Entri yang Diunggulkan

Makna Suri Asuri Sampad

Makna Suri Asuri Sampad Alit S, 21/12/2019 Pada dasarnya dalam diri manusia ada dua kecendrungan, yaitu berbuat baik atau sifat-sifat...

CATUR MARGA YOGA

CATUR MARGA YOGA

Empat Jalan Menuju Brahman

              I Nyoman Alit Suarjaya, 20 Juli 2021

Agama Hindu sangat kaya akan ajaran-ajaran suci yang adhi luhung, sangat banyak ajaran atau jalan untuk mencapai keduniawian, salah satunya adalah Catur Marga atau dikenal juga dengan Catur Marga Yoga. Catur Marga berasal dari kata "Catur" yang berarti empat dan "Marga" yang berarti jalan atau cara sedangkan "Yoga" berarti menghubungkan diri dengan Tuhan. Catur Marga atau Catur Marga Yoga dengan demikian dapat diartikan sebagai empat cara atau empat jalan untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa guna mencapai kesempurnaan Hidup lahir dan batin (Moksa). Catur marga merupakan sebuah konsep ajaran yang termasuk bagian dari aspek Tattwa dalam kerangka dasar agama Hindu.

Adapun empat  jalan atau cara dari Ctur Marga tersebut adalah:

1.     1. Bhakti Marga Yoga

Bhakti Marga Yoga merupakan perpaduan antara kata Bhakti Marga dan Bhakti Yoga. Kata Bhakti berarti menyalurkan, mencurahkan, mempersembahkan, cinta yang tulus dan luhur kepada Tuhan, kesetiaan kepada-Nya, pelayanan, perhatian yang sungguh-sunggah untuk memuja-Nya, penyerahan diri seutuhnya pada Sang Pencipta. Kata Marga berarti jalan atau usaha dan kegiatan. Yoga berarti usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Bhakti Marga Yoga adalah jalan menuju Tuhan dengan cara menunjukkan bhakti kepada-Nya. Bhakti Yoga adalah proses atau cara mempersatukan atman dengan Brahman dengan berlandaskan atas dasar cinta kasih yang mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi dan segala ciptaan-Nya.

Bhakti Marga Yoga dapat dikenali dengan berbagai ciri-cirinya, antara lain:

v Rasa bhakti itu ditunjukkan dengan keiklasan untuk berkorban dan tidak ada niat sedikitpun untuk memperoleh hasil atau imbalan dari pengorbanannya.

v Rasa bhakti itu melahirkan jiwa seni yang berkaitan dengan ajaran agama, seperti dibangunnya pura, candid an tempat suci lainnya yang indah disertai berbagai macam ukiran yang mengagumka, serta timbul pula berbagai macam kesenian, seperti gambelan, tari, likisan dan lain sebagainya.

v Rasa bhakti itu menimbulkan keinginan untuk mewujudkan Tuhan itu sendiri. Maka timbullah berbagai macam symbol. Tuhan disimbolkan sebgai Arca, Pratima dan lain sebagainya. Dengan symbol itu, tidak berarti bahwa umat Hindu menyembah Arca, Pratima atau patung-patung, yang disembah adalah Ida Sang Yhang Widhi Wasa yang tunggal. Patung-patung itu anyalah sebagai alat bantu untuk membayangkan bahwa Tuhan itu memang benar ada.

v Rasa bhakti melenyapkan rasa benci dan amarah. Bhakti Marga Yoga pada hakekatnya adalah jalan cinta kasih dan jalan kasih saying.

v Rasabhakti melenyapkan rasa takut. Ketakutan adalah bukti dari kelemahan dan keterikatan. Tetapi rasa bhakti kepada Tuhan yang didasari cinta kasih dan kasih saying akan melenyapkan rasa takut. Sebab dengan rasa cinta kasih itu kita akan merasa dilindungi oleh Tuhan.

 

2.     2. Karma Marga Yoga

Karma Marga Yoga berasal dari akar kata “karma” yang artinya melakukan kegiatan atau kerja, demikianlah karma dalam hal ini berarti aktivitas/kegiatan untuk suatu tujuan. Karma Marga Yoga berarti jalan untuk menghubungkan diri kepada Tuhan dengan jalan berbuat atau bekerja tanpa pambrih dan tanpa mengharapkan imbalan atau hasil, dengan tujuan tercapainya kebebasan abadi, menyatunya Atman dengan Brahman. Kegiatan kerja itu dilakukan secara tulus dan iklas sebagai amal dan kebajikan. Yang utama dalan Karma Marga Yoga adalah pengabdian, pelayanan atau dharma bhakti. Ada kegiatan kerja, tetapi tidak untuk kepentingan sendiri, semua pekerjaan yang dilakukan merupakan persembahan kepada Tuhan. Semua pekerjaan yang dilakukan tidak didorong oleh motif diri, tetapi didorong untuk melakukan persembahan kepada Tuhan.

Landasan filosofis untuk melakukan karma marga untuk mencapai kebebasan adalah ketekunan melakukan kerja, keikhlasan, dan tidak terikat dengan hasil pekerjaan. Setiap perbuatan akan mendatangkan hasil sebagai hukum dari kerja, maka dengan perbuatan baik dan  melakukan kerja sesuai dengan swadarma maka seseorang akan memperoleh kebebasan. Hal yang penting untuk memahami Karma Marga Yoga adalah pengertian terhadap hakikat kerja. Seseorang dapat melepaskan diri dari keterikatan kerja hanya melalui keyakinan bahwa kerja yang dilakukan itu sebagai perwujudan bhakti kepada Tuhan maupun pengabdian kepada kemanusiaan, tanpa kesadaran itu seseorang tidak dapat melepaskan diri.

Pelaksanaan Karma Marga Yoga dapat disimpikan sebagai berikut:

v Kehidupan itu pada dasarnya dibelenggu oleh hukum kerja, artinya selama hidup kita dituntut untuk selalu bekerja.

v Tidak seorangpun yang dapat melepaskan diri dari kerja.

v Dengan bekerja kita dapat mencapai kebebasan sebagai tujuan hidup tertinggi, sepanjang pekerjaan itu dilakukan dengan tidak mengikatkan diri kepada hasilnya.

 

3.     3. Jnana Marga Yoga

Jnana artinya pengetahun  sehingga Jnana Marga Yoga adalah jalan atau cara untuk menghubungkan diri dengan Tuhan dengan jalan mempelajari dan memahami Ilmu Pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan filsafat kebenaran dan kebebasan dari ikatan duniawi, dengan tujuan terciptanya kebebasan abadi menyatunya Atman dengan Brahman. Jalan ini merupakan jalan pengembangan kebijaksanaan spiritual dan ini adalah jalan bagi kaum intelektual dengan tujuan untuk menghancurkan kebodohan dan dilaksanakan oleh mereka yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan daya cinta kasih yang mendalam kepada Tuhan. .

Jalan ilmu pengetahun itu hendaknya mencakup dua macam pengetahuan yaitu:

v Apara Widia yaitu pengetahuan biasa dan pengetahuan suci.

v Para Widya yaitu pengetahuan tentang hakekat kebenaran Atman dan Brahman.

Dengan memahami kedua jenis pengetahuan itu , maka orange akan dapat mencapai kebenaran yang sempurna, sehingga dapat membedakan antara yang kekal (Atman dan Brahman) dan yang tidak kekal (badan jasmani). Orang yang memahami Jnana Marga Yoga akan selalu berusaha melepaskan diri dari hal-hal yang tidak kekal, sehingga bebas dari pengaruh suka dan duka serta dapat  mencapai kebebasan atau Moksa.

4.     4. Raja Marga Yoga

        Raja Marga Yoga adalah cara untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan jalan melaksanakan konsentrasi atau pemusatan pikiran, melalui tapa, brata, yoga dan Samadhi, dengan tujuan terciptanya kebebasan abadi, menyatunya Atman dengan Brahman. Tapa merupakan pengendalian indria termasuk emosi dan nafsu. Dengan tapa, maka nafsu badani seperti  Sad Ripu (kama, loba, kroda, mala, moha dan matsarya) akan ditekan atau ditiadakan. Dengan Brata, maka indria dan nafsu itu dikekang sampai tercapainya keseimbangan jiwa dan kesucian batin. Dengan Yoga, maka akan tercipta sikap batin dan hati yang suci untuk dapat menghubungkan diri dengan Tuhan. Sedangkan Samadhi merupakan tahapan akhir dari yoga yakni bersatu padunya kekuatan manusia berupa sabda, bayu dan idep dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sampai tercapainya kebahagiaan abadi dan tidak terikat lagi dengan pengaruh-pengaruh duniawi.

Raja Marga memerlukan pengendalian diri, disiplin diri, pengekangan dan penyangkalan terhadap hal-hal yang bersifat keduniawian. Raja Marga Yoga adalah suatu jalan mistik (rohani) untuk mencapai kelepasan atau moksa. Melalui jalan ini seseorang akan lebih cepat mencapai moksa, tetapi tantangan yang dihadapinya pun lebih berat, seseorang yang menginginkan mencapai moksa dengan jalan ini diwajibkan mempunyai seorang guru kerohanian yang sempurna untuk dapat menuntun dirinya ke arah tersebut.

Menurut Maharesi Patanjali (Saraswati,1996:45) Raja Yoga harus dilaksanakan melalui delapan tahapan yang dinamakan Astanga Yoga, yang terdiri atas:

v Yama yaitu pantangan atau pengendalian diri tahap awal.

v Niyama yaitu kebajikan atau pengendalian diri tahap lanjutan.

v Asana yaitu sikap-sikap meditasi.

v Pranayama yaitu penguasaan napas vital atau pengendalian pernapasan.

v Pratyhara yaitu penyaluran aktivitas mental.

v Dharana yaitu pemusatan pikiran.

v Dhyana atau meditasi (perenungan).

v Samadhi yaitu keadaan suprasadar transenden.

 

Referensi: Drs. K.M. Suhardana, 2010, Catur Marga Empat Jalan Menuju Tuhan, Paramita, Surabaya.

'' Semoga Bermanfaat Untuk Kita Semua''

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "CATUR MARGA YOGA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel