Entri yang Diunggulkan

Makna Suri Asuri Sampad

Makna Suri Asuri Sampad Alit S, 21/12/2019 Pada dasarnya dalam diri manusia ada dua kecendrungan, yaitu berbuat baik atau sifat-sifat...

BHAGAWADGITA VII


BHAGAWADGITA ADHYAYA VII
Tuhan dan Dunia Tuhan adalah Alam dan Jiwa



I Nyoman Alit Suarjaya, 4/5/2020

śribhagavān uvāca

Śloka 1
mayy āsaktaman̄ḥ pārtha
yogaṁ yuñjan madāśrayaḥ
asamayām samagraṁ māṁ
yathā jñāsyati tac chṛṇu

Sri Bhagawad bersabda:

Artinya:
Dengarkanlah O Partha (Arjuna) dengan melakukan yoga, dengan pikiran yang melekat pada Aku, dan Aku sebagai tempatmu berlindung, bagaiman tanpa ragu-ragu engkau akan mengetahui Aku yang sempurna.

Penjelasan:
Disini Arjuna akan tahu Tuhan, Iswara, tidak hanya dalam bentuk niskala tetapi dalam sakala, perwujudannya.

Śloka 2
jñānam te ’haṁ savijñānam
idam vakṣyāmy aśeṣataḥ
yaj jñātvā ne ’ha bhūyo ’nyaj
jñātavyam avaśiṣyate

Artinya:
Akuakan mengatakan kepadamu seluruhnya, kebijaksanaan ini beserta pengetahuan sehingga dengan sekali mengetahui ini tidak akan terdapat apapun lagi untuk diketahui.

Penjelasan:
Vijñāna yaitu pengetahuan yang berdasarkan pemikiran, kecerdasan yaitu lawan dari jñāna, pengetahuan kejiwaan mengenai alam Tuhan, Iswara yang sebenarnya. Untuk mengetahui Iswara kedua-duanya harus diketahui yaitu baik jñāna maupun vijñāna. Iswara berada di mana-mana dalam manusia dan alam sendiri, tetapi keduanya ini tidak merupakan pembatasan bagi-Nya.

Śloka 3
manuṣyāṇāṁ sahasreṣu
kaścid yatati siddhaye
yatatām api siddhānāṁ
kaścin māṁ vetti tattvataḥ

Artinya:
Diantara ribuan orang mungkin seorang yang berjuang untuk itu dan berhasil, mungkin tidak seorang pun yang mengetahui Aku sebenarnya.
Dua Alam dari Tuhan
Śloka 4
bhūmir āpo ’nalo vāyuḥ
kham mano buddhir eva ca
ahaṁkara īti ’yaṁ me
bhinnā prakṛtir aṣṭadhā
Artinya:
Bumi, air api, angin, akasa, pikiran dan budi dan perasaan keakuan, ini adalah delapan bagian dari alam-Ku. (prakriti disini disamakan dengan sakti atau maya).

Penjelasan:
Bagian-bagian adalah perwujudan dari prakriti perwujudan yang lebih sempurna disebutkan dalam Bab XIII.5. Bagian-bagian ini tergolong pada alam yang lebih rendah, materi, dari Iswara dan alam yang lebih tinggi ialah atma, jiwa sendiri. Di dalam ajaran Aji Samkhya pertemuan purusa dan prakriti menimbulkan proses terjadinya dunia dengan dasar kesadaran.

Śloka 5
aspare ’yam itas yv anyāṁ
prakrtiṁ viddhi me parām
jīvabhūtāṁ mahābāho
yaye ’daṁ dhāryate jagat

Artinya:
Ini adalah alam-Ku bagian bawah. Ketahuilah alam-Ku yang lainnya dan yang lebih tinggi yaitu Atma, dengan mana dunia ini bertumpu, O Arjuna.

Penjelasan:
Iswara berisikan dua segi, yaitu yang pertama ksetrajna, jiwa yang sadar dan yang kedua yaitu ksetra, yaitu alam prakriti yang tidak ada kesadaran. Yang permulaan disebut parā, yaitu alam yang lebih tinggi dan yang kedua aparā, alam yang lebih rendahan. Adanya jiwa dalam badan menimbulkan ''ego' yang bergerak berdasarkan materi. dan tiap-tiap individu mempunyai dua bagian yaitu kserajñna dan ksetra kedua ini adalah alam Iswara dan mengatasi.

Śloka 6
etadyonīni bhūtāni
sarvāṇī ’ty upadhāraya
ahaṁ kṛtsnasya jagataḥ
prabhavaḥ pralayas tathā
Artinya:
Ketahuilah bahwa semua makhluk ini asal kelahirannya di dalam alam-Ku ini. Aku adalah asal mula dari dunia ini dan juga kehancurannya (pralaya).

Penjelasan:
Tuhan, Iswara adalah sumber dari segala yang ada, alam semesta ada di dalam Iswara sendiri. Fungsi Iswara dalam bentuk Tri-Murti Brahma, Wishnu, Siwa, ialah pencipta, pemelihara, dan mengembalikan lagi ke tempat asal. Inilah alam Tuhan.


Śloka 7
mattaḥ parataram nā ’nyat
kiṁcid asti dhanaṁjaya
mayi sarvam idaṁ protaṁ
sūtre maṇigaṇā iva

Artinya:
Tidak ada suatu apapun yang lebih tinggi dari Aku. O Arjuna. Semua yang ada di sini adalah terjalin dengan Aku sebagai permata terjain dalam benang.

Śloka 8
raso ’ham apsu kaunteya
prabhā ’smi śaśisuryayoḥ
praṇavaḥ sarvavedeṣu
śabdaḥ khe pauruṣaṁ nṛṣu

Artinya:
Aku adalah rasa di dalam air, O Kunti putra. Aku adalah nyala sumber cahaya bulan dan matahari. Aku adalah Aksara suci AUM di dalam semua Weda-weda. Aku adalah suara di dalam aksara dan Aku adalah kejantanan di dalam pria.

Śloka 9
punyo gandhaḥ prhivyāṁ ca
tejaś cā ’smi vibhāvasau
jivanāṁ sarvabhuteṣu
tapaś cā ’smi tapasvisu

Artinya:
Aku adalah wangi yang bersih dari bumi dan cahaya dalam api. Aku adalah kehidupan dalam semua yang ada dan tapa dari pertapa.

Śloka 10
bījam māṁ sarvabhūtānāṁ
viddhi pārtha sanātanam
buddhir buddhimatām asmi
tejas tejasvinām aham

Artinya:
Ketahuilah Aku Partha; bahwa Aku adalah benih yang kekal dari segala makhluk, Aku adalah kecerdasan dari yang cerdas. Aku adalah keindahan dari yang indah.

Śloka 11
balaṁ balavatām ca ’haṁ
kāmarāgavivarjitam
dharmāviruddho bhūteṣu
kāmo ’smi bharatarṣabha
Artinya:
Aku adalah kekuatan dari yang kuat, terlepas dari keinginan dan nafsu. Di dalam Makhluk Aku adalah menjelma sebagai keinginan yang tidak bertentangan dengan Dharma, O, Arjuna.
Penjelasan:
Keinginan yang harus dihilangkan adalah loba. Tetapi keinginan yang murni merupakan alat penyalur dari kehendak jiwa murni harusnya dipupuk. Keinginan bersatu dengan Tuhan harusnya dipupuk.

Śloka 12
ye cai ’va sāttvikā bhāvā
rājasā tāmasās ca ye
matta eve ’ti tān viddhi
na tv ahaṁ teṣu te mayi

Artinya:
Di dalam keadaan apapun juga makhluk itu baik pun ia serasi (Sattwa) maupun penuh nafsu (Rajas) atau dungu (Tamas), ketahuilah olehmu bahwa itu semuanya adalah menjelma dari Aku. Namun Aku tak ada padanya dan mereka ada pada-KU.

Penjelasan:
Prakriti tidak merupakan unsur yang bebas tetapi berasal dari Tuhan sendiri. Perbedaan antara Tuhan dan makhluk-Nya ialah, Tuhan berisikan dan mengetahui semuanya, sedangkan makhluk-Nya sendiri tidak mengetahui Tuhan dan Tuhan sendiri tidak berada di dalamnya. Meskipun Tuhan sendiri memberi kehidupan padanya, tetapi Tuhan sendiri tetap memelihara integritetnya dalam perubahan-perubahan yang terjadi pada makhluk sendiri. Semuanya ini tunduk padanya dan Tuhan sendiri adalah yang tertinggi.

Śloka 13
tribhir  guṇamayair bhāvair
ebhiḥ sarvaṁ idam jagat
mohitaṁ nā ’bhijānāti
mām ebhyaḥ param avyayam
Artinya:
Tertipu dari ketiga macam sifat dari alam (Gunas) semua dunia ini tidak mengetahui Aku bahwa Aku mengatasinya dan kekal.

Penjelasan:
Makhluk tidak dapat melihat Tuhan sendiri, yang suci, kekal abadi, bebas dan merupakan jiwa sejati dari makhluk. Ini disebabkan oleh karena dikhayalkan oleh keadaan alam prakriti sendiri dengan Tri Guna-Nya. Menunggal dengan Tuhan atau mengetahui Tuhan berarti pemusnahan semua benih-benih sengsara dalam hidup. Yang dilihat hanya bayangan-bayangan, tetapi tidak melihat sinarnya sendiri yang menjadi sebab timbulnya bayangan-bayangan tadi.
Śloka 14
daivi hy eṣā gunamayī
mama māyā duratyayā
mām eva ye prapadyante
māyām etāṁ taranti te

Artinya:
Maya-Ku ini yang terdiri dari sifat-sifat tersebut sukar diatasi, akan tetapi mereka yang hanya mencari perlindungan kepada-Ku dapat mengatasi.
Maya Adalah Sumber Dari Kekhayalan
Śloka 15
na māṁ duṣkṛtino mūdhāh
prapadyante narādhamāh
māyayā ’paḥrtajñānā
āsuraṁ bhāvam āśrit̄ḥ

Artinya:
Penjahat yang bodoh, yang rendah tingkatnya di dalam kemanusiaan dan pikirannya diseret oleh kekhayalan (maya) dan yang menuruti sifat Asura mereka tidak mencari perlindungan pada-Ku.

Penjelasan:
Penguasaan rajas dan tamas pada dirinya menyebabkan nafsunya bergelora ke arah perbuatan yang kasar dan rendah, pikiran dan kemauannya hanya menjadi alat dari ego dan jauh dari sinar suci. Orang semacam ini tidak akan mencari perlindungan pada Tuhan. Meningkatkan penghidupan yang bijaksana berarti memberi sattwa, menguasai rajas dan tamas dan memberi fikiran dan kemauan menjadi alat dari jiwa suci. Kehidupan bhatin yang kuat harus didahului oleh kehidupan etika yang tinggi.

Śloka 16
caturvidhā bhajante mām
janāh sukṛtino’ rjuna
ārto jijñāsur arthāthi
jnāni ca bharatarṣabha

Artinya:
Orang saleh yang menyembah Aku adalah empat macam: orang yang mencari kekayaan, orang yang bijaksana, orang yang mencari pengetahuan dan orang yang dalam keadaan susah, O Arjuna.

Śloka 17
tesāṁ jñānī nityayukta
ekabhaktir visiṣyate
priyo hi jñānino’ tyartham
ahaṁ sa ca mama priyaḥ

Artinya:
Di antara ini orang yang bijaksana, yang selalu terus menerus bersatu dengan Hyang Suci, kebaktiannya terpusat hanya kesatu arah (Tuhan) adalah yang terbaik. Sebab Aku kasih sekali padanya dan dia kasih pada-Ku.
Śloka 18
udārāḥ sarva evai ‘te
jñānī tv ātmai ’va me matam
āsthitaḥ sa hi yuktātmā
mām evā nuttamāṁ gatim



Artinya:
Mulia sungguh semuanya ini akan tetapi orang suci, Aku anggap sebagai Aku sendiri. Sebab dengan keharmonian yang sempurna itu dia hanya mengabdi kepada Aku sebagai tujuan yang tertinggi.

Penjelasan:
Udārāh sarva evai’te, mulia sungguh semua ini. Kita berdoa menjauhkan diri dari segala kegelapan dan menerima sinar suci sebagai penuntun hidup adalah mulia. Berdoa berarti menghidupkan sinar suci dalam kesadaran kita sehari-hari dan menyampingkan nafsu-nafsu hidup, sad ripu, seperti bangga, congkak, iri hati dan lain-lainnya. Disamping ini juga membantu dalam peningkatan dan penyempurnaan pribadi, mencapai keharmonisan badan, pikiran dan jiwa. Kita berdoa untuk mendapatkan sinar suci, sinar kebijaksanaan dan merasakan perlahan-lahan kehadiran Tuhan pada kita.

Śloka 19
bahūnām janmanām ante
jñānavān māṁ prapadyate
vāsudevaḥ sarvam iti
sa mahātmā sudurlabhaḥ

Artinya:
Pada akhir dari banyak kelahiran orang yang bijaksana menuju kepada Aku karena mengetahui bahwa Wasudewa (Tuhan) adalah semuanya yang ada jiwa yang besar sebagai itu adalah sukar mencarinya.

Penjelasan:
Pada akhir dari banyak kelahiran. Untuk mencapai kesempurnaan hidup perjalanan sangat lama bahkan melalui banyak kelahiran. Di dalam kehidupan mencapai perubahan alam total adalah melalui proses yang ala. Untuk membuat bayi manusia mengambil waktu sembilan bulan apalagi seorang bijaksana yang besar waktunya lebih lama lagi. Kelahiran di atas dunia ini adalah suatu kebahagiaan sebagai tempat untuk mencari kesempurnaan.
Vāsudevah sarvam-vasudewa adalah semua, adalah Iswara dari kehidupan dan berada di dalam semua.

Śloka 20
kāmais tais-tair hṛtajnānāh
prapadyante ̓nyadevatāh
taṁ-taṁ niyamam āsthāya
prakṛtyā niyatāh svayā

Artinya:
Akan tetapi mereka yang pikirannya dialihkan oleh keinginan mengebdi pada dewa-dewa lainnya melakukan bermacam-macam upacara dikendalikan oleh sifat-sifatnya sendiri

Śloka 21
yo-yo yāṁ-yāṁ tanuṁ bhaktaḥ
śraddhayā ̓rcitum icchati
tasya-tasyā ̓calāṁ sraddhāṁ
tām eva vidadhahāmy ahaṁ
Artinya:
Dengan bentuk apapun juga mereka yang bhakti pada-Ku (Bhakta) yang dengan kepercayaan bermaksud menyembah Aku (dengan sraddha) kepercayaan itu Aku tegakkan.

Penjelasan:
Tiap-tiap penyembahan akan mengeangkat jiwa berkembang kearah kemajuan apabila didasarkan atas kebaktian yang sejati.

Śloka 22
sa tayā śraddhayā yuktas
tasyā ̓raddhanam īhate
labhate ca tataḥ kāmān
mayai ̓va vihitān hi tān
Artinya:
Diberkati dengan kepercayaan itu dia mencari penyembahan pada itu dan dari itu dia dapat apa yang dicita-citakannya dan hasil mana adalah pemberian dari Aku sendiri.

Penjelasan:
Tuhan yang tunggal mengambil berbagai bentuk. Menyembah manifestasi ini adalah menyembah Tuhan, yang memberi ganjaran pada semua Bhakta, yaitu penganut yang bhakti.

Śloka 23
antavat tu phalaṁ teṣāṁ
tad bhavaty alpamedhasām
devān devayajo yānti
madbhaktā yānti mām api

Artinya:
Tetapi hasil yang didapati oleh meraka yang sempit pengertiannya adalah bersifat terbatas. Para penyembah dewa-dewa pergi ke dewa-dewa. Tetapi penyembah Aku datang pada-Ku.

Penjelasan:
Sloka ini menunjukan bahwa Tuhan menerima para penyembahnya menurut tingkatan pendekatannya, tetapi tiap tingkatan bhakti itu berguna. Akhirnya perkembangan para bhakta perlahan-lahan akan meningkat dari tingkat perwujudan manifestasiNya, karena transendental, yaitu yang mengatasi dan meliputi semua aspek dan mencapai tingkatan keadaan yang tertinggi, kesempurnaan dalam pengetahuan, cinta dan kemauan.

Śloka 24
avyaktaṁ vyaktim āpannaṁ
mānyante mām abuddhayaḥ
param bhāvam ajānanto
mamā  ̓vyayam anuttamam

Artinya:
Orang-orang yang tanpa pengertian memandang Aku yang tidak terwujud, muncul dalam perwujudan, dengan tidak mengetahui alam-Ku yang lebih tinggi berada di mana-mana dan mengatasi segala.

Penjelasan:
Terbatasnya kehidupan kita menyebabkan pengetahuan kita juga terbatas, dan yang dapat kita ketahui hanya perwujudan dari Tuhan (sakala), tetapi tidak keadaanNya yang maha tinggi (niskala), yang mengatasi semua bentuk, yang tunggal abadi, dibelakang semua perubahan-perubahan di dunia ini.

Śloka 25
nā ̓haṁ prakāśaḥ sarvasya
yogamāyāsamāvṛtaḥ
mūdho ̓yaṁ nā ̓bhijānāti
loko mām ajam avyayam

Artinya:
Diselubungi oleh kekuatan pencipta-Ku, Aku tidak menyatakan diri pada semua. Dunia yang kacau ini tidak mengetahui Aku, yang tidak dilahirkan dan tidak berubah.

Penjelasan:
Tuhan itu tidak hanya ada di dunia ini tetapi juga mengatasi dan berada di mana-mana. Dia mengatasi pembatasan.

Śloka 26
vedā ̓haṁ samatītāni
vartamānān cā ̓rjuna
bhavisyāṇi ca bhutāni
māṁ tu veda na kaścana

Artinya:
Aku mengetahui makhluk di masa lalu, di masa ini dan yang akan datang, O Arjuna, akan tetapi siapapun tidak mengetahui Aku.

Śloka 27
icchādveṣasamutthena
dvandvamohena bhārata
sarvabhūtani saṁmohaṁ
sarge yānti paraṁtapa

Artinya:
Semua makhluk lahir dalam keadaan tertipu, O Bharata, disebabkan oleh kedua sifat yang timbul dari keinginan dan kemarahan, O penakluk musuh.

Śloka 28
yeṣāṁ tv antagataṁ pāpaṁ
janānāṁ puṇyakarmaṇāṁ
te dvamdvamohanirmuktā
bhajante mām ḍṛdhavratāḥ

Artinya:
Akan tetapi bagi mereka yang salah, yang dosanya sudah sirna dan bebas dari tipuan kedua sifat tadi, menyembah Aku dengan penuh ketekunan, dan keyakinan.



Penjelasan:
Dosa adalah sumber dari kegelapan, pembatasan, Egois adalah sumber dari ikatan, dosa dengan perbuatan egosentris dengan mengorbankan orang lain. Pembersihan diri dari dosa, berarti pembebasan diri dari ikatan dan kegelapan, munculah perbuatan yang murni mengabdi pada Tuhan. Dengan jiwa bhakti yang tulus dan pengetahuan ketuhanan yang mendalam maka perlahan-lahan sinar suci mendekati diri kita sehingga akhirnya mencapai pengetahuan dengan penyadaran diri bahwa Tuhan berada di mana-mana dan akhirnya mencapai kebebasan, kelepasan. Disinilah orang memcapai mioksa bebas dari kelahiran kembali.

Śloka 29
jarāmaraṇamokṣaya
mām āśritya yatanti ye
te brahma tad viduḥ kṛtsnam
adhyātmaṁ karma cā ̓khilam

Artinya:
Mereka yang menjadikan Aku tempat pernaungan mereka berjuang untuk kebebasan dari umur tua dan mati, mereka mengetahui Tuhan (Brahman) kebenaran yang menjadi dasar dari Jiwa (Adhiatman) dan segala mengenai Karma (segala tindakan).
Śloka 30
sādhibhūtādhidarvaṁ māṁ
sādhiyajñāṁ ca ye viduḥ
prayāṇakāle ̓pi ca māṁ
te vidur yuktacetasaḥ

Artinya:
Mereka yang mengetahui Aku sebagai penguasa kebendaan dan sifat-sifat ketuhanan, dan segala yadnya mereka dengan pikiran mereka yang harmoni mengetahui pengetahuan tentang Aku, bahkan pada waktu keberangkatannya (dari dunia ini).

Penjelasan:
Pada waktu sesaat meninggal dunia, kita diminta menyadari, mengetahui Tuhan dalam berbagai-bagai aspeknya, percaya padaNya dan menyembah Dia. Ini membawa kebahagiaan yang abadi dan akan mengetahui Tuhan.

Dikutip dari: Prof. Dr. I.B. Mantra. 2018. Bhagawadgita Naskah Sanskerta, Alih Bahasa & Penjelasan. ESBE Buku, Denpasar Timur.

''Semoga Berguna Bagi Kita Semua''

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "BHAGAWADGITA VII"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel