BHAGAWADGITA VII
BHAGAWADGITA
ADHYAYA VII
Tuhan
dan Dunia Tuhan adalah Alam dan Jiwa
I Nyoman Alit Suarjaya, 4/5/2020
śribhagavān uvāca
Śloka 1
mayy
āsaktaman̄ḥ pārtha
yogaṁ
yuñjan madāśrayaḥ
asamayām
samagraṁ māṁ
yathā
jñāsyati tac chṛṇu
Sri Bhagawad bersabda:
Artinya:
Dengarkanlah O Partha (Arjuna) dengan
melakukan yoga, dengan pikiran yang melekat pada Aku, dan Aku sebagai tempatmu
berlindung, bagaiman tanpa ragu-ragu engkau akan mengetahui Aku yang sempurna.
Penjelasan:
Disini Arjuna akan tahu Tuhan, Iswara,
tidak hanya dalam bentuk niskala tetapi dalam sakala, perwujudannya.
Śloka 2
jñānam te
’haṁ savijñānam
idam
vakṣyāmy aśeṣataḥ
yaj
jñātvā ne ’ha bhūyo ’nyaj
jñātavyam
avaśiṣyate
Artinya:
Akuakan mengatakan kepadamu seluruhnya, kebijaksanaan
ini beserta pengetahuan sehingga dengan sekali mengetahui ini tidak akan
terdapat apapun lagi untuk diketahui.
Penjelasan:
Vijñāna yaitu pengetahuan yang berdasarkan
pemikiran, kecerdasan yaitu lawan dari jñāna, pengetahuan kejiwaan mengenai
alam Tuhan, Iswara yang sebenarnya. Untuk mengetahui Iswara kedua-duanya harus
diketahui yaitu baik jñāna maupun vijñāna. Iswara berada di mana-mana dalam
manusia dan alam sendiri, tetapi keduanya ini tidak merupakan pembatasan
bagi-Nya.
Śloka 3
manuṣyāṇāṁ
sahasreṣu
kaścid
yatati siddhaye
yatatām api
siddhānāṁ
kaścin
māṁ vetti tattvataḥ
Artinya:
Diantara ribuan orang mungkin seorang yang berjuang
untuk itu dan berhasil, mungkin tidak seorang pun yang mengetahui Aku
sebenarnya.
Dua Alam dari Tuhan
Śloka 4
bhūmir āpo
’nalo vāyuḥ
kham mano
buddhir eva ca
ahaṁkara
īti ’yaṁ me
bhinnā
prakṛtir aṣṭadhā
Artinya:
Bumi, air api, angin, akasa, pikiran dan budi dan
perasaan keakuan, ini adalah delapan bagian dari alam-Ku. (prakriti disini
disamakan dengan sakti atau maya).
Penjelasan:
Bagian-bagian adalah perwujudan dari prakriti
perwujudan yang lebih sempurna disebutkan dalam Bab XIII.5. Bagian-bagian ini
tergolong pada alam yang lebih rendah, materi, dari Iswara dan alam yang lebih
tinggi ialah atma, jiwa sendiri. Di dalam ajaran Aji Samkhya pertemuan purusa
dan prakriti menimbulkan proses terjadinya dunia dengan dasar kesadaran.
Śloka 5
aspare ’yam
itas yv anyāṁ
prakrtiṁ
viddhi me parām
jīvabhūtāṁ
mahābāho
yaye ’daṁ
dhāryate jagat
Artinya:
Ini adalah alam-Ku bagian bawah. Ketahuilah alam-Ku
yang lainnya dan yang lebih tinggi yaitu Atma, dengan mana dunia ini bertumpu,
O Arjuna.
Penjelasan:
Iswara berisikan dua segi, yaitu yang pertama
ksetrajna, jiwa yang sadar dan yang kedua yaitu ksetra, yaitu alam prakriti
yang tidak ada kesadaran. Yang permulaan disebut parā, yaitu alam yang lebih
tinggi dan yang kedua aparā, alam yang lebih rendahan. Adanya jiwa dalam badan
menimbulkan ''ego' yang bergerak berdasarkan materi. dan tiap-tiap individu
mempunyai dua bagian yaitu kserajñna dan ksetra kedua ini adalah alam Iswara
dan mengatasi.
Śloka 6
etadyonīni
bhūtāni
sarvāṇī
’ty upadhāraya
ahaṁ
kṛtsnasya jagataḥ
prabhavaḥ
pralayas tathā
Artinya:
Ketahuilah bahwa semua makhluk ini asal kelahirannya
di dalam alam-Ku ini. Aku adalah asal mula dari dunia ini dan juga
kehancurannya (pralaya).
Penjelasan:
Tuhan, Iswara adalah sumber dari segala yang ada, alam
semesta ada di dalam Iswara sendiri. Fungsi Iswara dalam bentuk Tri-Murti Brahma,
Wishnu, Siwa, ialah pencipta, pemelihara, dan mengembalikan lagi ke tempat
asal. Inilah alam Tuhan.
Śloka 7
mattaḥ
parataram nā ’nyat
kiṁcid asti
dhanaṁjaya
mayi sarvam
idaṁ protaṁ
sūtre
maṇigaṇā iva
Artinya:
Tidak ada suatu apapun yang lebih tinggi dari Aku. O
Arjuna. Semua yang ada di sini adalah terjalin dengan Aku sebagai permata
terjain dalam benang.
Śloka 8
raso ’ham
apsu kaunteya
prabhā ’smi
śaśisuryayoḥ
praṇavaḥ
sarvavedeṣu
śabdaḥ khe
pauruṣaṁ nṛṣu
Artinya:
Aku adalah rasa di dalam air, O Kunti putra. Aku
adalah nyala sumber cahaya bulan dan matahari. Aku adalah Aksara suci AUM di
dalam semua Weda-weda. Aku adalah suara di dalam aksara dan Aku adalah
kejantanan di dalam pria.
Śloka 9
punyo
gandhaḥ prhivyāṁ ca
tejaś cā
’smi vibhāvasau
jivanāṁ
sarvabhuteṣu
tapaś cā
’smi tapasvisu
Artinya:
Aku adalah wangi yang bersih dari bumi dan cahaya
dalam api. Aku adalah kehidupan dalam semua yang ada dan tapa dari pertapa.
Śloka 10
bījam māṁ
sarvabhūtānāṁ
viddhi
pārtha sanātanam
buddhir
buddhimatām asmi
tejas
tejasvinām aham
Artinya:
Ketahuilah Aku Partha; bahwa Aku adalah benih yang
kekal dari segala makhluk, Aku adalah kecerdasan dari yang cerdas. Aku adalah
keindahan dari yang indah.
Śloka 11
balaṁ
balavatām ca ’haṁ
kāmarāgavivarjitam
dharmāviruddho
bhūteṣu
kāmo ’smi
bharatarṣabha
Artinya:
Aku adalah kekuatan dari yang kuat, terlepas dari
keinginan dan nafsu. Di dalam Makhluk Aku adalah menjelma sebagai keinginan
yang tidak bertentangan dengan Dharma, O, Arjuna.
Penjelasan:
Keinginan yang harus dihilangkan adalah loba. Tetapi
keinginan yang murni merupakan alat penyalur dari kehendak jiwa murni harusnya
dipupuk. Keinginan bersatu dengan Tuhan harusnya dipupuk.
Śloka 12
ye cai ’va
sāttvikā bhāvā
rājasā
tāmasās ca ye
matta eve
’ti tān viddhi
na tv ahaṁ
teṣu te mayi
Artinya:
Di dalam keadaan apapun juga makhluk itu baik pun ia
serasi (Sattwa) maupun penuh nafsu (Rajas) atau dungu (Tamas), ketahuilah
olehmu bahwa itu semuanya adalah menjelma dari Aku. Namun Aku tak ada padanya
dan mereka ada pada-KU.
Penjelasan:
Prakriti tidak merupakan unsur yang bebas tetapi
berasal dari Tuhan sendiri. Perbedaan antara Tuhan dan makhluk-Nya ialah, Tuhan
berisikan dan mengetahui semuanya, sedangkan makhluk-Nya sendiri tidak
mengetahui Tuhan dan Tuhan sendiri tidak berada di dalamnya. Meskipun Tuhan
sendiri memberi kehidupan padanya, tetapi Tuhan sendiri tetap memelihara
integritetnya dalam perubahan-perubahan yang terjadi pada makhluk sendiri.
Semuanya ini tunduk padanya dan Tuhan sendiri adalah yang tertinggi.
Śloka 13
tribhir guṇamayair bhāvair
ebhiḥ
sarvaṁ idam jagat
mohitaṁ nā
’bhijānāti
mām ebhyaḥ
param avyayam
Artinya:
Tertipu dari ketiga macam sifat dari alam (Gunas)
semua dunia ini tidak mengetahui Aku bahwa Aku mengatasinya dan kekal.
Penjelasan:
Makhluk tidak dapat melihat Tuhan sendiri, yang suci,
kekal abadi, bebas dan merupakan jiwa sejati dari makhluk. Ini disebabkan oleh
karena dikhayalkan oleh keadaan alam prakriti sendiri dengan Tri Guna-Nya.
Menunggal dengan Tuhan atau mengetahui Tuhan berarti pemusnahan semua
benih-benih sengsara dalam hidup. Yang dilihat hanya bayangan-bayangan, tetapi
tidak melihat sinarnya sendiri yang menjadi sebab timbulnya bayangan-bayangan
tadi.
Śloka 14
daivi hy
eṣā gunamayī
mama māyā
duratyayā
mām eva ye
prapadyante
māyām
etāṁ taranti te
Artinya:
Maya-Ku ini
yang terdiri dari sifat-sifat tersebut sukar diatasi, akan tetapi mereka yang
hanya mencari perlindungan kepada-Ku dapat mengatasi.
Maya Adalah
Sumber Dari Kekhayalan
Śloka 15
na māṁ
duṣkṛtino mūdhāh
prapadyante
narādhamāh
māyayā
’paḥrtajñānā
āsuraṁ
bhāvam āśrit̄ḥ
Artinya:
Penjahat yang bodoh, yang rendah tingkatnya di dalam
kemanusiaan dan pikirannya diseret oleh kekhayalan (maya) dan yang menuruti
sifat Asura mereka tidak mencari perlindungan pada-Ku.
Penjelasan:
Penguasaan rajas dan tamas pada dirinya menyebabkan
nafsunya bergelora ke arah perbuatan yang kasar dan rendah, pikiran dan
kemauannya hanya menjadi alat dari ego dan jauh dari sinar suci. Orang semacam
ini tidak akan mencari perlindungan pada Tuhan. Meningkatkan penghidupan yang
bijaksana berarti memberi sattwa, menguasai rajas dan tamas dan memberi fikiran
dan kemauan menjadi alat dari jiwa suci. Kehidupan bhatin yang kuat harus
didahului oleh kehidupan etika yang tinggi.
Śloka 16
caturvidhā
bhajante mām
janāh
sukṛtino’ rjuna
ārto
jijñāsur arthāthi
jnāni ca
bharatarṣabha
Artinya:
Orang saleh
yang menyembah Aku adalah empat macam: orang yang mencari kekayaan, orang yang
bijaksana, orang yang mencari pengetahuan dan orang yang dalam keadaan susah, O
Arjuna.
Śloka 17
tesāṁ jñānī nityayukta
ekabhaktir visiṣyate
priyo hi jñānino’ tyartham
ahaṁ sa ca mama priyaḥ
Artinya:
Di antara ini orang yang bijaksana, yang selalu terus
menerus bersatu dengan Hyang Suci, kebaktiannya terpusat hanya kesatu arah
(Tuhan) adalah yang terbaik. Sebab Aku kasih sekali padanya dan dia kasih
pada-Ku.
Śloka 18
udārāḥ sarva evai ‘te
jñānī tv ātmai ’va me matam
āsthitaḥ sa hi yuktātmā
mām evā nuttamāṁ gatim
Artinya:
Mulia sungguh semuanya ini akan tetapi orang suci, Aku
anggap sebagai Aku sendiri. Sebab dengan keharmonian yang sempurna itu dia
hanya mengabdi kepada Aku sebagai tujuan yang tertinggi.
Penjelasan:
Udārāh sarva evai’te, mulia sungguh semua ini. Kita
berdoa menjauhkan diri dari segala kegelapan dan menerima sinar suci sebagai
penuntun hidup adalah mulia. Berdoa berarti menghidupkan sinar suci dalam
kesadaran kita sehari-hari dan menyampingkan nafsu-nafsu hidup, sad ripu,
seperti bangga, congkak, iri hati dan lain-lainnya. Disamping ini juga membantu
dalam peningkatan dan penyempurnaan pribadi, mencapai keharmonisan badan,
pikiran dan jiwa. Kita berdoa untuk mendapatkan sinar suci, sinar kebijaksanaan
dan merasakan perlahan-lahan kehadiran Tuhan pada kita.
Śloka 19
bahūnām
janmanām ante
jñānavān
māṁ prapadyate
vāsudevaḥ
sarvam iti
sa mahātmā
sudurlabhaḥ
Artinya:
Pada akhir dari banyak kelahiran orang yang bijaksana
menuju kepada Aku karena mengetahui bahwa Wasudewa (Tuhan) adalah semuanya yang
ada jiwa yang besar sebagai itu adalah sukar mencarinya.
Penjelasan:
Pada akhir dari banyak kelahiran. Untuk mencapai
kesempurnaan hidup perjalanan sangat lama bahkan melalui banyak kelahiran. Di
dalam kehidupan mencapai perubahan alam total adalah melalui proses yang ala.
Untuk membuat bayi manusia mengambil waktu sembilan bulan apalagi seorang
bijaksana yang besar waktunya lebih lama lagi. Kelahiran di atas dunia ini
adalah suatu kebahagiaan sebagai tempat untuk mencari kesempurnaan.
Vāsudevah
sarvam-vasudewa adalah semua, adalah Iswara dari kehidupan dan berada di dalam
semua.
Śloka 20
kāmais
tais-tair hṛtajnānāh
prapadyante
̓nyadevatāh
taṁ-taṁ
niyamam āsthāya
prakṛtyā
niyatāh svayā
Artinya:
Akan tetapi mereka yang pikirannya dialihkan oleh
keinginan mengebdi pada dewa-dewa lainnya melakukan bermacam-macam upacara
dikendalikan oleh sifat-sifatnya sendiri
Śloka 21
yo-yo
yāṁ-yāṁ tanuṁ bhaktaḥ
śraddhayā
̓rcitum icchati
tasya-tasyā
̓calāṁ sraddhāṁ
tām eva vidadhahāmy
ahaṁ
Artinya:
Dengan bentuk apapun juga mereka yang bhakti pada-Ku
(Bhakta) yang dengan kepercayaan bermaksud menyembah Aku (dengan sraddha)
kepercayaan itu Aku tegakkan.
Penjelasan:
Tiap-tiap penyembahan akan mengeangkat jiwa berkembang
kearah kemajuan apabila didasarkan atas kebaktian yang sejati.
Śloka 22
sa tayā
śraddhayā yuktas
tasyā
̓raddhanam īhate
labhate ca
tataḥ kāmān
mayai ̓va
vihitān hi tān
Artinya:
Diberkati dengan kepercayaan itu dia mencari
penyembahan pada itu dan dari itu dia dapat apa yang dicita-citakannya dan
hasil mana adalah pemberian dari Aku sendiri.
Penjelasan:
Tuhan yang tunggal mengambil berbagai bentuk.
Menyembah manifestasi ini adalah menyembah Tuhan, yang memberi ganjaran pada
semua Bhakta, yaitu penganut yang bhakti.
Śloka 23
antavat tu
phalaṁ teṣāṁ
tad bhavaty
alpamedhasām
devān
devayajo yānti
madbhaktā
yānti mām api
Artinya:
Tetapi hasil yang didapati oleh meraka yang sempit
pengertiannya adalah bersifat terbatas. Para penyembah dewa-dewa pergi ke
dewa-dewa. Tetapi penyembah Aku datang pada-Ku.
Penjelasan:
Sloka ini menunjukan bahwa Tuhan menerima para
penyembahnya menurut tingkatan pendekatannya, tetapi tiap tingkatan bhakti itu
berguna. Akhirnya perkembangan para bhakta perlahan-lahan akan meningkat dari
tingkat perwujudan manifestasiNya, karena transendental, yaitu yang mengatasi
dan meliputi semua aspek dan mencapai tingkatan keadaan yang tertinggi,
kesempurnaan dalam pengetahuan, cinta dan kemauan.
Śloka 24
avyaktaṁ
vyaktim āpannaṁ
mānyante
mām abuddhayaḥ
param
bhāvam ajānanto
mamā ̓vyayam anuttamam
Artinya:
Orang-orang yang tanpa pengertian memandang Aku yang
tidak terwujud, muncul dalam perwujudan, dengan tidak mengetahui alam-Ku yang
lebih tinggi berada di mana-mana dan mengatasi segala.
Penjelasan:
Terbatasnya kehidupan kita menyebabkan pengetahuan
kita juga terbatas, dan yang dapat kita ketahui hanya perwujudan dari Tuhan
(sakala), tetapi tidak keadaanNya yang maha tinggi (niskala), yang mengatasi
semua bentuk, yang tunggal abadi, dibelakang semua perubahan-perubahan di dunia
ini.
Śloka 25
nā ̓haṁ
prakāśaḥ sarvasya
yogamāyāsamāvṛtaḥ
mūdho ̓yaṁ
nā ̓bhijānāti
loko mām
ajam avyayam
Artinya:
Diselubungi oleh kekuatan pencipta-Ku, Aku tidak menyatakan
diri pada semua. Dunia yang kacau ini tidak mengetahui Aku, yang tidak
dilahirkan dan tidak berubah.
Penjelasan:
Tuhan itu tidak hanya ada di dunia ini tetapi juga
mengatasi dan berada di mana-mana. Dia mengatasi pembatasan.
Śloka 26
vedā ̓haṁ
samatītāni
vartamānān
cā ̓rjuna
bhavisyāṇi
ca bhutāni
māṁ tu
veda na kaścana
Artinya:
Aku mengetahui makhluk di masa lalu, di masa ini dan
yang akan datang, O Arjuna, akan tetapi siapapun tidak mengetahui Aku.
Śloka 27
icchādveṣasamutthena
dvandvamohena bhārata
sarvabhūtani saṁmohaṁ
sarge yānti paraṁtapa
Artinya:
Semua makhluk lahir dalam keadaan tertipu, O Bharata,
disebabkan oleh kedua sifat yang timbul dari keinginan dan kemarahan, O
penakluk musuh.
Śloka 28
yeṣāṁ tv antagataṁ
pāpaṁ
janānāṁ
puṇyakarmaṇāṁ
te
dvamdvamohanirmuktā
bhajante
mām ḍṛdhavratāḥ
Artinya:
Akan tetapi bagi mereka yang salah, yang dosanya sudah
sirna dan bebas dari tipuan kedua sifat tadi, menyembah Aku dengan penuh
ketekunan, dan keyakinan.
Penjelasan:
Dosa adalah sumber dari kegelapan, pembatasan, Egois
adalah sumber dari ikatan, dosa dengan perbuatan egosentris dengan mengorbankan
orang lain. Pembersihan diri dari dosa, berarti pembebasan diri dari ikatan dan
kegelapan, munculah perbuatan yang murni mengabdi pada Tuhan. Dengan jiwa
bhakti yang tulus dan pengetahuan ketuhanan yang mendalam maka perlahan-lahan
sinar suci mendekati diri kita sehingga akhirnya mencapai pengetahuan dengan
penyadaran diri bahwa Tuhan berada di mana-mana dan akhirnya mencapai
kebebasan, kelepasan. Disinilah orang memcapai mioksa bebas dari kelahiran
kembali.
Śloka 29
jarāmaraṇamokṣaya
mām
āśritya yatanti ye
te brahma
tad viduḥ kṛtsnam
adhyātmaṁ
karma cā ̓khilam
Artinya:
Mereka yang menjadikan
Aku tempat pernaungan mereka berjuang untuk kebebasan dari umur tua dan mati,
mereka mengetahui Tuhan (Brahman) kebenaran yang menjadi dasar dari Jiwa
(Adhiatman) dan segala mengenai Karma (segala tindakan).
Śloka 30
sādhibhūtādhidarvaṁ
māṁ
sādhiyajñāṁ
ca ye viduḥ
prayāṇakāle
̓pi ca māṁ
te vidur
yuktacetasaḥ
Artinya:
Mereka yang mengetahui Aku sebagai penguasa kebendaan
dan sifat-sifat ketuhanan, dan segala yadnya mereka dengan pikiran mereka yang
harmoni mengetahui pengetahuan tentang Aku, bahkan pada waktu keberangkatannya
(dari dunia ini).
Penjelasan:
Pada waktu sesaat meninggal dunia, kita diminta
menyadari, mengetahui Tuhan dalam berbagai-bagai aspeknya, percaya padaNya dan
menyembah Dia. Ini membawa kebahagiaan yang abadi dan akan mengetahui Tuhan.
Dikutip dari: Prof. Dr. I.B. Mantra. 2018. Bhagawadgita Naskah Sanskerta, Alih Bahasa & Penjelasan. ESBE Buku, Denpasar Timur.
''Semoga Berguna Bagi Kita Semua''
Belum ada Komentar untuk "BHAGAWADGITA VII"
Posting Komentar