Adhyaya IV. Śloka 2
evaṁ paraṁparāpraptam
imām rājarṣayo viduḥ
sa kālene ’ha mahatā
yogo naṣṭaḥ paraṁtapa
Artinya:
 Jadi yoga itu diturunkan dari satu kepada yang lain dan para raja reri mengetahui yoga ini sampai pada suatu saat dunia kehilangan ajaran ini karena waktunya sudah terlalu lama.
Penjelasan:
Ajaran-ajaran yoga itu hilang; maksudnya sudah menjadi samar karena terlalu lama. Untuk menghidupkan kembali maka timbullah Awatara-awatara, maharesi-maharesi, sebagai Krshna yang menghidupkan kembali kepercayaan kepadanya dan memberi sinar kepada kegelapan. Raja resi ialah Rama, Krishna dan Buddha.

Adhyaya IV. Śloka 3
sa evā ’yaṁ mayā te’dya
yogaḥ proktaḥ purātanaḥ
bhakto ’si me sakhā ce ’ti
rahasyam hy etad uttamam
Artinya:
Justru yoga itulah yang sekarang Ku ajarkan kepadamu sebab engkau adalah murid dan teman-Ku, ini adalah sungguh rahasia yang maha besar.
Penjelasan:
Jadi Krishna bukan mengajarkan suatu ajaran yang baru melainkan membangun lagi yang dahulu dan yang sudah hilang itu karena terlalu lama, dan lama kelamaan menjadi samar bagi umat manusia. Maksudnya Krishna mengatakan rahasis yang maha besar bukan karena ditunjukkan kepada Arjuna akan tetapi karena terlalu dalam ajaran ini.

arjuna uvāca
Adhyaya IV. Śloka 4
aparaṁbhavato janma
paraṁjanma vivasvataḥ
katham etad vijānīyāṁ
tvam ādau proktavān iti
Artinya:
Arjuna berkata:
Kelahiran engkau, Tuhan, adalah kemudian sedangkan kelahiran vivasvat adalah lebih dulu. Bagaimana aku sekarang dapat mengerti bahwa Engkau, Tuhan, yang mengajarkan yoga ini pada permulaannya kepadanya (vivasvat).

Teori Dari Awatara
śribhagavān uvāca
Adhyaya IV. Śloka 5
bahūni me vyantitāni
janmāni tava cā ’rjuna
tāny ahaṁ veda sarvāṇi
na tvaṁ vttha paraṁtapa
Artinya:
Sri Bhagawan Bersabda:
Banyak kehidupan yang Ku-telah jalani dan demikian pula engkau, O Arjuna. Semua kelahiran itu Aku ketahui tetapi engkau tidak dapat mengetahuinya, O Arjuna.

 Adhyaya IV. Śloka 6
ajo ’pi sann avyayātmā
bhūtānām īśvaro ’pi san
prakṛtiṁ svām adhiṣṭhāya
sambhavāmy ātmamāyayā

Artinya:
Meskipun Aku tidak terlahirkan dan sifat-Ku kekal serta menjadi Iswara dari segala makhluk akan tetapi Aku, dengan memegang teguh pada sifat-Ku sendiri (yang tak terikat oleh karma) Aku datang menjelma dengan jalan maya-Ku.

Penjelasan:
Memegang teguh pada sifat-Ku sendiri: artinya bahwa Ia tidak lahir sebagai manusia biasa yang diikat oleh karma yang disebabkan oleh penghambatan  kepada prakriti (alam) tetapi Ia (Krishna) tidak diikat oleh guna dari prakriti. Jadi Ia lahir tidak sebagai biasa (Arjuna).

Adhyaya IV. Śloka 7
yadā-yadā hi dharmasya
glānir bhavati bhārata
abhyutthānam adharmasya
tadā ’tmānaṁ sṛjāmy aham

Artinya:
O, Bharata, bilamana di dunia ini Dharma hilang dan A-Dharma makin menguasai dunia, pada waktu itu Aku menjelmakan diri-Ku.
Penjelasan:
Dharma artinya di sini keadilan dan kebaikan dan -Dharma sebaliknya, Awatara berarti seorang turun ke dunia bila dunia dalam kekacauan di mana kehidupan manusia sudah melupakan dharma dan dikuasai oleh a-dharma maka Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan, turun ke dunia ini dalam Awatara. Di sini Sri Krishnaadalah Awatara dari Wishnu. Wishnu menjelmakan diri-Nya dalam Sri Krishna. Tujuannya ialah untuk mengangkat manusia dalam kehidupan yang lebih mulia. Ajaran-ajaran dan hidup-Nya harus menjadi contoh, Tuhan di dalam Bhagawadgita (XI.18), yaitu penjaga dari dharma. Di dalam persoalan dharma dan a-dharma, Tuhan selalu berada di pihak kebenaran, dharma. Kasih dan cinta akhirnya lebih kuat dari kebencian dan kekerasan.

Adhyaya IV. Śloka 8
paritrāṇāya sādhūnām
vināsāya ca duṣkṛtām
dharmasāmsthāpanārthāya
sambhavāmi yuge-yuge

Artinya:
Untuk memberi perlindungan kepada yang baik dan membasmi yang jahat dan untuk membangkitkan perasaan keadilan dan kebaikan Aku menjelma pada tiap-tiap jaman

Penjelasan:
Di dalam Tri-Murti, adalah fungsinya Wisnu untuk memelihara dharma dan kesejahteraan dari dunia dan turun ke dunia melalui kelahiran bila dunia kehilangan dharma.

Adhyaya IV. Śloka 9
janma karma ca me divyam
evaṁ yo vetti tattvataḥ
tyaktvā dehaṁ punarjanma
nai’ti mām eti so ’rjuna

Artinya:
Ia yang mengetahui sebenarnya kelahiran suci dan karya-Ku, ia tidak lahir lagi, jika ia meninggalkan badannya, ia datang pada-Ku, O Arjuna.
Penjelasan:
Ia yang mengetahui rahasia yang besar yaitu bahwa Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan, kekal abadi di sisni kelihatannya mengambil bentuk kelahiran tetapi sebenarnya adalah mengatasi kelahiran dan kematian. Demikianpun kelihatannya aktif demi untuk Dharma, kebenaran, tetapi sebenarnya adalah mengatasi semua gerak dan semua gerak itu disinari oleh sinar kesadaran suci. Kelahiran Awatara, yang keadaan sebenarnya mengatasi kelahiran, adalah membuka rahasia besar yang ada pada jiwa manusia. Dan turunnya Awatara ke dunia mempunyai fungsi-fungsi yang tertentu dalam froses kosmos. Ini berarti bahwa tidak ada pertentangan antara kehidupan spiritual dan kehidupan keduniawian .
Awatara memperlihatkan kita pada jala-jalan untuk menjalankan kehidupan yang lebih mulia, kehidupan spiritual di atas kehidupan yang lebih rendah sebagai binatang dan kebesaran kehidupan spiritual ini dapat kita saksikan dari orang-orang suci. Maharesi-maharesi, Bhagawan-bhagawan, dan lain-lainnya, dan dapat diketahui dari ajaran-ajarannya. Pengetahuan kesadaran diri sendiri adalah tujuan yang diarahkan untuk mencapai kebesaran hidup manusia di dunia, yang dikemudikan oleh sinar suci kesadaran diri. Orang yang demikian inilah tidak akan mengenal hukum kelahiran kembali. Dan tiap-tiap orang mempunyai potensi ini dan tidak ada perbedaan. Inilah alam pikiran Hindu.

Adhyaya IV. Śloka 10
vītarāgabhayakrodhā
manmayā mām upāśritāḥ
bahavo jnānatapasā
pūtā madbhāvam āgatāḥ

Artinya:
Terlepas oleh nafsu, ketakutan dan kemurkaan, memusatkan dan menyerahkan diri pada-Ku, banyak mereka yang disucikan oleh api pengetahuan dapat mencapai keadaan sebagai diri-Ku.

Penjelasan:
Banyak yang disucikan dan sebagainya: bahwa jalan dari kelepasan ini, jika kearah kesempurnaan jiwa ini, sudah dahulu, waktu yang tidak dapat diingatkan, diturunkan ke dunia. Tujuannya Awatara di samping memelihara dharma dunia, juga membantu manusia menyadarkan dirinya, potensi suci (madbhavam) yang ada pada dirinya, untuk diwujudkan ke luar dari maya dunia.

Adhyaya IV. Śloka 11
ye yathā maṁ prapadyante
tāṁs tathāi ’va bhajāmy aham
mama vartmā ’nuvartante
manuṣyāḥ pārtha sarvaśaḥ

Artinya:
Dengan jalan bagaimanapun orang-orang mendekati dengan jalan yang sama itu juga Aku memenuhi keinginan mereka. Melalui banyak jalan manusia mengikuti jalan-Ku, O Partha.

Penjelasan:
Sloka ini menunjukan sifat universal dari Gitā dan memberikan waranugrahanya pada siapapun yang mendekati Tuhan dengan menyerahkan bhaktinya menurut cara-caranya sendiri. Tidak mengikatkan dirinya pada cara sekte-sekte yang tertentu, bahkan sebaliknya menerima semua harapan-harapan menurut alamnya sendiri mulai dari mereka yang hanya dengan sajen-sajen sampai pada tingkatan yang bersamadhi, baik yang mengikuti Karma kandha (dengan upacara-upacara sajen) maupun yang dengan Jnāna kandha (dengan pengetahuan) Tuhan memberikan waranugrahanya. Tuhan yang sama disembah oleh semua, keadaan-keadaan setempat dengan keadaan sosialnyamemberi jalan perbedaan konsepsi-konsepsi dan pendekatan. Jalan pikiran Hindu ini telah disebutkan pul;a di dalam Weda-Weda (Atarwa Weda) (Ekam Jyoti Bahudha Vibhati XIII,3,17. Sinar yang tunggal memperlihatkan dirinya di dalam berbagai-bagai bentuk) demikian di dalam Tri-Murti Brahma, Wishnu dan Siwan ialah tunggal Sang Hyang Widhi Wasa sendiri dalam fungsinya yang berbeda-beda, yaitu sebagai pencipta, pemelihara dan mengembalikan lagi ke asal. Adapu bila ada perbedaan-perbedaan di dalam tingkatan pengetahuan kesadaran suci diri sendiri, itu bukanlah kehendak dari Sang Hyang Widhi. Tuhan sendiri, tetapi adalah pilihannyasendiri-sendiri. Peningkatannya menurut ketentuannya mengikuti petunjuk-petunjuk yang telah diberikan oleh Awatara.

Adhyaya IV. Śloka 12
kānkṣantaḥ karmaṇām siddhim
yajanta iha devatāḥ
kṣipraṁ hi mānuṣe loke
siddhir bhavati karmajā

Artinya:
Mereka yang menginginkan hasil dari pekerjaannya di atas dunia ini menyembah para dewa, karena hasil dari sesuatu pekerjaan adalah mudah sekali didapat di atas dunia ini.

Penjelasan:
Yang dimaksudkan disini sebenarnya bahwa mencapai sesuatu sukses yang bersifat keduniawian adalah lebih mudah dari pengetahuan untuk mengetahui diri sendiri  (Atma) oleh karena itu mereka yang bodoh, tidak mencari pengetahuan yang sebenarnya.

Karya Tuhan Berdasarkan Alam Kecintaannya

Adhyaya IV. Śloka 13
cāturvarṇyaṁ mayā sṛṣṭaṁ
guṇakarmavibhāgaśaḥ
tasya kartāram api mām
viddhy akartāram avyayām
Arinya:
Catur warna Ku ciptakan menurut pembagian dari guna dan karma (sifat dan pekerjaan). Meskipun Aku sebagai penciptanya, ketahuilah  Aku, mengatasi gerak dan perubahan.
Penjelasan:
Pengertian warna adalah menurut pembawaan dan fungsinya, pembagian menjadi empat adalah berdasarkan kewajiban. Orang dapat mengabdi sebesar mungkin menurut pembawaannya. Di sini ia dapat dapat melaksanakan tugasnya dengan rasa cinta dan keikhlasan, sesuai dengan ajaran Agama Hindu.

Pelaksanaan  berdasarkan Pengabdian Adalah Bebas Dari Ikatan
Śloka 14
na māṁ karmāṇi limpanti
na me karmaphale spṛhā
iti māṁ yo ’bhijānāti
karmabhir na sa badhyate

Artinya:
Pekerjaan tidak dapat menodai Aku, pun juga Aku tidak terikat merindukan hasil-hasil pekerjaan itu. Ia yang mengetahui Aku demikian, ia tidak akan terikat oleh hasil pekerjaan.

Penjelasan:
Gerak tidak menodai Aku dan sebagainya. Yang menggerakkan pelaksanaan semuanya ialah getaran sinar suci, oleh karena itu mengatasi pengaruh dari karma, yang membawa baik dan buruk dalam proses kosmos ini.

Adhyaya IV. Śloka 15
evaṁ jñātvā kṛtaṁ karma
pūrvair api mumukṣubhiḥ
kuru karṁai ’va tasmāt tvaṁ
pūrvaiḥ pūrvataram kṛtam

Artinya:
Dengan dasar pengetahuan inilah orang dahulu mencari kelepasan dengan melakukan pekerjaan oleh karena itu lakukanlah juga pekerjaan sebagai yang juga dilakukan oleh orang-orang dahulu itu.

Penjelasan:
(Kelepasan sama dengan terlepas dari ikatan keduniawian) Arjuna diminta melakukan kewajibannya sebagai kesatria dan bertindak sebagai karma-yogin yaitu berlaksana tanpa mengikatkan diri pada keuntungan untuk diri sendiri, dan menyehkan pada Tuhan. Penyempurnaan diri dilaksanakan dengan bekerja, terjun ke dunia, dan tidak mengasingkan diri. Orang yang bijaksana bekerja untuk pemeliharaan dan kesejahtraan dunia (lokasamgrahārtham).

Adhyaya IV. Śloka 16


kiṁ karma kim akarme ’ti
kavayo ’py atra mohitāḥ
tat te karma pravakṣyaṣyāmi
jay jñātvā mokṣyase’śubhat

Artinya:
Apakah karma itu? Apakah a-karma itu? Tentang ini orang-orang bijaksana juga heran. Dari itu Aku akan terangkan kepadamu, apakah karma itu dengan mengetahuinya enkau terlepas dari dosa.

Penjelsan:
Terlepas dari kejahatan artinya: Terlepas dari kejahatan yang menyebabkan terulangnya lahir dan mati, di dunia lain lagi.

Adhyaya IV. Śloka 17
karmaṇo hy api boddhavyaṁ
boddhavyaṁ ca vikarmaṇaḥ
akarmaṇaś ca boddhavyaṁ
gahanā karmaṇo gatiḥ

Artinya:
Orang harus mengerti apakah karma itu, pun orang harus mengerti pula apakah karma yang salah dan orang harus mengerti tentang a-karma, sukar dimengerti seluk beluk karma itu.

Penjelsan:
Kita hidup dengan kemampuan-kemampuan yang serba terbatas, tidak luput dari kesukaran-kesukaran. Jalan yang benar kadang-kadang sukar ditentukan. Kebimbangan muncul sering diakibatkan oleh perkembangan cita-cita terhalang oleh tradisi-tradisi dan sebaliknya mengganggu rasa kesadaran sendiri. Menentukan jalan hidup lalu sukar. Orang-orang bijaksana mengatasi kesukaran-kesukaran ini dengan menunjukkan pada kebenaran yang tertinggi dan absolut dengan pandangan yang mendalam (Tuhan).

Adhyaya IV.Śloka 18
karmaṇy akarma yaḥ paśyed
akarmaṇi ca karma yaḥ
sa buddhimān manuṣyeṣu
sa yuktaḥ kṛtsnakarmakṛt

Artinya:
Ia yang melihat a-karma di dalam karma dan karma di dalam a-karma ia adalah orang cerdas diantara manusia, ia adalah seorang yogi dan ia sudah merampungkan segala karma.

Penjelasan:
Akarma berarti bebas dari ikatan keuntungan diri sendiri, meskipun aktif dalam pekerjaan mereka yang di dalam bekerja (karma) dapat membersihkan diri dari ikatan (a-karma) disebut orang yang bijaksana dan akan dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan sempurna.

Adhyaya IV. Śloka 19
yasya sarve samārambhāḥ
kāmasaṁkalpavarjitāḥ
jñānāgnidagdhakarmaṇaṁ
tam āhuḥ paṇḍitam budhāḥ

Artinya:
Ia yang segala perbuatannya tidak terikat oleh angan-angan akan hasilnya kepercayaannya dinyatakan aleh api pengetahuan kepada ia diberi gelar ''Pandita'' oleh orang-orang bijaksana.

Prnjelasan:
Orang yang demikian ini telah mencapai tingkat pandangan yang tertinggi, dimana pengetahuannya memberi kebijaksanaan padanya dalam pekerjaannyabebas dari keuntungan diri sendiri.

Adhyaya IV. Śloka 20
tyaktvā karmaphalāsaṇgaṁ
nityatṛpto nirāśrayaḥ
karmaṇy abhipravṛtto ’pi
nai ’va kiṁcit karoti saḥ

Artinya:
Melepaskan diri dari ikatan akan hasil dari pekerjaan-pekerjaan dan selalu puas hati, dengan tiada ikatan yang bagaimanapun rupanya ia tidak berbuat apa-apa meskipun ia selalu berada di dalam pekerjaan.

Penjelasan:
Melepaskan diri sendiri dari ikatan akan hasil, yaitu membebaskan diri dari pikiran keuntungan diri sendiri. Yang menggerakkan kerja ialah sinar suci untuk kebahagiaan dan kesejahteraan dunia.

Adhyaya IV. Śloka 21
nirāśīr yatacittātmā
tyaktasarvaparigrahaḥ
śārīraṁ kevalaṁ karma
kurvan nā ’pnoti kilbiṣam

Artinya:
Dengan tidak mempunyai angan-angan, hati dan jiwa dibawah kekuasaannya, melepaskan semua kepunyaannya dan melakukan pekerjaan hanya dengan badan, ia tidak salah.

Penjelasan:
Melakukan pekerjaan hanya dengan badan: pekerjaan yang dilakukan untuk menghidupkan badan. Dia tidak berbuat salah: dia tiadak akan menderita yang disebabkan oleh berbuat baik dan buruk, sebab kedua-duanya ini menyerah kepada ikatan.

Adhyaya IV. Śloka 22
yadṛcchālābha-santuṣṭo
dvandvātīto vimatsaraḥ
samaḥ  siddhāv asiddhau ca
kṛtvā’pi na nibadhyate

Artinya:
Ia yang puas hati dengan apa saja yang datang tanpa dicari dan ia yang telah dapat mengatasi suka dan duka yang terlepas dari iri hati dan mempunyai perasaan sama diantara untung dan rugi meskipun ia melakukannya ini ia tidak akan terikat.

Penjelasan:
Yang menyebabkan ikatan ialah sikap ''ke-akuan''dalam melaksanakannya sebaliknya yaitu pelaksanaan yang diabadikan pada Tuhan tidak mengingat.

Yadnya dan Niai Simbolisnya
Adhyaya IV. Śloka 23
gatasangasya muktasya
jñānāvasthitacetasaḥ
yajñānāyā ’carataḥ karma
samagraṁ pravilīyate

Artinya:
Pekerjaan dari orang yang sudah terlepas dari ikatan kepamerihan diri pribadi, dengan pikiran terpusat di dalam pengetahuan, melakukan pekerjaan hanya sebagai yadnya (korban suci), segala kerjanya bebas dari hukum karma.

Adhyaya IV. Śloka 24
brahmā’rpaṇaṁ brahma havīr
brahmāgnau brahmanā hutam
brahmai, va tena gantavyaṁ
brahmakarmasamādhinā

Artinya:
Baginya pelaksanaan korban suci itu adalah Brahman (Tuhan), Korban itu sendiri adalah Brahman. Disajikan oleh Tuhan di dalam api. Tuhan itu yang akan dicapai bagi ia yang menyadari bahwa Tuhan ada di dalam pekerjaannya.

Adhyaya IV. Śloka 25
daivam evā ’pare yajñaṁ
yoginah paryupāsate
brahmāgnāv apare yajñaṁ
yajñenai’vo’pajuhvati

Artinya:
Beberapa para Yogi beryadnya hanya kepada para Dewa. Tetapi yang lainnya beryadnya dengan yadnyannya sendiri di dalam api dari Brahman.

Adhyaya IV. Śloka 26
śrotrādīnī ’ndriyāṇy anye
samyamāgniṣu juhvati
śabdādīn viṣayān anya
indriyāgniṣu juhvati

Artinya:
Beberapa orang lainnya lagi mengorbankan pendengaran, dan lainnya mengorbankan indria di dalam api pengekangan. Yang lainnya mengorbankan suara dan obyek-obyek lainnya dari indria di dalam api dari indria.

Penjelasan:
Tiap-tiap usaha yang memberi akibat mengurangi rasa penyuburan keakuan untuk kearah penikmatan yang lebih tinggi dan pengurangan dorongan nafsu yang rendah disebut pengorbanan.

Adhyaya IV. Śloka 27
sarvānī ’ndriyakarmaṇi
prāṇakarmāṇi cā’pare
ātmasaṁyamayogāgnau
juhvati jñānadīpite

Artinya:
Yang lainnya lagi mengorbankan segala aktivitas dari indrianya dan segala pekerjaan dari kekuatan hidupnya di dalam apinya yoga, apinya pengekangan diri sendiri yang dinyalakan oleh pengetahuan.

Adhyaya IV. Śloka 28
dravyayajñās tapoyajñā
yogayajñās tathā’pare
svādhyāyajñāna-yajñās’ca
yatayaḥ samṣitavratāḥ
Artinya:
Yang lainnya lagi memberikan sebagai korban benda kekayaannya atau sifat tapanya atau latihan batinnya, sedangkan yang lainnya yang berfikir terkendalikan dan pemegang sumpah yang keras memberikan pelajaran dan pengetahuannya sebagai korban.


Adhyaya IV. Śloka 29
apāne juhvati prānaṁ
prāne’pānaṁ tathā’pare
prānāpānagatī ruddhvā
prāṇāyāmaparāyaṇāḥ
Artinya:
Yang lain lagi yang memusatkan pikirannya pada pengaturan nafas, setelah dapat mengekang jalan  dari prana (nafas yang keluar) dan apana (nafas yang masuk) memberikan sebagai korban prana di dalam apana dan apana di dalam prana.

Adhyaya IV. Śloka 30
apare niyatāhārāḥ
prāṇān prāṇeṣu juhvati
sarve’py ete yajñavido
yajñakṣapitakalmaṣāḥ

Artinya:
Yang lainnya lagi dengan cara pembatasan makanan memberi sebagai korban (yadnya) prana di dalam prana sendiri. Semua ini adalah orang-orang yang mengetahui tentang korban dan dengan pengorbanan menghancurkan dosanya.

Penjelasan:
Tiap-tiap pengorbanan adalah memberi jalan pada pertumbuhan jiwa. Dan pengorbanan mencari dasarnya pada keikhlasan berbuat untuk tujuan yang lebih mulia. Oleh karena itu adanya pengekangan-pengekangan.

Adhyaya IV. Śloka 31
yajñaśiṣṭāmṛtabhujo
yānti brahma sanātanam
nā’yaṁ loko’sty ayajñasya
kuto’nyaḥ kurusattama

Artinya:
Mereka yang memakan makanan suci dari sisa-sisa korban (yadnya) akan mencapai brahman; dunia ini sajapun bukan untuk ia yang tidak memberikan pengorbanan, apalagi dunia lainnya, O Arjuna yang terbaik dari para Kuru.

Penjelasan:                                                       
Hukum dunia adalah yadnya dan ia yang tidak mengikuti ini akan tidak mencapai kebahagiaan hidup.

Adhyaya IV. Śloka 32
evaṁ bahuvidhā yajñā
vitatā brahmaṇo mukhe
karmajān viddhi tān sarvān
evaṁ jñātvā vimokṣyase

Artinya:
Jadi banyak macam pengorbanan (yadnya) tersebar di muka Brahman (tersebar sebagai jalan untuk mencapai Brahman). Ketahuilah olehmu bahwa semua ini lahir dari pekerjaan (karma), dan mengetahui ini kamu akan terlepas.

Adhyaya IV. Śloka 33
śreyān dravyamayād yajñāj
jñānayajñaḥ paraṁtapa
sarvaṁ karṁā ’khilaṁ pārtha
jñāne parisamāpyate

Artinya:
Persembahan korban berupa pengetahuan adalah lebih agung sifatnya dari korban benda yang berupa apapun juga, O Arjuna, sebab segala pekerjaan dengan tak terkecualinya memuncak di dalam kebijaksanaan

Adhyaya IV. Śloka 34
tad viddhi praṇipātena
paripraśnena sevayā
upadekṣyanti te jñānaṁ
jñāninas tattvadarśinaḥ

Artinya:                                                             
Kejarlah kebijaksanaan dengan penuh hormat dan kerendahaan hati, dengan cara bertanya-tanya dan dengan pelayanan; orang yang bijaksana yang dapat melihat kebenaran yang akan memberi petunjuk padamu di dalam pengetahuan itu.

Pujian tentang Kebijaksanaan
Adhyaya IV. Śloka 35
yaj jñātvā na punar moham
evaṁ yāsyasi pāṇḍava
yena bhūtāny aśeṣeṇa
drakṣyasy ātmany atho mayi

Artinya:
Jika engkau mengetahui ini, engkau tidak akan jatuh lagi di dalam keadaan kabur, O Pandawa (Arjuna) sebab dengan ini kamu akan melihat semua ciptaan dengan tanpa terkecualinya di dalam atmamu yang sejati dan di dalam Aku.

Adhyaya IV. Śloka 36
api ced asi pāpebhyaḥ
sarvebhyaḥ pāpakṛttamaḥ
sarvaṁ jñānaplavenai’va
vṛjinaṁ saṁtariṣyasi

Artinya:
Meskipun engkau adalah paling berdosa diantara semua orang berdosa, engkau akan dapat mengarungi laut kejahatan hanya dengan hidup kebijaksanaan (pengetahuan ini).

Adhyaya IV. Śloka 37

yathai’ dhāṁsi sammiddho’ gnir
bhasmasāt kurute’rjuna
jñānāgniḥ sarvakarmāṇi
bhasmasāt kurute tatha
 
Artinya:
Sebagai api yang dinyalakan merubah bahan pembakaran menjadi abu, O Arjuna, begitu juga api dari kebijaksanaan merubah segala pekerjaan menjadi abu.

Adhyaya IV. Śloka 38
na hi jñānena śadṛśaṁ
pavitraṁ iha vidyāte
tat svayaṁ yogasamsiddhaḥ
kālenā’tmani vindati

Artinya:
Tidak ada di dunia ini yang menyamai kesuciannya kebijaksanaannya. Ia yang menjadi sempurna oleh yoga dengan sendirinya menemui kebijaksanaan ini di dalam hatinya sendiri dalam beberapa waktu.

Kepercayaan Perlu Untuk Kebijaksanaan
Adhyaya IV. Śloka 39
śraddhāvāṁl labhate jñānaṁ
tatparaḥ saṁyatendriyaḥ
jñānaṁ labdhvā parāṁ śāntim
acireṇā’ dhigacchati

Artinya:
Ia yang mempunyai kepercayaan, yang memusatkan dirinya kepadanya (pengetahuan), dan yang menaklukkan indrianya akan mendapat kebijaksanaan. Dan setelah mendapat kebijaksanaan ia segera akan mencapai puncak ketenangannya.

Penjelasan:
Sraddha ialah kepercayaan. Kepercayaan adalah penting untuk mendapat kebijaksanaan. Yang dimaksudkan bukanlah kepercayaan yang membabi buta, tetapi cita-cita dari jiwa untuk mendapatkan kebijaksanaan . Kepercayaan yang langgeng, tidak goncang akan membawa pada kebijaksanaan (Jñana). Jñana adalah bebas dari kebimbangan. Pengetahuan intelek masih ada tempat untuk ragu-ragu (Jñana adalah pengetahuan tinggi yang didapatdari samadhi pada Brahman).

Adhyaya IV. Śloka 40
ajñaś cā ’śraddadhānaś ca
saṁsayātmā vinaśyati
nā’yam loko’sti na paro
na sukhaṁ saṁśayātmanaḥ

Artinya:
Akan tetapi orang yang dungu, yang tidak mempunyai kepercayaan yang mempunyai sifat ragu-ragu akan hancur. Sebab bagi ia yang berjiwa ragu-ragu dunia ini bukan untuknya, apalagi dunia lain walaupun kesenangan yang berupa apapun juga.

Adhyaya IV.Śloka 41
yogasaṁnyastakarmānaṁ
jñāna-saṁchinnasamśayam
ātmavantaṁ na karmāṇi
nibadhnanti dhanaṁjaya

Artinya:
Pekerjaan-pekerjaan (karma) tidak mengikat ia yang melepaskan segala pekerjaan dengan yoga, yang menghancurkan segala kebimbangan dengan kebijaksanaan dan selalu memegang jiwanya, O pemenang dari kekayaan (Arjuna).

Adhyaya IV. Śloka 42
tasmād ajñānasaṁbhūtaṁ
hṛtsthaṁ jñānāsinā ’tmanaḥ
chittvāi’naṁ saṁyaśaṁ yogam
’ātiṣṭho ’ttiṣṭha bhārata
Artinya:
Dari itu setelah memusatkan dengan pedang pengetahuan kebimbangan ini di dalam hatimu yang lahir dari kebodohan, arahkanlah dirimu kepada yoga dan berdiri tetap O, Bharata (Arjuna). (I.B Mantra. 2018, 87-112).

Dikutif dari: Prof. Dr. I.B Mantra. 2018. Bhagawadgita Naskah Sanskerta, Alih Bahasa & Penjelasan. ESDE Buku Denpasar Timur.

''Semoga Bermanfaat Untuk Kita Semua''

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "BHAGAWADGITA ADHYAYA IV - CAHAYA KEHIDUPAN"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel