Entri yang Diunggulkan

Makna Suri Asuri Sampad

Makna Suri Asuri Sampad Alit S, 21/12/2019 Pada dasarnya dalam diri manusia ada dua kecendrungan, yaitu berbuat baik atau sifat-sifat...

BHAGAWADGITA VIII


BHAGAWADGITA ADHYAYA VIII
Jalannya Evolusi dan Kosmos

I Nyoman Alit Suarjaya, 04/05/2020

arjuna uvāca

Śloka 1
kiṁ tad brahma kim adhyātmam
kiṁ karma puruṣottama
adhibhūtaṁ ca kiṁ proktam
adhidaivam kiṁ ucyate

Arjuna berkata:

Artinya:
Apakah Brahma? apakah adhyatman, dan apakah karma. O manusia utama? apakah yang katanya menjadi dasar dari elemen. Apakah yang disebut dasar dari Dewa-dewa?

Penjelasan:
Yang ada di dalam semua ini sebagai sumber dari pada sumber yaitu Sang Hyang Widhi, Tuhan, sebagai Paramātman yang berada di man-mana dan menjadi jiwa daripada semua makhluk yang diciptakan, semua korban, dewa-dewa dan semua karya. Ini hanya merupakan berbagai-bagai pernyataan dari Yang Maha Tunggal
Adhyatman-penguasa dari badan, yang menikmati di dalam; adalah perwujudan dari Tuhan.

Śloka 2
adhiyajñaḥ kathaṁ ko ’tra
dehe ’smin madhusūdana
prayānakāle ca kathaṁ
jñeyo ’si niyatātmabhiḥ

Artinya:
Apakah dasar dari korban suci (yadnya) di dalam badan ini dan bagaimana, O Krishna? Bagaimana lagi Engkau dapat diketahui pada waktu kematian oleh orang yang dapat menguasai dirinya?

Penjelasan:
Maksudnya yaitu, bagaimana Tuhan , Sang Hyang Widhi Wasa dapat memperlihatakan diri pada saat-saat kematian dari yang telah melaksanakan dharma.
śribhagavān uvāca

Śloka 3
akṣaram brahma paramam
svabhāvo ’dhyātmam ucyate
bḥutabhāvodbhavakaro
visārgaḥ karmasaṁjñitaḥ
Sri Bhagawan bersabda:


Artinya:
Brahman (Tuhan) adalah yang kekal, yang maha tinggi dan adanya di dalam tiap-tiap badan perseorangan disebut Adhyatma. Karma adalah nama yang diberikan kepada kekuatan cipta yang menjadikan makhluk hidup.

Śloka 4
adhibhūtaṁ kṣaro bhāvaḥ
purusaś cā ’dhidaivatam
adhiyajño ’ham evā ’tra
dehe dehabhṛtaṁ vara

Artinya:
Dasar dari segala yang diciptakan adalah alam yang berubah-ubah (prakriti). Dasar-dasar dari elemen yang bersifat ketuhanan adalah jiwa kosmos (Purusa) dan dasar dari segala korban suci, di sini di dalam badan adalah Aku sendiri, O Arjuna.

Penjelasan:
Tuhan mengambil bentuk dalam berbagai-bagai aspek. Dalam sifatNya yang absolut yang tak berubah-ubah yaitu niskala sedangkan Iswara adalah Tuhan yang telah mengambil sifat perseorangan dan yang menjadi obyek dari pengebaktian kita semua (Siwa). Hiranyagarbha adalah jiwa kosmos dan jiwa adalah jiwatma yang merupakan bagian alam lebih atas dari Tuhan dan prakriti adalah alam yang berubah-ubah.

Śloka 5
antakāle ca mām eva
smaran muktvā kalevaram
yaḥ prayāti sa madbhāvaṁ
yāti nā’sty atra saṁśayaḥ

Artinya:
Dan siapa saja pada waktu meninggal, melepaskan badannya dan berangkat hanya memikirkan Aku, ia mencapai tingkatan Aku. Tentang ini tidak ada keragu-raguan lagi.

Penjelasan:
Sloka ini menekankan pentingnya keadaan perasaan hati kita pada saat-saat kematian. Di dalam Weda Upanishad juga disebutka bahwa kita hanya dapat memikirkan Tuhan pada saat-saat kematian, bila sebelumnya juga kita berbakti padaNya.

Śloka 6
yaṁ-yaṁ vā ’pi smaram bhāvaṁ
tyajaty ante kalevarm
taṁ-taṁ eva ’ti kaunteya
sadā tadbhāvabhāvitaḥ

Artinya:
Mengingatkan obyek apa saja pada waktu yang terakhir ia meninggalkan badannya, hanya itu yang akan dicapainya, O Arjuna, karena pikirannya terus menerus kepada obyek itu.

