TIGA KERANGKA DASAR AGAMA HINDU
TIGA KERANGKA DASAR AGAMA HINDU
Sabtu, 26 Juli2021
Gambar, Upacara Mulang Pakelem di Danau Segara Anak Gunung Rinjani Lombok
Agama Hindu adalah agama yang paling
tertua dalam sejarah perkembangan agama . Tujuan dari agama Hindu adalah
mencapai kebahagiaan jasmani dan rohani. Dalam pustaka Weda disebutkan “Mokshartham Jagathita Ya Ca Iti Dharma”.
Agama atau dharma itu ialah untuk mencapai moksa (kebahagiaan rohani) dan
jagathita yang artinya mencapai kebebasan jiwatman terhadap kebahagiaan
duniawi.
Dalam zaman Kali Yuga sekarang ini
sangat sulit mencapai kebahagiaan rohani tersebut mengingat saat ini masyarakat
biasanya mengedepankan kepentingan duniawi daripada kepentingan rohani. Tetapi dalam Agama Hindu juga
memiliki pemahaman untuk mencapai kebahagiaan rohani dengan cara menjabarkan
menjadi tiga kerangka dasar, yaitu: “Tatwa (filsafat), Etika (susila), dan
Upacara (ritual).
Tatwa,
Etika, Susila merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan lainnya. Ketiganya mesti dimiliki dan dilaksanakan oleh umat Hindu.
Begitu eratnya kaitan antara ketiga dasar ini, sehingga diumpamakan seperti
sebuah telur ayam yang terdiri dari: kuning telur dan sarinya adalah tatwa,
putih telur adalah susila, sedangkan kulit telur adalah upacara. Telur itu
sempurna. Jika ketiga bagiannya sempurna dan dipanaskan dengan tepat dan baik
oleh sang induk ayam, maka akan menetaslah telur itu atau lahirlah anak ayam
sebagai tujuan akhir dari diciptakannya telur
Adapun penjelasan dari
masing-masing bagian kerangka dasar tersebut yaitu:
A.
Tattwa
Tattwa
berasal dari kata tat dan twa. Tat
berarti ”itu” dan twa juga berarti
”itu”. Jadi secara leksikal kata tattwa berarti ”ke-itu-an”. Dalam makna yang
lebih mendalam kata tattwa bermakna ”kebenaranlah itu”. Kerapkali tattwa
disamakan dengan filsafat ketuhanan atau teologi. Di satu sisi, tattwa adalah
filsafat tentang Tuhan, tetapi tattwa memiliki dimensi lain yang tidak didapatkan
dalam filsafat, yaitu keyakinan. Filsafat merupakan pergumulan pemikiran yang
tidak pernah final, tetapi tattwa adalah pemikiran filsafat yang akhirnya harus
diyakini kebenarannya. Sebagai contoh, Wisnu disimbolkan dengan warna hitam,
berada di utara, dan membawa senjata cakra. Ini adalah tattwa yang harus
diyakini kebenarannya, sebaliknya filsafat boleh mempertanyakan kebenaran dari
pernyataan tersebut. Oleh sebab itu dalam terminologi Hindu, kata tattwa tidak
dapat didefinisikan sebagai filsafat ,tetapi lebih tepat didefinisikan sebagai
dasar keyakinan Agama Hindu. Sebagai dasar keyakinan Hindu, tattwa mencakup
lima hal yang disebut Panca Sradha (Widhi tattwa, Atmatattwa, Karmaphala
tattwa, Punarbhawa tattwa, dan Moksa tattwa).
Tattwa
yaitu filsafat, ajaran, pengetahuan yang bersumber dari Weda (Sruti dan
Smerti). Weda terdiri atas enam batang tubuh atau Sad Wedangga, yaitu: Siksha (fonetika dan fonologi/sandi), Chanda
(irama), Wyakarana (tata bahasa), Nirukta (etimologi), Jyotisa (ilmu
perbintangan/astrologi), dan Kalpa (ilmu mengenai upacara keagamaan).
Kalpa
Wedangga terdiri atas empat jenis menurut topiknya, yaitu: Srauta Sutra (manual
untuk upacara besar), Grhya Sutra (manual untuk orang berumah tangga), Dharma
Sutra (manual untuk melakukan pemerintahan), dan Sulva Sutra (manual untuk
membuat bangunan-bangunan agama hindu).
Dalam
perkembangannya, ajaran agama Hindu di Indonesia oleh para orang suci/maharsi
disusun dan disesuaikan dengan tempat mereka mengembangkan ajaran dalam bentuk
Rontal/Lontar. Salah satunya adalah Sulva Sutra, dalam Bahasa Jawa kuno disebut
sebagai rontal/lontar kosala dan kosali. Ada juga Jyotisa, di Bali sering
dipakai sebagai pedoman mencari hari baik atau wariga/wewaran. Adapun
pokok-pokok ajaran dalam agama Hindu yaitu, Panca Srada, Tri Guna (tiga sifat
alami yang ada sejak lahir), Tri Hitakarana (tiga penyebab kebahagiaan), Tri
Kaya Parisudha (tiga perbuatan yang harus dijaga kesuciannya), Tri Rna (tiga
hutang manusia), Catur Purusa Arta, Sad Ripu, Catur Guru dan banyak lagi ajaran
atau filsafat seperti Bhagawad Gita, Samkya, Sarasamuscaya, dan lain
sebagainya.
B.
Etika
Etika
atau susila berasal dari kata su yang
berarti “baik”, indah, harmonis dan sila
yang berarti “prilaku, tata cara/tata laku”. Jadi dapat disimpulkan susila
berarti tingkah laku manusia yang baik dalam mengadakan hubungan timbal balik
yang selaras dan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama
manusia dan manusia dengan alam semesta (Tri
Hita Karana). Setiap individu guna mencapai kesempurnaan dan kesucian
hidupnya hendaknya selalu menjaga kesucian pikiran, perkataan, dan perbuatan (Tri Kaya
Parisudha).
Untuk
menjaga hubungan dengan Ida Sanghyang Widi/Tuhan, dilaksanakan dengan cara
menghaturkan persembahan atau sesajen kepada Tuhan dengan tulus iklas, walaupun persembahan itu
kecil atau besar yang penting berdasarkan rasa tulus iklas dan tidak dengan
cara berutang atau mencuri. Dapat juga dilakukan dengan Nitya Yadnya
(persembahyangan Tri Sandhya, Mesesaiban/Ngejot), dan Naimitika Yadnya
(persembahyangan pada waktu-waktu tertentu misalnya hari-hari suci, Tilem,
Purnama, Galungan, Kuningan, Nyepi dan hari suci lainya). Selain kedua cara di
atas, hubungan dengan Tuhan dapat pula dilakukan dengan berdoa dalam kegiatan
sehari-hari (doa makan, sebelum makan, mau bekerja dan sebagainya) dapat pula
dengan berjapa/semadi.
Sedangkan
untuk menjaga hubungan harmonis antar umata manusia kita harus saling
menghormati satu sama lain walaupun kita berbeda golongan, suku, ras, maupun
agama. Dalam lingkup kecil seperti di lingkungan keluarga misalnya, anak-anak
hendaknya berbicara dan bertingkah laku yang sopan terhadap orang tua. Orang
tua juga hendaknya memberi contoh/teladan tentang perilaku yang baik kepada
anaknya, sehingga terjadi hubungan yang harmonis di lingkungan keluarga. Mulai
dari keharmonisan di dalam keluarga akan tercipta hubungan yang baik di
lingkungan masyarakat.
Begitu
pula dalam menjaga hubungan dengan alam,
ketika akan menebang pohon untuk digunakan, maka hendaknya menanam pohon
baru sebagai pengganti. Dalam agama Hindu juga mengenal upacara untuk
menucapkan rasa syukur dan menghargai tumbuh-tumbuhan yang menjaga udara segar
dan memberi makanan berupa buah, sayur dan umbi-umbian, upacara ini
dilaksanakan pada hari suci Tupek Pengatag. Dengan demikian semua orang
hendaknya merawat lingkungan sekitar sehingga alam tetap lestari, dengan cara
yang sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan, karena membuang sampah
sembarangan akan mengakibatkan banjir dan mesurasak biota laut.
C.
Upacara
Upacara
yaitu kegiatan agama Hindu dalam bentuk ritual atau kurban suci yang
pelaksanaanya berdasarkan ketulusiklasan. Suatu upacara tentu ada yantra dan
mantra (persembahan/Banten dan doa).
Bhagawadgita BAB IX Sloka 26 menjelaskan: Patram Puspam Phalam Toyam, Yo me bhaktya prayacchati, Tad aham
bhakty-upahrtam, Aasnami prayatatmanah. Artinya, Siapapun dengan sujud bhakti
kepada-Ku mempersembahkan sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan,
seteguk air, Aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati
suci.
Adapun
beberapa upacara atau yadnya seperti misalnya Panca Yadnya. Panca yadnya yaitu
lima jenis persembahan atau yadnya yang dipersembahkan dengan tulus iklas. Adapun
bagian-bagiannya yaitu: Dewa Yadnya, yaitu upacara yang ditujukan kepada Ida
Shang Yhang Widhi atau para Dewa, upacara tersebut misalnya seperti merakan hari
suci Tilem, Purnama, Galungan dan Kuningan, dan lain sebagainya. Rsi Yadnya
adalah upacara yang ditujukan kepada para Resi, upacara ini seperti upacara
pewintenan, diksa, menghaturkan punia kepada resi, dan lainnya sebagainya,
Pitra Yadnya yaitu suatu upacara yang dipersembahakan kepada Pitra, seperti upacara
ngaben/kematian, Ngeroras, Nyegara Gunung dan lain sebagainya, Manusa Yadnya
yaitu upacra atau kurban suci yang dipersembahkan kepada manusi, seperti upacara
otonan, potong gigi, pewiwahan/nikah, dan lainnya. Bhuta Yadnya yaitu suatu upacara persembahan
atau kurban suci yang ditujukan kepada para Bhuta, seperti upacara Mecaru,
mesegeh, dan lain sebagainya.
'' Semoga Bermanfaat ''
I Nyoman Alit Suarjaya
Belum ada Komentar untuk "TIGA KERANGKA DASAR AGAMA HINDU"
Posting Komentar