BHAGAWADGITA ADHYAYA V - CAHAYA KEHIDUPAN
BHAGAWADGITA
ADHYAYA V
''Cahaya
Kehidupan''
Melepas
Diri Dari Ikatan Samkhya Dan Yoga Menuju Pada Tujuan Yang Sama
''Alit. S. 27/3/2020''
Arjuna uvāca
Adhyaya V. Śloka 1
saṁnyāsaṁ karmanāṁ kṛṣṇa
punar yogaṁ ca ’saṁsasi
yac chreya etayor ekaṁ
tan me brūhi su-niścitam
Artinya:
Arjuna
berkata:
Engkau,
memuji, O Krishna; tentang pembahasan diri dari keduniawian tetapi kemudian
Engkau anjurkan pelaksanaan kerja tanpa keakuan. Katakanlah kepadaku sebenarnya
yang mana dari kedua ini yang lebih baik.
Penjelasan:
Jiwa dari
Bhagawadgita keseluruhannya ialah bekerja tanpa mengikatkan diri pada
keuntungan diri sendiri, karena jiwa inilah yang membebaskan diri kita dari
ikatan karma.
śribhagavān uvāca
Adhyaya V. Śloka 2
samyāsaḥ karmayoga’s ca
niḥśreyasakarāv ubhau
tayos tu karmasaṁnyāsāt
karmayogo viśiṣyate
Artinya:
Sri Bhagawan
Bersabda:
Pembebasan
diri dari keduniawian dan melakukannya tanpa ke-Akuan, kedua-duanya ini menuju
ke arah pembebasan jiwa. Akan tetapi dari kedua ini, melakukan pekerjaan tanpa
ke-Akuan adalah lebih baik dari membebaskan diri dari keduniawian.
Penjelasan:
Ajaran
Samkhya ialah pada pembebasan diri dari keduniawian dan menitikberatkan pada
Jnana yaitu pengetahuan kesadaran. Tetapi di dalam yoga sebaliknya dengan
bekerja tetapi dengan jiwa yang benar, yaitu tidak mengikat diri untuk keuntungan
diri sendiri. Jalan inilah yang lebih sesuai dengan alam kehidupan di dunia ini
(lihat juga Bab III.8).
Adhyaya V. Śloka 3
jñeyaḥ sa nityasamnyāsi
yo na dveṣṭi na kānkṣatī
nirdvandvo hi mahābāho
sukhaṁ bandhāt pramucyate
Artinya:
Ia yang
tiada mempunyai sifat benci maupun cinta harus diketahui sebagai seorang yang
selalu mempunyai jiwa kelepasan, sebab terlepas dari kedua-dua sifat ini ia
akan mudah mendapat kebebasan dari ikatan, O Arjuna.
Penjelasan:
Seorang
nityasamnyasi ialah seorang yang berjiwa tidak mengikatkan diri. Seorang
karmayogin ialah seorang pekerja yang sungguh-sungguh dan membebaskan diri dari
ikatan, ia adalah juga nityasaṁnyāsin.
Adhyaya V. Śloka 4
sāṁkhyayogau pṛthag bālāḥ
pravadanti na paṇḍitāḥ
ekam apy āsthitaḥ samyag
ubhayor vindate phalam
Artinya:
Orang bodoh
mengatakan bahwa pembebasan dari keduniawian (samkhya) dan melakukan pekerjaan
(yoga) sebagai dua hal yang berlainan. Tetapi tidak demikian halnya dengan
orang bijaksana. Ia yang melakukan dengan baik salah satu dari kedua ini ia
akan mendapat buah dari keduanya.
Penjelasan:
Dalam hal
ini dengan yoga dimaksudkan karma yoga dan samkhya adalah jalan dengan
kecerdasan (Jnana) mencapai kebahagiaan yang abadi dengan melepaskan diri dari
keduniawian.
Adhyaya V. Śloka 5
yat sāṁkhyaiḥ prāpyate sthānaṁ
tad yogair api gamyate
ekaṁ sāṁkhyaṁ ca yogaṁ ca
yaḥ paśyati sa paśyati
Artinya:
Kedudukan
yang dicapai oleh orang-orang yang telah bebas dari keduniawian juga didapat
oleh para karmayogin. Ia yang melihat bahwa jalan pembebasan diri dari keduniawian dan jalan pelaksanaan kerja
adalah tunggal, ia melihat sebenarnya.
Adhyaya V. Śloka 6
saṁnyāsas tu mahābāho
duḥkham āptum ayogātaḥ
yogayupto munir brahma
nacireṇā ’dhigacchati
Artinya:
Akan tetapi
melepaskan diri dari keduniawian, O Arjuna, adalah sukar untuk mencapainya
tanpa karma yoga, seorang muni yang sudah terlatih di dalam karma-yoga (dengan
melaksanakan pekerjaan) lekas akan mencapai Brahman (Tuhan).
Adhyaya V. Śloka 7
yogayukto viśuddhātamā
vijitātmā jitendriyaḥ
sarvabhūtātmabhutātmā
kurvann api na lipyate
Artinya:
Ia yang
terlatih di dalam cara melakukan pekerjaan dan dengan jiwa yang suci, yang
dapat mengatasi dirinya sendiri dan yang dapat menaklukan indrianya, jiwanya
menjadi dari semua makhluk, ia tidak dicemarkan oleh pekerjaan meskipun ia
bekerja.
Penjelasan:
Ia bekerja
dengan penuh rasa kebaktian untuk kebahagiaan dunia dengan hati yang bersih
tanpa diikat oleh keuntungan diri sendiri.
Adhyaya V. Śloka 8
nai ’va kiṁcit karomī ’ti
yukto manyeta tattvavit
paśyan śṛṇvan spṛśaṇ jighrann
aśnan gacchan svapan śvasan
Artinya:
Orang yang
mempersatukan dirinya dengan Tuhan dan mengetahui kebenaran, berfikir, Aku sama
sekali tidak berbuat apa'' meskipun Aku melihat mendengar, mencium meraba,
berjalan, tidur dan bernapas.
Adhyaya V. Śloka 9
pralapan visṛjan gṛhṇann
unmiṣan nimiṣann api
indriyāṇi ’ndriyārtheṣu
vartanta iti dhārayan
Artinya:
Dalam
berbicara, mengeluarkan, memegang, membuka dan menutup mata, ia yakin baahwa
hanya indria yang bergerak di tengah-tengah obyek-obyek indrianya.
Penjelasan:
Kita harus
menyadari bahwa atma adalah suci dan bebas dari dari dunia materi/prakriti.
Keadaan awidya, gelap, dari manusia menyebabkan adanya ego, ahamkara.
Adhyaya V. Śloka 10
brahmaṇy ādhāya karmaṇi
saṅgaṁ tyaktvā karoti yaḥ
lipyate na sa pāpena
padmapatram ivā ’mbhasā
Artinya:
Ia yang
bekerja dengan melepaskan diri dari ikatan dan menyerahkan segala hasil
pekerjaannya pada Tuhan, tidak dinodai oleh dosa, sebagai daun teratai yang
tidak dapat dibasahi oleh air.
Penjelasan:
Ini jiwa
dari Bhagawadgita, pelaksanaan dari Karma-Yoga.
Adhyaya V. Śloka 11
kāyena manasā buddhyā
kevalair indriyair api
yoginaḥ karma kurvanti
sangaṁ tyaktvā ’tmaśuddhaye
Artinya:
Para yogin
menyucikan jiwanya (justru) dengan melakukan pekerjaan hanya dengan badan,
pikiran, pengertian atau hanya dengan indria yang terlepas dari ikatan.
Adhyaya V. Śloka 12
yuktaḥ karṁaphalam tyaktvā
śāntim āpnoti naiṣṭhikīm
ayuktaḥ kāmakāreṇa
phale sakto nibadhyate
Artinya:
Jiwa yang
setia sejati dapat mencapai ketenangan abadi, dengan melepaskan diri dari
ikatan hasil-hasil pekerjaan; akan
tetapi ia yang jiwanya tidak bersatu dengan Tuhan, yang dikendalikan oleh
keinginandan yang dipengaruhi oleh hasil pekerjaannya, maka jiwa demikian
adalah jiwa terikat.
Penjelasan:
Jiwa yang
telah mendapat penerangan suci.
Adhyaya V. Śloka 13
sarvakarmāṇi manasā
saṁnyasyā ’ste sukhaṁ vaśī
navadvāre pure dehī
nai ’va kurvan na kārayan
Artinya:
Jiwa yang
dapat menguasai alamnyayang dapat melepasakan semua lakunya dengan pikirannya,
ia hidup senang di dalam kota dari sembilan pintu gerbang, tidak bekerja dan
juga tidak menyebabkan pekerjaan diakukan.
Penjelasan:
Sembilan
pintu gerbang ini ialah ialah dua lobang telinga, Dua lobang hidung, dua lobang
mata, satu lobang mulut, pantat dan keturunan.
Adhyaya V. Śloka 14
na kartṛtvaṁ na karmāṇi
lokasya sṛjati prabhuḥ
na karmaphalasaṁyogaṁ
svabhāvas tu pravartate
Artinya:
Tuhan
bukannya mencipta hanya untuk dijadikan badan perantara manusia, pun Ia tidak
melakukan suatu perbuatan. Pun Iatidak menghubungkan antara pekerjaan-pekerjaan
dengan hasilnya. Ini adalah alam yang mengatur semuanya.
Adhyaya V. Śloka 15
nā ’datte kasyacit pāpaṁ
na cai ’va sukṛtaṁ vibhuḥ
ajñānenā ’vṛtam jñānaṁ
tena muhyanti jantavaḥ
Artinya:
Jiwa yang
meresapi seluruh alam, tidak mengambil dosa ataupun jasa manusia lain.
Kebijaksanaan adalah diselimuti oleh kebodohan; dengan kebodohan ini makhluk
menjadi bingung.
Penjelsan:
Jiwa ada di mana-mana,
kekal dan abadi. Jiwa ini adalah suci, bebas yang pada dasarnya tunggal dengan
Paramatma di dalam Advaita Vedanta. Kebijaksanaan (Jnanam) memberi pelita
kesadaran suci pada kita tentang dasar yang tunggal dari semua
perbedaan-perbedaan itu.
Adhyaya V. Śloka 16
jñānena tu tad ajñānam
yeṣāṁ nāśitam ātmanaḥ
tēśām ādityavaj jñānaṁ
prakāśayati tat param
Artinya:
Akan tetapi
bagi mereka yang kebodohannya dimusnahkan oleh kebijaksanaan bagi mereka
kebijaksanaan itu menyinari jiwa yang agung sebagai halnya matahari memberi
sinarnya.
Penjelasan:
Jiwa yang
sejati, suci dan agung adalah diatas ego, jadi di atas semua kejadian dalam
gelombang kehidupan senang dan sedih.
Adhyaya V. Śloka 17
tadbuddhayas tad-ātmānas
tanniṣṭhās tat-parāyaṇāḥ
gacchanty apunarāvṛttiṁ
jñānanirdhūtakalmaṣāḥ
Artinya:
Memikirkan
tentang ''Tat'' (Itu) mengarahkan semua kesadaran kita kepada ''Tat'', membuat,
itu, kebaktian, mereka mencapai suatu keadaan di mana tidak memungkinkan untuk
kembali (moksha), dosa mereka dibersihkan oleh kebijaksanaan.
Adhyaya V. Śloka 18
vidyāvinayasaṁpanne
brāhmaṇe gavi hastini
śuni cai ’va śvapāke ca
paṇḍitāḥ samadarśinaḥ
Artinya:
Orang-orang
bijaksana melihat, seorang Brahmana yang terpelajar dan rendah hati, sapi atau
gajah hingga anjing dan orang yang rendah sekalipun dengan pandangan yang sama.
Penjelasan:
Meskipun
tinggi pengetahuan seseorang maka makin besar perasaan rendah hatinya.
Kesadaran akan kegelapan yang mengelilingi kita makin dirasakan. Bila kita
menyalakan lilin pada waktu gelap gulita, akan kita ketahui bahwa apa yang
belum diketahui adalah jauh lebih besar dari apa yang diketahui. Pengetahuan
yang sedikit dan terbatas membawa pada dogmatisme, lebih tinggi sedikit membawa
kita pada pertanyaan-pertanyaan dan lebih tinggi lagi membawa kita pada
menyembah. Kerendahan hati adalah datangnya dari kesadaran pengetahuan dan
kecintaan pada Tuhan yang berada di mana-mana dan menyinari/menopang kehidupan
makhluk. Kecintaan semua makhluk adalah atas dasar bahwa yang kekal dan abadi
adalah menjadi dasar kehidupan semuanya.
Adhyaya V. Śloka 19
ihai ’va tair jitaḥ sargo
yeṣāṁ sāmye sthitaṁ manaḥ
nirdoṣaṁ hi samaṁ brahma
tasmād brahmaṇi te sthitāḥ
Artinya:
Dunia ini
pun, dunia yang tercipta ini diatasi oleh mereka yang pikirannya sudah tetap
dalam keadaan sama. Tuhan adalah sempurna dan sama di dalam semuanya. Oleh
karena itu meraka sunggu ada di dalam Tuhan.
Adhyaya V. Śloka 20
na prahṛṣyet priyaṁ prāpya
no ‘dvijet prāpya cā priyam
sthirabuddhir asaṁmūdho
brahmavid brahmaṇi sthitaḥ
Artinya:
Orang
seharusnya tidak senang dengan mendapat apa yang menyenangkan baikpun susah
dengan mendapat apa yang menyusahkan. Ia yang mempunyai pengertian yang tetap
dan tidak dalam keadaan bingung. Ia yang mengetahui Tuhan sebagai ini adalah
menetap di dalam Tuhan.
Adhyaya V. Śloka 21
bāhyasparśeṣv asaktātmā
vindaty ātmani yat sukham
sa brahmayogayuktātmā
sukham akṣayam aśnute
Artinya:
Bilamana
jiwa tidak lagi terikat dengan hubungan dari luar (obyek-obyek) orang menemui
kesenangan yang ada di dalam atma. Orang yang demikian itu yang menunggal
dengan Tuhan merasai kebahagiaan yang tak padam-padamnya.
Adhyaya V. Śloka 22
ye hi saṁsparśajā bhogā
duḥkhayonaya eva te
ādyantavantaḥ kaunteya
na teṣu ramate budhaḥ
Artinya:
Kesenangan
yang berupa apa saja yang timbul dari hubungan luar (obyek-obyek) adalah hanya
sumber dari penderitaan. Mereka mempunyai awal dan akhir, O Arjuna. Tidak ada
orang yang bijaksana suka akan itu.
Adhyaya V. Śloka 23
śaknoti ‘hai’ va yah soḍhuṁ
prāk śarīravimokṣaṇāt
kāmakrodbodvhavaṁ vegaḿ
sa yuktaḥ sa sukhī naraḥ
Artinya:
Ia yang
dapat menahan arus dari keinginan dan kemarahan, disini pun juga sebelum ia
melepaskan badannya, ia adalah yogin. ia adalah orang yang bahagia.
Penjelasan:
Kebebasan,
ketenangan batin dan kebahagiaan datangnya dari pembebasan diri dari ikatan.
Adhyaya V. Śloka 24
yo ’ntaḥsukho ‘natarārāmas
tathā ‘ntarjyotir eva yaḥ
sa yogī brahmanirvaṇaḿ
brahmabhūto ‘dhigacchati
Artinya:
Ia yang
menemui kesenangannya, kebahagiaannya, dan begitu juga sinarnya hanya dalam
batin, sucilah yogin itu jadinya dan mencapai penunggalan dengan Tuhan
(Brahmanirwana).
Adhyaya V. Śloka 25
labhante brahmanirvāṇaṁ
ṛṣayaḥ kṣīṇakalmaṣāḥ
chinnadvaidhā yatātmānaḥ
sarvabhūtahite ratāḥ
Artinya:
Orang suci
yang dosanya dimusnahkan, kebimbangannya telah dihilangkan pikirannya telah
mencapai keadaan yang tetap dan yang suka melakukan kebaikan kepada semua
makhluk, mencapai kebahagiaan dalam Tuhan.
Penjelasan:
Melakukan
kebaikan pada semua makhluk bukan berarti memberi bantuan keperluan kebutuhan
material tetapi membantu untuk dapat menemukan alamnya yang sebenarnya
(swa-dharma) untuk mencapai kebahagiaan yang abadi. Bhagawadgita menekankan
pada dua segi dari agama, yaitu pertama yang sifatnyaperseorangan di mana kita
harus menemui yang suci dalam diri kita sendiri, dan yang kedua yaitu segi
sosialnya, di mana masyarakat dikendalikan dengan bayangan dari yang suci.
Adhyaya V. Śloka 26
kāmakrodhaviyuktānām
yatīnāṁ yatacetasām
abhito brahṁanirvāṇaṁ
vartate viditātmanām
Artinya:
Bagi para
yati (yang telah menguasai jiwanya) yang telah melepaskan diri dari keinginan
dan kemarahan, yang telah menaklukkan pikirannya dan mempunyai pengetahuan
tentang Brahmanirwana, dekat dari mereka terdapat kebahagiaan dari Tuhan.
Adhyaya V. Śloka 27-28
sparśān krtvā bahir bāhyāmś
cakṣuś cai vā ‘ntare bhruvoḥ
prānāpānau samau kṛtvā
nāsābhyantaracāriṅau
yatendriyamanobuddhir
munir mokṣaparāyaṇaḥ
vigatecchābhayakrodho
yaḥ sadā mukta eva saḥ
Artinya:
Menutup
semua obyek-obyek di luar dan menetapkan pandangan di antara kening, meratakan
jalan napas ke dalam dan keluar melalui lobang hidung, orang bijaksana yang
menguasai indria, pikiran dan pengertiaanya dan yang sungguh-sungguh menunggu
kelepasan, yang telah melemparkan jauh-jauh keinginan, ketakutan dan kemarahan,
ia adalah selalu dalam keadaan bebas (lepas).
Adhyaya V. Śloka 29
bhoktāram yajñatapasāṁ
sarvalokamaheśvaram
suhṛdaṁ sarvabhūtānāṁ
jñātvā māṁ śāntim ṛcchati
Artinya:
Dengan
mengetahui Aku, sebagai yang menikmati yadnya dan tapa, Bhagawan yang maha
besar dari seluruh dunia, teman dari semua makhluk, ia mencapai ketenangan.
Penjelasan:
Sang Hyang
Widhi Wasa, di sini dirasakan dekat sekali. (I.B. Mantra, 2018:115-129)
Pustaka: Mantra. I.B. 2018. Bhagawadgita Naskah Sanskerta, Alih Bahasa & Penjelasan. Denpasar Timur: ESBE Buku.
''Semoga Kutipan ini Bermguna untuk Kita Semua''
Belum ada Komentar untuk "BHAGAWADGITA ADHYAYA V - CAHAYA KEHIDUPAN"
Posting Komentar