Penjelasan:
Yang menentukan hari kemudian kita adalah usaha laksana seluruh hidup kita, bukanlah pikiran yang muncul sepintas lalu sebelum kematian menimpa diri sendiri. Keadaan kehidupan kita dahulu menentukan kelahiran kita sekarang dan demikian pula kehidupan kita sekarang menentukan hari kemudian kita.

Śloka 7
tasmāt sarveṣu kāleṣu
mām anusmara yudhya ca
mayy arpitamanobuddhir
mām evai ’syasy asaṁśayaḥ

Artinya:
Dari itu setiap waktu ingatkan Aku dan berperanglah. Dengan pikiran dan budi ditunjukan kepada Aku, hanya kepada Aku engkau akan datang dengan tak ada keragu-raguan lagi.

Penjelasan:
Hanya dengan setiap waktu ingat pada Tuhan akan memungkinkan kita ingat pada Tuhan pada saat-saat genting meninggalkan dunia ini.
Berperang di sini berarti berperang dengan kekuatan-kekuatan yang gelap yang selalu harus dilaksanakan. Dengan memelihara kesadaran kita pada Tuhan kita melaksanakan pekerjaan di dunia ini. Kita bekerja dan menyerahkan diri pada Tuhan yang menetap di dalam diri sendiri. Hanya dengan mengingatkan Tuhan, laksana, karya kita akan disucikan.

Śloka 8
abhyāsayogayuktena
cetasā nā ’nyagāminā
paramaṁ purusaṁ divyaṁ
yāti pārtha ’nucintayam

Artinya:
Ia yang memusatkan pikirannya kepada Parama Purusa (Tuhan) dengan pikiran yang tetap, karena terus menerus dilatih dan tidak menuju kepada apapun lainnya, ia O Arjuna mencapai Parama Purusa Hyang Widhi (Tuhan).

Penjelasan:
Pelaksanaan pengebaktian yang langgeng akan dapat menolong kita ke jalan yang bahagia.

Śloka 9
kaviṁ purāṇam anuśāsitāram
aṇor aṇiyaṁsam anusmared yaḥ
sarvasya dhātāram acintyarupam
ādityavarṇaṁ tamasaḥ parastāt

Artinya:
Ia yang memusatkan pikirannya kepada Dia, maha saksi, Purba, yang memerintah, yang lebih halus dari yang halus, menumpu segalanya, yang bentuknya melebihi segala konsepsi, bersinar sebagai matahari di atas kegelapan.



Penjeasan:
Kawi-pujangga, orang bijaksana, resi, orang diberkati pengelihatan batin yang mendalam. Di sini yang dimaksudkan adaah Tuhan Iswara, Penciptaan dan Penguasa Kosmos. Dia adalah Sinar Suci lawan dari kegelapan.

Śloka 10
prayāṇakāle manasā calena
bhaktyā yukto yogabalena cai ’va
bhruvor madhye prāṇam āveśya samyak
sa taṁ paraṁ puruṣam upaiti divyam

Artinya:
Ia yang memusatkan pikirannya demian rupa, pada waktu meninggalnya dengan penuh rasa berbakti dan kesatuan pikirannya dan kekuatan yoga dan dengan baik menempatkan kekuatan hidupnya di tengah-tengah kening, ia mencapai Parama Purusa yang maha suci.

Penjelasan:
Pelaksanaan ini hanya mungkin bagi mereka yang memilih saat meninggalnya dengan kekuatan yoga.

Śloka 11
yad akṣaraṁ vedavido vadanti
viśanti yad yatayo vītarāgāh
yad icchanto brahmacaryaṁ caranti
tat te padaṁ saṁgraheṇa pravakṣye

Artinya:
Aku dengan singkat akan menceritakan padamu keadaan yang disebut kekal oleh mereka yang mengetahui Weda, yang diidam-idamkan oleh Brahmachari yang telah terlepas dari nafsu dan yang menyebabkan mereka menjalankan hidup menguasai diri.

Śloka 12
sarvadvārāṇi saṁyamya
mano hṛdi nirudhya ca
mūrdhny ādhāyā ’manaḥ prāṇaṁ
āsthito yogadhāraṇāṁ

Artinya:
Semua pintu di badan dikekang, pikiran dikurung dalam hati, kekuatan hidup ditempatkan di dalam kepala, keadaan pikiran dalam perpusatan oleh yoga.

Penjelasan:
Lihat bab.V.13 mengenai pintu badan. Pikiran yang dikurung dalam hati maksudnya yaitu pengendalian fungsinya. Dalam sastra yoga dijelaskan jalannya keluar atma dari hati melalui susunanadi ke brahmarandhra dalam kepala dan dari sini keluar dan menunggal dengan Paramātman.

Śloka 13
aum ity ekākṣaraṁ brahma
vyāharan mām anusmaran
yah prayāti tyajan dehaṁ
sa yāti paramāṁ gatim

Artinya:
Ia yang mengucapkan suku kata A U M yaitu Brahman, mengingat Aku pada waktu ia meninggalkan badannya, ia pergi kearah tujuan yang tertinggi.

Penjelasan:
AUM=OM adalah aksara yang menyimbulkan Tuhan. Menurut Yoga Sutra, keadaan yang tertinggi dapat dicapai dengan jalan menyembah dan bhakti kepada Tuhan.

Śloka 14
ananyacetāḥ satataṁ
yo mām smarati nityaśah
tasyā ’haṁ sulabhaḥ pārtha
nityayuktasya yoginaḥ

Artinya:
Aku adalah mudah dicapai oleh yogin yang berdisiplin, oleh ia yang selalu memusatkan  pikiran pada Aku tanpa mengingat yang lain lagi.

Śloka 15
mām upetya punarjanma
duhkhālayam asāsvatam
nā ’pnuvanti mahātmānah
saṁsiddhiṁ paramāṁ gatāḥ

Artinya:
Setelah mencapai Aku orang-orang yang berjiwa besar ini tidak akan lahir kembali lagi, ketempat penderitaan ini, tempat yang tidak kekal, karena mereka telah mencapai kesempurnaan yang maha tinggi.

Śloka 16
ā brahmabhuvanāl lokāḥ
punarāvartino ’rjuna
mām upetya tu kaunteya
punarjanma na vidyate

Artinya:
Dari kedudukan Brahman ke bawah, semua dunia tunduk pada hukum kelahiran akan tetapi setelah mencapai Aku, O Arjuna, maka tidak ada akan lahir lagi.

Penjelasan:
Semua dunia ini tunduk akan hukum perubahan.

Śloka 17
sahasrayugaparyantam
ahar yad brahmaṇo viduḥ
rātriṁ yugasahasrāntāṁ
te ’horātravido janāḥ
Artinya:
Mereka yang mengetahui bahwa siang harinya dari Brahma adalah panjangnya seribu abad dan malamnya dari Brahma panjangnya seribu abad mereka adalah mengetahui siang dan malam.

Penjelasan:
Siang hari Brahma adalah hari perwujudannya kosmos dan malamnya Brahma adalah sebaliknya. Keduanya sama panjang waktunya.

Śloka 18
avyaktād vyaktayaḥ sarvāḥ
prabhavanty aharāgme
rātryāgame praliyante
tatrai ’vā ’vyaktasaṁjñake

Artinya:
Mengekati siang harinya (Brahma) semuanya yang nyata timbul dari yang tak nyata dan pada malam harinya mereka bergabung di dalam yang sama itu yaitu yang tak terwujudkan.

Penjelasan:
Yang tak terwujudkan di sini adalah Prakriti.

Śloka 19
bhūtagrāmah sa evā ’yaṁ
bhūtva-bhūtva praliyate
ratryāgame ,vaśaḥ pārtha
prabhavaty aharāgame

Artinya:
Makhluk yang bermacam-macam ini juga yang timbul lagi berulang-ulang, bergabung dengan sendirinya pada malam harinya, O Arjuna, dan muncul kembali pada siang hari.

Penjelasan:
Keadaan muncul dan hancurnya suatu di dunia ini tidak mempengaruhi Tuhan sendiri.

Śloka 20
paras tasmāt itu bhāvo ’nyo
’vyakto ’vyaktāt sanātanaḥ
yaḥ sa sarveṣu bhūteṣu
naśyatsu na vinaśyati

Artinya:
Akan tetapi di luar yang tidak terwujudkan ini ada yang lain lagi, ialah yang kekal dan tak terwujudkan, tidak hancur meskipun segala makhluk yang ada ini hancur.

Śloka 21
avyakto ’kṣara iy uktas
tam āhuḥ paramāṁ gatim
yaṁ prāpya na nivartante
tad dhāma paramam mama
Artinya:
Apa yang dinyatakan tak terwujudkan ini adalah ia yang tidak dapat hancur. Ialah yang telah dilukiskan sebagai Yang maha tinggi. Mereka yang mencapai Dia, tidak kembali lagi. Itulah kedudukan-Ku yang tertinggi.

Penjelasan:
Mencapai keadaan yang tertinggi ini berarti bebas dari hukuman kelahiran dan kematian. Istana dari Iswara, Tuhan, ialah Prabrahma (VIII.2).

Śloka 22
puruṣaḥ sa paraḥ pārtha
bhaktyā labhyas tv ananyayā
yasyā ’ntaḥsthāni bhūtāni
yena sarvam idaṁ tatam

Artinya:
Ini adalah Purusa, O Arjuna, di dalamnya menetap semua yang ada dan Dia berada di mana-mana dan Dia dapat dengan kebaktian yang tak berubah.

Dua Jalan

Śloka 23
yatra kāle tv anāvrttim
āvṛttim cai ’va yoginaḥ
prayātā yānti tam kālam
vakṣyāmi bharatarṣabha

Artinya:
Sekarang Aku menyatakan kepadamu, O Arjuna, tentang waktu di dalam para yogin berangkat tetapi tidak kembali  lagi dan juga tentang waktu di dalam keberangkatan mana mereka kembali.

Śloka 24
agnir jyotir ahah śuklaḥ
ṣaṇmāsā uttarāyaṇam
tatra prayātā gacchanti
brahma brahmavido janāḥ

Artinya:
Api, sinar, siang hari, waktu Suklapaksa (sinar bulan penuh) waktu Uttarayana (enam bulan dari jalan utara dari matahari), dengan mengambil ini sebagai jalan, mereka yang mengetahui Brahman pergi ke Brahman.

Śloka 25
dhumo rātris tahtā kṛṣṇah
ṣaṇmāsā dakṣiṇāyanam
tatra cāndramasam jyotir
yogi prāpya nivartate


Artinya:
Asap, malam hari, (Krsnapaksa bulan mati), Daksina Yana (enam bulan dari jalan bagian selatan dari matahari), mengambil jalan ini seorang yogin mencapai sinar bulan dan kembali lagi.

Penjelasan:
Ada tradisi kepercayaan bahwa leluhur yang meninggal dikatakan hidup di dunia dari bulan dan tinggal di sana sampai waktunya kembali lagi ke dunia ini.
Para pitri (leluhur) dikatakan hidup dalam dunia matahari dan menetap di sana sampai waktu kembalinya ke dunia.

Śloka 26
śuklakṛṣṇe gati hy ete
jagatah śāśvate mate
ekayā yaty anāvrttim
anyayā ’vartate punaḥ
Artinya:
Benar bahwa jalan-jalan yang bersinar dan gelap ini dari dunia dipandang sebagai kekal. Satu ke arah yang tidak kembali, dan satu lagi kesatu arah untuk kembali lagi.

Penjelasan:
Hidup adalah pertentangan antara terang dan gelap. Terang membawa hidup ke arah pembebasan diri dari samsara, kelahiran kembali sedangkan gelap menbawa hidup ke arah kelahiran kembali. Dikatakan bahwa mereka yang hilang dalam kegelapan mengikuti jalan dari leluhur dan tunduk pada hukum kelahiran, samsara, tetapi mereka yang hidup daam sinar yang terang dan menginjak jalan dari pengetahuan akan mencapai kebebasan dari kelahiran, samsara.
Pertempuran antara kekuatan sinar terang dan gelap adalah meliputi hidup kita. Kekuatan terang ini menuntun ke arah pembebasan dan kebahagiaan hidup sedangkan yang gelap membawa ke arah samsara, kelahiran kembali.

Śloka 27
nai ’te sṛtī pārtha jānan
yogī muhyati kaścana
rasmāt sarveṣu kāleṣu
yogayukto bhavā ’rjuna

Artinya:
Seorang yogi yang telah mengetahui jalan ini, O Arjuna tidak akan tertipu. Dan oleh karenanya itu, O Arjuna, selalu teguhkan hatimu dalam yoga.

Penjelasan:
Pekerjaan apa saja yang kita laksanakan, pikiran kita tidak boleh lepas dari Tuhan.

Śloka 28
vedeṣu yajñesu tapahsu cai ’va
dāneṣu yat puṇyaphalaṁ pradiṣṭam
atyeti tat sarvam idaṁ viditvā
yogī paraṁ sthānam upaiti cā’ dyam

Artinya:
Seorang yogin yang telah mengetahui semua ini mengatasi hasil dari perbuatan yang berjasa, hasil mana ditentukan karena mempelajari Weda-weda, melakukan yadnya, bertapa dan berdana.

Penjelasan:
Seorang yogi mengatasi jalan-jalan yang didapatkan dari mereka yang mempelajari Weda-weda, yadnya, bertapadan berdana.


Dikutip dari: Prof. Dr. I.B. Mantra. 2018. Bhagawadgita Naskah Sanskerta, Alih Bahasa & Penjelasan,  ESBE Buku, Denpasar Timur.


''Semoga Berguna Bagi Kita Semua''

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "BHAGAWADGITA VIII"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel