BHAGAWADGITA ADHYAYA VI YOGA YANG SEJATI
BHAGAWADGITA
ADHYAYA VI
YOGA YANG SEJATI
I Nyoman Alit Suarjaya
05/12/2021
śribhagavān
uvāca
Śloka 1
anāśritaḥ
karmaphalaṁ
kāryaṁ
karma karoti yaḥ
sa saṁnyāsī
ca yogī ca
na niragnir
na cā ’kriyaḥ
Sri Bhagawan Bersabda:
Artinya:
Ia yang melakukan pekerjaan yang harus dilakukan tanpa mengharapkan
hasilnya, ia adalah seorang, Saamnyasin'', adalah seorang yogin; tetapi bukan
ia yang tidak menyalakan api suci dan tidak melakukan upacara.
Penjelasan:
Seorang samnyasin, yang melepaskan ikatan diri dari keduniawian, lebih
menekankan sikap batin.
Śloka 2
yaṁ saṁnyāsam
iti prāhur
yogaṁ taṁ
viddhi pāṇḍava
na hy
asaṁnyastasaṁkalpo
yogi bhavati
kaścana
Artinya:
Apa yang dinamakan pembebasan diri, ketahuilah itu adalah disiplin dari
perbuatan, O Arjuna. Karena tiada seorang menjadi seorang yogin yang tidak
melepaskan tujuannya (yang egoistis).
Penjelasan:
Yoga di sini adalah suatu disiplin dalam laksana penguasaan pada diri
sendiri.
Śloka 3
ārurukṣor
muner yogaṁ
karma
kāraṇam ucyate
yogārūdhasya
tasyai ’va
śamaḥ
kāraṇam ucyate
Artinya:
Pekerjaan dikatakan alat dari orang bijaksana yang ingin untuk mencapai
yoga; bilamana ia sudah mencapai yoga, ketenangan menjadi suatu alat.
Penjelasan:
Pekerjaan yang dilakukan harus dengan jiwa yang benar, yaitu berbakti
dengan membebaskan diri dari egoisme dan menyerahkan pada Tuhan.
Jadi melalui kerja kita belajar pada penguasaan diri (yoga) dan mencapai
ketenangan. inilah laksana yang menjadi dasar untuk menjadi seorang yogin yang
sejati, yaitu seorang yang bekerja dengan penuh kebaktian untuk kebahagiaan
dunia tanpa mengikatkan diri pada keuntungannya dengan kesadaran murni
persatuan diri dengan Tuhan. Muncullah ketenangan dan kebahagiaan. (lihat juga.VI.I, V.12).
Śloka 4
yadā hi ne ’ndriyārtheṣu
na karmasv
anuṣajjate
sarvasaṁkalpasaṁnyāsī
yogārūdhas
tado ’cyate
Artinya:
Bila seorang tidak terkait terhadap obyek-obyek dari indria atau dari
pekerjaan dan melepaskan segala tujuannya, ia telah mencapai yoga.
Penjelasan:
Sarvasaṁkalpasaṁnyasi:
Seorang yang melepaskan segala keinginannya. Bagi seorang yang telah
mencapai yoga, persatuan dengan Tuhan, maka jiwanya telah mencapai kebebasan
dan geraknya adlah suci murni dari Tuhan, penyerahan sempurna, egoismenya telah
lenyap dan demikian pula segala keinginannya. Segala gerak adalah suci murni
atas kehendak dari Tuhan, ia aktif di dunia ini tetapi tidak terikat.
Śloka 5
uddhared
ātmanā ’tmānaṁ
nā ’tmānam avasādayet
ātmai ’va hy
ātmano bandhur
ātmai ’va
ripur ātmanaḥ
Artinya:
Biarlah orang mengangkat dirinya sendiri oleh dirinya sendiri pula.
Janganlah ia menghinakan (merendahkan derajat) dirinya sendiri, karena Atma
sendiri adalah teman dari atmanya dan hanya Atma sendiri adalah musuh dari
atmanya.
Penjelasan:
Atma adalah kebenaran suci, Tuhan, yang ada di dalam individu sendiri dan
atma adalah jiwa sendiri. Tuhan berada di mana-mana juga di dalam tiap-tiap
orang, yang merupakan kesadaran perseorangan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Tertujunya kehidupan kita pada obyek-obyek di luar maka kita tidak sadar akan
kesadaran suci ini, maka kesadaran suci ini (Paramatma) dapat menjadi musuh
dari kesadaran perseorangan (atma dalam maya) yang akhirnya dapat menjerumuskan
hidup kita dalam kegelapan. Sebaliknya bila kita sadar akan kesadaran suci ini,
maka dapatmenjadi teman, penuntun yang tercinta menuju kehidupan yang mulia dan
menyerahkan diri pada Tuhan, Sang Hyang Widhi Wasa. Oleh karena itu dengan
kesadran sendiri akan kesadaran suci itu kita mengangkat diri kita sendiri oleh
diri kita sendiriatas petunjuk-petunjuk ajaran Weda-weda.
Śloka 6
bandhur ātmā
’tmanas tasya
yenā ’tmai ’vā
’tmanā jitaḥ
anātmanas tu
śatrutve
vartetā ’tmai
’va śatruvat
Artinya:
Karena ia yang dapat menguasai atmanya (bawahan ) oleh Atma (yang tinggi)
atmanya adalah teman. Akan tetapi bagi ia yang tidak dapat menguasai Atmanya
(yang tinggi) atmanya itu pula akan berlaku sebagai musuhnya sendiri.
Pengertian:
Atma (bawahan) di sini adalah kesadaran perseorangan dalam kehidupan
sehari-hari. Atma (yang tinggi) disini ialah kesadaran suci ( Paramatma). Untuk
kehidupan yang mulia, maka kesadaran suci (Atma) harus dapat menguasai
kesadaran hidup sehari-hari.
Śloka 7
jitātmanaḥ
praśāntasya
paramātmā
samādhitaḥ
śītoṣṇasukhaduḥkḥesu
tathā
mānāpamānayoḥ
Artinya:
Bila orang telah menguasai atmanya (bawahan) dan telah mencapai ketenangan
dari penguasaan diri sendiri, Paramatma sendiri adalah menjadi pusat obyek dari
kesadaran, dalam keadaan dingin dan panas, senang dan sakit, dihormati dan
dicerca.
Penjelasan:
Keadaan ini menunjukkan telah mencapai kebahagiaan yang abadi dan manunggal
dengan Tuhan mengatasi senang dan susah dan lain-lainnya.
Śloka 8
jñānavijñānatṛptātmā
kūṭastho vijitendriyah
yukta ity
ucyate yogī
samaloṣṭāśmakāñcanaḥ
Artinya:
Seorang yogin yang puas jiwanya dengan kebijaksanaan dan pengetahuan, yang
tetap pendirian dan menguasai indrianya, baginya segumpal tanah, emas dan batu
adalah sama, ia dianggap sudah terkendalikan dalam yoga.
Penjelasan:
Seorang yogin ini telah bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa, dan menikmati
kebahagiaan yang abadi Tuhan sebagai Kebenaran sebagai latar belakang dari
dunia maya ini. Ia melihat kebenaran ini pada semua yang ada di dunia ini, oleh
karena tidak digerakkan oleh perbedaan-perbedaan yang terlihat di dunia.
Śloka 9
suhṛnmitrāryudāsīna
madhyasthadveṣyabandhuṣu
sadhuṣv api
ca pāpeṣu
samabuddhir
viśiṣyate
Artinya:
Ia yang mempunyai pikiran sama, baik diantara teman-teman, pengikut ataupun
musuh, diantara yang netral dan adil, diantara mereka yang menjijikan ataupun
yang masih ada hubungan keluarga, diantara orang yang dapat mengatasi segala.
Penjeasan:
Adalah penting selalu waspada atas badan dan pikiran.
Śloka 10
yogī yuñjīta
satatam
ātmānaṁ
rahasi sthitaḥ
ekākī yatacittātmā
nirāsīr
aparigrahaḥ
Artinya:
Seorang yogin harus tetap memusatkan pikirannya (kepada atma yang maha
besar), tinggal dalam kesunyian dan tersendiri, menguasai dirinya sendiri,
bebas dari angan-angan dan keinginan untuk memilikinya.
Penjelasan:
Disini tujuannya ialah menghubungkan disiplin mental atas dasar ajaran dari
Yogasutra dari Patanjali. Tujuan pokok yaitu meningkatkan kesadaran yang biasa
kearah kesadaran yang lebih tinggi sampai persatuan dengan Tuhan. Untuk
mendapatkan sabda, mendengarkan suara yang sunyi, orang harus membersihkan diri
dari semua bentuk yang muncul dari egoisme. Orang harus bersih, dan hidup bebas
dari kehidupan bentuk luar sebagai mesin. Aparigrahah, yaitu bebas dari
keinginan untuk mempunyainya kebebasan ini adalah sifatnya kewajiban dan tidak
kebendaan. Penguasaan atas diri sendiri adalah penting untuk mencapai
ketenangan.
Śloka 11
śucau deśe
pratiṣṭhāpya
sthiram
āsanaṁ ātmanaḥ
nā
’tyucchritam nā ’tinicaṁ
cailājinakuśottaram
Artinya:
Ia harus duduk di tempat suci diatas tempat duduk yang kukuh tidak terlalu
tinggi maupun terlalu rendah, tertutup dengan rumput yang suci, kulit rusa dan
kain, disusun satu di atas yang lainnya.
Śloka 12
tatrai’
kāgraṁ manaḥ kṛtvā
yatacittendriyakriyaḥ
upaviśyā ’sane
yuñjyād
yogam ātmaviśuddhaye
Artinya:
Disana mengambil tempat duduknya, memusatkan pikirannya kepada satu tujuan
dan menguasai pikiran dan indrianya biarlah ia melakukan yoga untuk menyucikan
jiwanya.
Penjelasan:
Yoga disini ialah dhyana-yoga, meditasi. Syarat utama untuk ini ialah
disiplin kehidupan yang bersih bebas dari egoisme, bebas dari ikatan dunia luar
sebagai dasar dari ketenangan. Dan hati yang bersih cittasuddhi adalah hanya
soal disipin kehidupan.
Śloka 13
samaṁ
kāyaśirogrivaṁ
dhārayann
acalaṁ sthiraḥ
samprekṣya
nāsikāgram svaṁ
diśaś cā’
navalokayam
Artinya:
Dengan posisi badan, kepala dan leher, tegag dan tenang melihat kesatu
arah, keujung hidungnya, dengan tiada menoleh kesekelilingnya.
Śloka 14
praśāntātmā
vigatabhir
brahmacārivrate
sthitaḥ
manaḥ
saṁyamya maccitto
yukta āsita
mat-paraḥ
Artinya:
Tenang dan bebas dari ketakutan, setia kepada janjinya sebagai Brahmachari
dengan pikiran yang dikuasainya biarlah ia duduk (yoga) dengan pikiran yang
harmoni selalu mengarah dan tertuju kepada-Ku.
Penjelasan:
Brahmacari-Pengendalian nafsu sex. Seorang yang ingin akan melaksanakan
yoga harus menyampingkan nafsu sex.
Śloka 15
yuñjann
evaṁ sadā’ tmānaṁ
yogī niyatamānasaḥ
śāntim
nirvāṇaparamāṁ
mat-samsthāṁ
adhigacchati
Artinya:
Seorang yogi yang menguasai pikirannya, yang selalu dalam keadaan harmonis,
mencapai ketenangan, nirwana (moksha) yang ada pada-Ku.
Śloka
16
na’
tyaśnatas tu yogo’ sti
na cai’ kāntam
anaśnataḥ
na cā’
tisvapnaśīlasya
jāgrato nai’
va cā’ rjuna
Artinya:
Sesungguhnya yoga tidaklah untuk ia yang makan terlalu banyak, atau terlalu
sedikit. Tidaklah untuk ia, O Arjuna yang tidur terlalu banyak atau terlalu
sedikit.
Śloka 17
yuktāhāravihārasya
yuktaceṣtasya
karmasu
yuktasvapnāvabodhasya
yogo bhavati
duḥkhahā
Artinya:
Bagi orang yang sedang dalam makanan dan kesukaan yang tingkah lakunya
dibatasi, yang tidur dan bangunnya diatur, disana timbul disiplin (yoga) yang
membasmi segala kesusahan.
Penjelasan:
Hidup yang baik disini ialah hidup yang tidak berlebih-lebihan.
Śloka 18
yadā
viniyataṁ cittam
ātmany evā ’vatiṣṭhate
niḥspṛhaḥ
sarvakāmebhyo
yukta ity
ucyate tadā
Artinya:
Bilamana pikiran yang berdisiplin sudah tercapai dan tinggal tenang hanya
pada atma, bebas dari segala keinginan barulah ia dikatakan orang yang telah
melaraskan diri (dalam yoga).
Penjelasan:
Bila disiplin pikiran sudah dikuasai, semua bentuk egoisme sudah hilang
maka kebenaran dapat dilihat. Disinilah kebahagiaan dapat dirasakan didalam
diri sendiri, kesadaran dalam kehidupan sehari-hari telah menemukan kesadaran
sucinya.
Śloka 19
yathā dīpo
nivātastho
ne’ ṅgate
so’ pamā smṛtā
yogino yatacittasya
yuñjato
yogam ātmanaḥ
Artinya:
Sebagai pelita ditempat yang tak berani yang nyalanya tak goyang, sebagai
itulah seorang yogi yang telah menguasai pikiran dan bersatu dengan Atma.
Śloka 20
yatro’
paramate cittaṁ
niruddhaṁ
yogasevayā
yatra cai
‘va tmanā ’tmānaṁ
paśyann
ātmani tuṣyati
Artinya:
Jika pikiran mencapai ketenangan terkendali dengan melakukan penunggalan
pikiran dan melihat Tuhan melalui atma serta berasa senang dalam Atma.
Śloka 21
sukham
ātyantikaṁ yat tad
buddhigrāhyam
atindriyaṁ
vetti yatra
na cai’ vā’ yaṁ
sthitaś
calati tattvataḥ
Artinya:
Jika ia mencapai kenikmatan yang besar, melihat dengan kecerdasan dan di
luar kekuatan indria, di dalam mana ia menetap dan tidak dapat lepas dari
kebenaran.
Śloka 22
yam labdhvā
cā’ paraṁ lābham
manyate nā’
dhikaṁ tataḥ
yasmin
sthito na duḥkhena
guruṇā ’pi
vicālyate
Artinya:
Jika telah mencapai ini, ia berfikir tidak ada yang perlu dicapai lebih
besar dari ini lagi, di mana ia menetap, ia tidak digonjangkan meskipun oleh
sangsara yang seberat-beratnya.
Śloka 23
tam vidyād
duhkhasamyoga
viyogam yogasamjñitam
sa niścayena
yoktavyo
yogo’
nitviṇṇacetasā
Artinya:
Biarlah semua keadaan itu diketahui dengan nama yoga, suatu keadaan di mana
kita memutuskan persatuan dengan penderitaan. Yoga ini harus dilakukan dengan
keyakinan dan dengan tenang.
Śloka 24
saṁkalpaprabhavān
kāmāṁs
tyaktā
sarvān aśeṣataḥ
manasai ’ve
’ndriya-grāmaṁ
viniyamya
samantataḥ
Artinya:
Melepaskan tanpa kecuali semua keinginan lahir dari keakuan, mengendalikan
dengan fikiran semua indria pada semua sisi.
Śloka 25
śanaiḥ-śanair
uparamed
buddhyā
dḥrigrhītayā
ātmasaṁstham
manah kṛtvā
na kīṁcid
api cintayet
Artinya:
Dengan akal budi yang penuh kesabaran, dengan pikiran yang menetap pada
atma biarlah ia mencapai ketenangan perlahan-lahan. Janganlah ia memikirkan
apa-apa yang lain.
Śloka 26
yato-yato
niścarati
manaś caṅcalam
asthiram
tatas-tato-niyamyai’
tad
ātmany eva
vaśaṁ nayet
Artinya:
Apa saja yang menyebabkan pikiran yang tidak tetap tu selalu goncang dan
mengembara biarlah ia menahannya dan mengembalikannya hanya da penguasaan Atma
itu sendiri.
Śloka 27
praśānta-manasam
hy enaṁ
yoginaṁ
sukham uttamam
upaiti
śāntarajsaṁ
brahmabhūtam
akalmaṣam
Artinya:
Karena kebahagiaan tertinggi datang pada yogin yang pikirannya tenang,
nafsunya tak bergolak, keadaannya bersih dan bersatu dengan Tuhan.
Śloka 28
yunjann evam
sadā’ tmānaṁ
yogi vigatakalmaṣaḥ
sukhena
brahṁasamsparśam
atyantam
sukham aśnute
Artinya:
Jadi dengan membuat jiwa selalu harmoni, seorang yogin yang telah
membersihkan diri dari dosa, mudah mengalami kebahagiaan yang tak terbatas dari
perhubungan dengan Tuhan.
Penjelasan:
Disini hubungan langsung dengan Tuhan. Tuhan tidak lagi merupakan hal-hal
yang samar-samar tetapi suatu realitas. Pengalaman keagamaan ini adalah universal,
mengatasi ruangan dan waktu. Tetapi temperamen dan ras dan epech memperlihatkan
wujud yang berbeda-beda dalam ilmu ketuhnannya.
Śloka 29
sarvabhūtastham
ātmānaṁ
sarvabhūtāni
cā’ tmani
īkṣate yogayuktātmā
sarvatra
samadarśanaḥ
Artinya:
Ia yang jiwanya dihormati oleh yoga melihat atma menetap di dalam semua
makhluk dan semua makhluk di dalam Atma. Di mana-mana ia melihat yang sama.
Penjelasan:
Atma di sini ialah jiwa sejati bebas dari kesadaran ego, dan ini pada
dasarnya adalah sama dengan paratma, dan bebas dari rasa senang dan tidak
senang, ketakutan dan harapan-harapan. Hampir dirasakan kebahagiaan yang abadi.
Śloka 30
yo māṁ
paśyati sarvatra
sarvaṁ ca
mayi paśyati
tasyā’haṃ
na praṇaśyāmi
sa ca me na
praṇaśyati
Artinya:
Ia yang melihat Aku di mana-mana dan melihat semua di dalam Aku, Aku tidak
hilang dari Ia, pun juga ia tidak ilang dari Aku.
Penjelasan:
Sloka ini menjelaskan keadaan persatuan yang mendalam dari semua yang ada
di dalam Tuhan.
Śloka 31
sarvabhūtasthitam
yo mām
bhajaty
ekatvam āsthitaḥ
sarvathā
varthamāno pi
sa yogī mayi
vartate
Artinya:
Seorang Yogi yang telah teguh di dalam kesatuan, menyembah Aku ang berada
di dalam semua makhluk, hidup dalam Aku, meskipun bagaimana aktifnya (di dalam
kehidupan).
Penjelasan:
Maksudnya ialah meskipun bagaimana bentuk kehidupan luarnya, batinnya tetap
dalam Tuhan.
Śloka32
ātmaupamyena
sarvatra
samaṁ
paśyati yo 'rjuna
sukhaṁ vā
yadi vā duḥkhaṁ
sa yogī
paramo mataḥ
Artinya:
Ia, O Arjuna yang melihat sama segala-galanya, sebagai bayangan dari
jiwanya sendiri, walaupun dalam keadaan senang maupun dalam keadaan menderita,
ia dianggap yogi yang sempurna.
Penjeasan:
Atma-auppamya-menyamakan yang lainnya dengan diri sendiri. Apa yang
dipikirkan untuk dirinya sendiri, juga dipikirkan untuk semua. Dengan kesadaran
dan kekuatan jiwa yang suci dari rahmat Tuhan ia berlaksana dalam segala hal di
dunia ini.
Menguasai
Pikiran Adalah Sukar Tetapi Kemungkinan Ada
arjuna uvāca
Śloka 33
yo ’yaṁ
yogas tvayā proktāḥ
sāmyena
madhusūdana
etasiā ’haṁ
na paśyāmi
caṇcalatvāt
sthitim sthirām
Arjuna berkata:
Artinya:
Yoga yang sebagai Engkau, Tuhan, menyatakan adalah bersifat keseimbangan, O
Krishna, aku tak dapat melihat dasar yang stabil untuk ini, disebabkan oleh adanya
kegelisahan (dari pikiran).
Śloka 34
caṇcalaṁ
hi manaḥ kṛṣṇa
pramāthi
balayad dṛḍham
tasyā’ham
nigrahaṁ manye
vāvor iva suduṣkaram
Artinya:
Sebab pikiran itu adalah gelisah, O Krishna, tak terkendalikan, kuat dan
kaku. Aku kira sukar sekali untuk menguasainya sesukar menguasai angin.
śribhagavān
uvāca
Śloka 35
asamśayam
mahābāho
maṅo
durnigṙaham calam
abhyāsena tu
kaunteya
vairāgyeṇa
ca gṛhyate
Sri Bhagawan Bersabda:
Artinya:
Sudah pasti, O Arjuna, pikiran itu adalah sukar untuk menahan dan gelisah,
akan tetapi dapat dikuasai, O Arjuna dengan latihan yang terus menerus dan
tidak mengikat diri.
Penjelasan:
Pikiran yang gelisah dan lain-lainnya dapat dikuasai dengan latihan dan
bekerja tanpa mengikatkan diri (akan keuntungan).
Śloka 36
asaṁyatātmanā
yogo
dusprāpa iti
me matiḥ
vaśyātmanā
tu yatatā
śakyo ’vāptum
upāyataḥ
Artinya:
Yoga sukar dicapai, Aku sependapat, oleh orang yang tak dapat menguasai
dirinya, akan tetapi bagi orang yang dapat menguasai dirinya dapat dicapai dengan
berusaha melalui jalan yang sebenarnya.
Penjelasan:
Kita harus ingat bahwa tiap usaha mungkin ada kegagalannya. Tetapi harus
dilihat pula ia yang memulai dengan baik akhirnya akan mencapai tujuannya.
arjuna uvāca
Śloka 37
ayatiḥ
śraddhayo’peto
yogāc calitamānasaḥ
aprāpya
yogasaṁsiddhiṁ
kāṁ gatiṁ
kṛṣṇa gacchati
Arjuna Berkata:
Artinya:
Jalan apakah yang harus ia lalui, O Krishna, jika ia tidak dapat menguasai
dirinya, meskipun ia mempunyai kepercayaan, tetapi pikirannya mengembara jauh dari
yoga, gagal untuk mencapai kesempurnaan di dalam yoga?
Śloka 38
kaccin no’bhayavibhraṣṭaś
chinnabharam
iva nasyati
apratiṣṭḥo
mahābāho
vimuḍho
brahmaṇaḥ pathi
Artinya:
Apakah ia tidak hancur seperti mega yang dibelah, O Krishna, jatuh dari kedua-duanya
tanpa suatu pegangan dan bingung dalam jalan yang membawa earah Brahman.
Śloka 39
etan me
saṁśayaṁ kṛṣṇa
chettum
arhasy aśeṣataḥ
tvdanyaḥ
saṁśayasyā’ sya
chettā na hy
upapadyate
Artinya:
Engkau, Tuhan, harus menjauhkan seluruh keraguan-ku ini, O Krishna, sebab
tiada lain lagi dari engkau sendiri yang dapat melenyapkan keragu-raguan ini.
śribhagavān
uvāca
Śloka 40
pārtha nai’ve’ha
nā’mutra
vināśas
tasya vidyate
na hi
kalyāṇakṛt kaścid
durgatiṁ
tāta gacchati
Sri Bhagawad bersabda:
Artinya:
O Arjuna, tidak ada suatu kehancuran baik di dalam hidup ini maupun
sesudahnya, sebab tak pernah seorang yang berbuat baik menginjak jalan
kemelaratan.
Penjelasan:
Dasar kejujuran dan Keikhlasan hidup tidak akan membawa rasa duka pada diri
seseorang. Orang yang telah mempunyai etikat yang baik tidak akan berakhir
dengan jahat. Pun putus asa tidak ada tempatnya meskipun gagal dan tidak ada
usaha yang sungguh-sungguh berjalan tanpa ada ganjarannya.
Śloka 41
prāpya
puṇyakṛtāṁ lokān
uṣitvā
śāśvatīḥ samaḥ
śucīnāṁ
śrīmatāḿ gehe
yogabhraṣṭo’bhijāyate
Artinya:
Setelah mencapai dunia kebenaran, menetap di sana bertahun-tahun, seorang
yang jatuh dari yoga, lahir kembali ke dalam keluarga yang suci dan makmur.
Śloka 42
athavā yoginṁ
eva
kule bhavati
dhimatām
etad dhi
durlabhataraṁ
loka janma
yad idṛśsam
Artinya:
Atau ia mungkin lahir di dalam keluarga yogin yang diberkati dengan
kebijaksanaan. Sebab kelahiran yang demikian ini lebih sukar didapat di dalam
dunia.
Śloka 43
tatra taṁ
buddhisaṁyogaṁ
labhate
paurvadehikam
yatate ca
tato bhūyaḥ
saṁsiddhau
kurunandana
Artinya:
Di sana ia mendapat kembali
kesan-kesan dari pikirannya (suatu pertemuan dengan Tuhan), yang ia telah
kembangkan di dalam penghidupannya yang lalu dengan ini perjuangkan kembali
untuk mencapai kesempurnaannya, O Arjuna.
Penjelasan:
Kematian hanya berarti lenyapnya badan kasar ini, tetapi apa-apa yang telah
kita perbuat selama hidup merupakan dasar untuk titik permulaan perkembangan
hidup selanjutnya. Mencapai hidup yang sempurna memerlukan beberapa kelahiran
di dunia ini.
Śloka 44
purvābhyāsena
tenai’va
hriyate hy
avaśo’pi saḥ
jijnāsur api
yogasya
śabdabrahmā’tivartate
Artinya:
Dengan perbuatan yang terdahulu ia telah terbawa dengan tiada dapat ditahan.
Sedangkan orang yang mencari pengetahuan tentang yoga mengatasi
petunjuk-petunjuk dari Weda-Weda.
Penjelasan:
Sabda Brahma-dimaksud disini peraturan sebagai petunjuk-petunjuk Weda.
Dengan menjalankan sabda Brahma, kita dapat mengatasi sendiri, dima-na
persatuan dengan Brahman akan dicapai. Memperdalam agama didapatkan dengan
jalan mempelajari kitab-kitab suci dan pelaksanaan pemujaan.
Śloka 45
prayatnād
yatamānas tu
yogī
saṁśuddhakilbiṣaḥ
anekajanmasamsiddhas
tato yāti
parām gatim
Artinya:
Tetapi seorang yogi yang berjuang dengan keberanian membersihkan diri dari
segala dosa, menyempurnakan dirinya sendiri di dalam banyak penghidupan
dapatlah mencapai tujuan yang tertinggi.
Yogi Yang
Sempurna
Śloka 46
tapasvibhyo’
dhiko yogi
jñānibhyo’
pi mato’ dhikaḥ
karmibhyaś
cā’dhiko yogi
tasmād yogī
bhavā’rjuna
Artinya:
Seorang yogi lebih besar dari orang pertapa, lebih besar dari orang
terpelajar dan dipandang lebih besar dari orang yang melakukan upacara, dari
itu jadilah seorang yogin, O Arjuna.
Penjelasan:
Yoga atau persatuan dengan Tuhan atau dengan jalan bhakti. Di dalam yoga
sendiri telah terdapat yang terbaik dari ketiga unsur tapas (bertapa), jnana
(berpengetahuan), karma (upacara) termasuk juga bhakti.
Śloka 47
yoginām api sarvesāṁ
madgatenā’ntarātmanā
śraddhāvān
bhajate yo māṁ
sa me
yuktatamo mataḥ
Artinya:
Dari semua yogin, ia yang dengan penuh kepercayaan menyembah Aku dengan
batinnya menetap di dalam Aku, ia, Aku pandang terharmoni, dengan Aku di dalam
yoga.
Penjelasan:
Dari semua yogin, ia yang memusatkan bhaktinya pada Yang Maha Kuasa, yang
berada di mana-mana lebih tinggi dari pada ia yang memusatkan pada yang lebih
di bawah, sebagai dewa-dewa.
"Semoga Bermanfaat"
Dikutip dari: Prof. Dr. I.B. Mantra. 2018. Bhagawadgita Naskah Sanskerta, Alih Bahasa & Penjelasan, ESBE Buku, Denpasar Timur.
Belum ada Komentar untuk "BHAGAWADGITA ADHYAYA VI YOGA YANG SEJATI"
Posting Komentar